Pukul 1 dini hari, Zafran baru selesai operasi dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Di ruangan, Zafran tak hanya sendiri melainkan bersama Rean yang masih di sana menunggu hingga Zafran terbangun.
Rean melipat tangannya di depan dada sembari duduk di kursi yang berada di samping brangkar Zafran. Rean mengetuk lengan atasnya berkali-kali dengan jari telunjuk dan tengahnya secara bergantian. Rean harus mendapat jawabannya sekarang dan akan membunuh orang itu.
Pukul 2 lewat 7 menit, Zafran mulai sadar dari efek anestesinya. Zafran menyesuaikan cahaya ruang dengan mengedipkan kelopak matanya beberapa kali hingga cahaya yang masuk ke dalam retinanya sesuai.
"P-papa," suara itu terdengar gugup kala mendapati Rean yang menatapnya dengan mengintimidasi
"Bisa jelaskan, Zafran?"
"Maaf," menunduk
"Bukan perkataan maaf yang ingin Papa dengar, jelaskan bagaimana bisa kakimu bertambah parah dan bagaimana Vardhan bisa sakit. Sekarang!"
Zafran menutup matanya dan menarik napas pelan. Jika Rean sudah seperti itu maka harus ia jelaskan sedetail mungkin.
Zafran menjelaskan semuanya dari awal kepergian Vardhan hingga kakinya di injak sebelum menghampiri Vardhan.
"Kamu tau bukan jika tidak ada yang boleh melukaimu selain Papa?"
"I-iya."
"Sebelum kamu menerima hukumanmu, orang itu harus mendapat balasannya bukan?"
Zafran sudah tahu bahwa hal ini akan terjadi. Zafran hanya bisa berdoa untuk orang yang sudah menyakitinya. Semoga Rean bisa membalas rasa sakitnya. Kalian kira Zafran sebaik itu? Tentu tidak, enak saja ia dijadikan alat pelampiasan amarah orang lain.
"Mulai awal semester genap, kamu dan Vardhan akan beralih ke pembelajaran online dan akan masuk sekolah saat Ujian Sekolah saja. Kamu paham Zafran?"
"Paham, Pa."
"Istirahat, besok kamu sudah bisa pulang."
"Shaka gimana, Pa?"
"Kamu tidak perlu khawatir, masih ada mama dan lainnya yang menjaga Vardhan."
"Apa kakak tau?"
"Tau dan beberapa dari mereka ke sini tadi malam."
"Maaf, ini salah Zafran."
"Kamu tau itu salahmu, maka dari itu kamu perbaiki semuanya."
Zafran diam tak menjawab perkataan Rean. Lagi dan lagi ia merepotkan saudaranya. Padahal Zafran sudah sebisa mungkin untuk tidak merepotkan saudara-saudaranya, tapi sepertinya takdir dan nasibnya sedang bersekongkol untuk membuatnya merepotkan saudara-saudaranya.
"Tidur!"
Suara Rean kembali terdengar kala mendapati Zafran yang malah melamun entah melamunkan hal apa.
.
.
.
.
Paginya sekitar pukul 7, Rean pulang ke rumah dan di ruang rawat hanya ada Zafran seorang diri. Setengah jam yang lalu, dokter bersama salah satu suster datang untuk memeriksa kondisi kakinya pasca operasi sekaligus mengantarkan sarapannya. Kondisi kakinya sudah lumayan baik karena operasi yang ia jalani dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pemulihan. Kakinya memang sudah membaik, hanya saja aktivitasnya juga terbatas seperti olahraga yang ia tekuni diam-diam harus ia kurangi untuk mempercepat masa pemulihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Happiness || ZCL & DREAM
FanfictionZafran hanya ingin tahu apa itu definisi dari kebahagiaan. Dirinya yang malah memiliki mindset bahwa kebahagiaan dalam hidupnya adalah bisa menjaga dan membahagiakan keenam saudaranya yang tak mengerti apapun tentang dirinya. Zafran yang selalu men...