Happiness - 01

956 109 15
                                    

Adnan menghirup napasnya dalam-dalam saat akan mengetuk pintu yang ditempati oleh Liam, Zafran dan Vardhan. Dirinya masih bimbang akankah dirinya sanggup berhadapan dengan Zafran atau tidak mengingat kemarin Zafran sempat kambuh lagi.

Ceklek....

"Loh Bang? Dari kapan di sini?" Pertanyaan itu terlontar dari bilah bibir Liam saat membuka pintu dan mendapati Adnan berada di depan pintu kamar

"Baru, emm gimana keadaan Zafran dan Vardhan?" Tanyanya dengan nada terdengar canggung

"Mereka baik, cuma ya selayaknya kembar siam, mereka bahkan tidak dapat di pisahkan," tersenyum tipis

Liam mengajak Adnan untuk masuk ke dalam kamarnya dan memperlihatkan adik kembar bungsu mereka yang sedang tidur dengan posisi Vardhan mendekap erat Zafran.

"Semalam gua udah bilang untuk sementara Zafran tidur dengan gua, tapi baik Zafran maupun Vardhan menolak hal itu dan ya lo bisa liat sekarang, Bang."

Benar, di dalam kamar hanya ada 2 kasur dengan 1 kasur berukuran kecil dan 1 kasur berukuran sedang. 

Adnan diam dan melihat adik kembar bungsunya dengan pikiran menerawang ke kejadian 2 hari lalu di mana Adnan serta Ghauts kembali ke rumah Rean.

//flashback on

"Abang nggak bisa basa-basi sekarang. Abang cuma mau bilang kalau Abang akan bawa adik-adik untuk tinggal dengan Abang!"

"Apa maksud kamu Adnan?! Kamu mau menjauhkan mereka dari Papa?!"

Adnan melipat tangannya tepat di depan dada dan menatap malas ke arah Rean serta Hera.

"Papa dan Mama pasti tahu apa yang Abang maksud, Abang hanya ingin menyelamatkan Zafran dan adik yang lain agar tidak tinggal dengan orang seperti Papa yang dengan tega menjadikan salah satu anaknya sebagai pelampiasan."

"Adnan! Kamu—"

"Udah deh Pa, banyak banget drama sih, udah nyakitin anak masih aja mau ngebela diri!"

"GHAUTS!"

"APA? Jangan kira aku terima gitu aja Papa pukulin Zafran begitu, meskipun aku nggak tau kehidupan apa yang Zafran alami di belakang aku, tapi ngeliat kejadian yang waktu itu bikin aku sadar kalau selama ini Zafran tinggal di neraka dunia!"

"Aku sama Abang udah nggak butuh persetujuan kalian, kita bertujuh bukan lagi anak di bawah umur yang bisa kalian atur bahkan aku pun bisa ambil hak asuh kedua adik kembar bungsuku kalau memang harus, agar menjauh dari kalian."

"Udah ya aku udah malas buat berdebat, aku dan Abang datang hanya untuk ambil barang-barang adik aku," pergi begitu saja

"Udah dengar apa yang di bilang Ghauts kan? Aku harap baik Mama maupun Papa nggak ada yang halangin kita atau aku bisa aja membawa kasus ini ke meja hijau!" Ancamnya

//flashback off

"Bang?" Menepuk pundak Adnan

"Eh iya, kenapa Kak?"

"Itu Vardhan sama Zafran udah bangun."

Adnan langsung menoleh ke arah kasur kembar bungsunya dan benar saja jika keduanya sudah bangun.

"Shaka misi dulu, gua mau cuci muka," menepuk bahu Vardhan

"Nggak ah."

"Udah jam berapa ini, sarapan dulu."

"Iya-iya."

Zafran masih belum sadar jika kini dirinya sedang di perhatikan oleh kedua kakaknya. Kini ia baru sadar saat ia bangun dari kasur untuk menuju kamar mandi.

Find Happiness || ZCL & DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang