Find - 01

1.4K 94 15
                                    

Suara kicauan burung memenuhi indra pendengaran seorang remaja yang baru saja memasuki usia 18 tahun semalam. Tak ada satupun ekspresi yang terpatri di wajahnya. Hanya ada wajah tegas tanpa senyum dan semangat hidup. Hidupnya selalu seperti ini dan tidak akan pernah berubah hingga orang-orang menyadari jika memang ada yang salah dengan dirinya dan keluarganya. Karena kesalahan itu juga membuat ia merasa terasingkan padahal mereka semua adalah keluarga. Bahkan di hari ia bertambah umur pun hanya satu orang yang mengucapkannya, padahal ia juga memiliki adik kembar yang bahkan menerima banyak hadiah dan ucapan.

Suara helaan napas terdengar saat jam menunjukkan pukul 6 pagi. Orang itu membawa langkahnya menuju kamar mandi karena harus segera berangkat menuju sekolah. Selesai dengan semua urusannya, orang itu menyampirkan tas sekolahnya tepat di bahu kanan dan mengambil sebuah kunci motor yang tergeletak di atas meja belajarnya. Langkahnya membawanya menuruni beberapa anak tangga yang berkisar 25 buah karena kamarnya yang berada di lantai 2.

"Zafran, sarapan dulu sini," suara seseorang berhasil menghentikan langkah kaki orang itu

Benar, orang itu adalah Zafran sang pemeran utama dalam cerita ini dan suara tadi berasal dari kakak kelimanya yaitu Liam. Zafran hanya melihat sekilas ke arah Liam dan mengangguk.

"Kalian aja, gua duluan," pergi meninggalkan Liam sendiri

Liam hanya bisa menatap punggung sang adik dengan tatapan sendu. Tak sekali dua kali adiknya itu menolak ajakan makannya. Liam tak tahu apa yang membuat Zafran selalu menolak permintaannya dan yang lain. Kenapa adiknya seperti terlalu jauh untuk di jangkau.

"Liam? Lo kenapa?" Tanya seseorang yang melihat Liam menatap sendu ke arah pintu

"Gua gapapa, Ge."

"Zafran lagi? Udah sih biarin aja anak itu mau ngapain," kesalnya

"Ge, tapi Zafran juga adik kita," ucapnya

"Ya udah emang mau di apain lagi? Udah gede juga kan dia," acuh

Liam hanya bisa menghela napas pasrah. Kenapa di keluarganya ini hampir tak ada yang mempedulikan adiknya yang satu itu. Semua terlalu berfokus pada adik bungsunya tapi melupakan adiknya yang satu lagi.

"Gege, itu muka kakak lusuh banget Gege apain?"

Pertanyaan itu berasal dari bungsu Pradipta—Vardhan—yang baru saja keluar dari kamar. Orang yang dipanggil Gege—Arzan—langsung menengok ke arah Vardhan.

"Gapapa Dek, yuk sarapan aja," ajaknya

Vardhan hanya mengangguk dan mengikuti Arzan menuju meja makan meninggalkan Liam yang masih terdiam di sana. Apakah Liam salah jika memikirkan adik pertamanya?

Disisi Zafran sendiri, anak itu memilih untuk sarapan di pinggir jalan. Alasannya klasik, semalam ia habis di hukum karena sang kakak pertamanya tanpa sengaja membuat kesalahan yang hampir membuat perusahaan keluarganya hampir mengalami kerugian.

"Bang biasa yak satu," ucapnya pada pedagang bubur

"Siap dek Zafran," memberikan jempolnya

Zafran terkekeh ringan dan duduk di kursi yang tersedia di sana. Tak lama buburnya siap dan ia akan mulai memakannya.

"Kok nggak pernah makan di rumah dek?" Tanya pedagang tersebut

"Iya Bang, males masak saya tuh," guraunya

"Ah si adek ini, masa masih muda udah males."

"Ya bisa lah Bang, saya makan dulu lah Bang, keburu telat."

Pedagang itupun mengiyakan dan mulai melayani pembelinya yang lain. Sekitar 10 menit Zafran selesai dan membayar pesanannya. Setelahnya Zafran langsung melajukan motornya menuju sekolah. Tepat saat Zafran memasuki gerbang sekolah, mobil milik kakak ketiganya—Danesh—baru saja tiba. Sudah dapat Zafran pastikan jika Vardhan bersama dengan kakak ketiganya itu. 

Find Happiness || ZCL & DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang