Happiness - 10

480 91 37
                                    

Siapa yang akan sangka jika hari ini adalah tepat 1 tahun di mana Zafran di bawa oleh Adnan ke luar negeri tanpa satupun dari mereka yang tahu di mana pastinya dua orang itu berada. Setiap Adnan menghubungi mereka, nomor yang di gunakan Adnan selalu berganti-ganti bahkan tidak bisa di lacak sama sekali.

Banyak hal yang berubah dari lima bersaudara semenjak ditinggal Adnan dan Zafran. Contohnya saja Liam dan Vardhan yang benar-benar berubah 180° dari sebelumnya.

"Udah 1 tahun lo nunda kuliah, bukannya lo janji hanya menunda 1 tahun?" Tanyanya dengan menatap serius lawan bicaranya

"Apa lo nggak ada pertanyaan lain, Ge?"

Arzan menghela napas setelah mendapat balasan dari Vardhan. Sifat dan cara bicara Vardhan semenjak Zafran dibawa oleh Adnan sangat berubah. Entah sifat itu menurun dari siapa, tapi Vardhan benar-benar berubah. Bahkan Vardhan jadi lebih sering berolahraga bersama Liam dan Danesh. Tak jarang, Vardhan juga olahraga sendiri saat kedua kakaknya itu tak bisa menemaninya.

"Vardhan, jaga cara bicara lo!"

"Oke-oke," mengalah

"Tahun ini gua kuliah, terserah kalian mau masukin gua di mana dan ingat! Gua akan ambil bisnis." Vardhan pergi begitu saja setelah menyelesaikan perkataannya. Vardhan tidak peduli jika apa yang dia ambil melenceng dari minatnya, karena ini semua demi Zafran. Hanya Zafran dan Zafran yang akan ia pikirkan.

"Anak itu," memijat pangkal hidungnya

Entah bagaimana mereka harus bersikap kepada Vardhan. Anak itu benar-benar keras sekarang.

"Gua harap lo cepat kembali, Dek," gumamnya penuh harap

Sedangkan orang yang di harap-harap untuk kembali, baru saja membuka matanya setelah setahun terbaring di rumah sakit dengan alat-alat penunjang kehidupan.

"S-shaka."

Nama itu menjadi yang pertama kali terucap saat kedua mata indah yang menyorot lesu terbuka secara perlahan guna menyesuaikan cahaya ruang. Salah seorang yang sedari menunggu tanpa henti pun mengucap syukur karena orang yang ia sayangi sudah kembali membuka matanya walau bukan nama dirinya yang diucapkan pertama kali.

"Terima kasih, terima kasih lo udah berjuang untuk kita semua, Dek," lirihnya

Dirinya terpaksa keluar saat dokter dan suster datang untuk memeriksa keadaan Zafran.

Langkahnya tak bisa berhenti untuk diam barang sedetik pun semenjak pintu ruangan itu tertutup kembali.

"Tuan Muda, sebaiknya Tuan Muda duduk dan tunggu dengan tenang."

"Bagaimana bisa saya duduk diam sedangkan Zafran di dalam!"

Galih, pria itu hanya bisa menghela napas karena bentakan ringan dari atasannya. Galih tidak tega melihat atasannya yang belum pernah beristirahat selepas kerja semenjak pindah ke negeri ini.

Pagi hingga sore bekerja, lalu malam akan berada di samping Zafran. Bagaimana Galih tidak tega coba?

"Bagaimana kondisi Adik saya, Dok?"

"Kondisi pasien sudah lumayan stabil. Berkat operasi tempo hari, kondisinya lumayan meningkat dari sebelumnya. Tapi, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebelumnya masih akan terjadi walaupun ringan."

Penjelasan dari dokter membuat perasaan Adnan bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena kondisi sang Adik sudah membaik dan sedih karena kemungkinan itu tetap akan terjadi.

"Lalu, apa yang harus saya lakukan, Dok?"

"Kita lihat ke depannya saja. Jika efek itu sudah timbul, mungkin baru bisa kita beri penanganan."

Find Happiness || ZCL & DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang