Happiness - 09

461 79 37
                                    

"Dek?" Panggilnya saat memasuki ruang rawat inap Vardhan

"Kenapa, A'?"

Vardhan baru selesai membersihkan dirinya. Hari ini dia sudah bisa keluar dari rumah sakit dan beberapa hari ini juga dirinya belum diizinkan untuk menemui Zafran ataupun dirinya yang dikunjungi Zafran.

"Mau makan atau apa?"

"Langsung ke Arya."

Ghauts memegang kedua bahu Vardhan dan menatapnya lekat. "Apapun yang lo lihat nanti, jangan berpikiran buruk oke? Lo harus bisa kendaliin diri lo sendiri supaya kondisi lo nggak menurun, bisa?"

"Gua usahakan, A'."

Ghauts tersenyum dan langsung mengambil alih tas yang berisi beberapa barang milik Vardhan. Semua sudah diperkirakan oleh kakak dan adik kembarnya bahwa mereka akan membiarkan Vardhan untuk menemui Zafran.

Berbicara tentang hal itu, Zafran masih dalam kondisi yang sama. Zafran masih koma tetapi kondisinya juga tidak menurun ataupun meningkat, tapi setidaknya sudah boleh dijenguk walaupun hanya satu orang dan dengan pakaian khusus.

Sejak kejadian itu juga Vardhan mencoba untuk lebih bersikap dewasa. Dirinya sadar bahwa dirinya yang saat itu benar-benar tidak cukup untuk menolong kembarannya yang hampir tewas di hadapannya. Untuk kali ini, biarkan dia menjadi lebih kuat untuk melindungi kembarannya.

"ICU?"

Vardhan bisa menduga kalau sesuatu yang lebih buruk pasti akan menimpa kembarannya. Entahlah, Vardhan memang seperti kehilangan separuh dirinya sejak saat itu.

"Lo mau masuk? Zafran ada di dalam."

Vardhan melihat wajah kelima kakaknya yang sudah ada di sana. Dengan sekali tarikan napas, Vardhan hanya membalasnya dengan anggukan saja.


.


.


.


.


Vardhan tersenyum getir saat dirinya benar-benar sudah berdiri di sebelah Zafran. Di sana tidak ada kursi seperti ruang rawatnya karena ini ICU, tempat yang tidak sembarangan untuk dimasuki dan tempat orang-orang berada di antara hidup dan mati selain ruang operasi.

Vardhan melihat kulit Zafran yang semakin pucat dari terakhir kali ia melihatnya. Tubuhnya yang sudah kurus bahkan bertambah kurus hingga hampir bisa dibilang hanya tulang dan kulit saja. Tangan rapuh yang tidak terpasang alat, digenggam lemah oleh Vardhan dengan harap sang pemilik tangan bisa merasakan kehadirannya.

"Arya, kata orang, kalo orang lagi koma masih bisa dengar suara di sekitarnya. Gua boleh berharap itu kan?"

"Harapan gua banyak, tapi yang paling gua inginkan adalah lo sadar dan ada di samping gua lagi."

Vardhan memejamkan matanya kala ingatannya kembali ke beberapa minggu lalu. Kala itu Vardhan dan Zafran sedang berbincang ringan sembari membahas materi untuk ujian sekolahnya.

"Ini tuh rada susah!" Kesalnya

"Bakal susah kalo lo belum memahami konsepnya."

"Lo kan bisa ngasih tau cara cepetnya aja."

"Kalo gitu, lo nggak bakal tau konsepnya."

"Ck, ayolah, gua bakal tau konsepnya kalo lo ngasih tau cara cepetnya."

Find Happiness || ZCL & DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang