Adnan memasuki ruang rawat Zafran dengan nampan di tangannya. Tadi, sebelum memasuki ruangan, Adnan sempat bertemu dengan suster yang mengantar sarapan untuk Zafran dan Adnan mengambil alihnya.
"Pagi, Dek. Sekarang apa yang kamu rasain?"
Ya, sejak Zafran sadar, Adnan mengubah sebutan lo-gua, menjadi aku-kamu.
"Kaku."
"Terus?"
"Lemas sedikit."
"Gapapa, duduk dulu yuk. Abang tadi bawain sarapan dari suster."
Adnan membantu Zafran untuk duduk. Tubuh Zafran hanya tersisa rasa kaku dan lemas karena luka yang ia terima dulu sudah sembuh. Mungkin hanya bekas lukanya saja ditambah dengan bekas operasi di bagian kepala.
Adnan dengan telaten menyuapi bubur untuk Zafran secara perlahan agar tidak tersedak. Bahkan Adnan sama sekali tidak berhenti tersenyum melihat Zafran yang memakan sarapannya tanpa menolak apapun.
"Udah," menolak suapan
Adnan langsung menaruh mangkuk bubur yang tersisa sedikit dan mengambil gelas berisi air untuk Zafran minum.
"Sekarang mau ngapain?" Tanyanya setelah menaruh gelasnya kembali
"Tidur."
"Oke."
Setelah membantu Zafran untuk kembali tiduran dan memastikannya benar-benar tertidur, Adnan meninggalkan ruangan untuk bertemu dengan Galih.
"Bagaimana?"
"Tuan Muda Liam sudah menghubungi orang yang akan menjadi psikolog Tuan Muda Zafran, Tuan."
"Lalu?"
"Kabar ibu an—"
"Bukan ibu saya!"
"Maaf, maksud saya kabar wanita itu. Beberapa hari yang lalu, wanita itu terlihat meninggalkan kediamannya dengan koper."
"Ke mana dia pergi?"
"Saya masih mencari tahunya, Tuan."
"Cari, pastikan wanita itu ataupun tua bangka itu tidak dapat bertemu dengan Zafran maupun yang lain. Kamu paham?"
"Paham, Tuan."
Kepergian Galih membuat Adnan menatap nyalang ke sekitarnya. Mungkin Adnan juga akan ikut waspada entah karena apa, tapi hatinya berkata seperti itu.
Beberapa kali Adnan menghela napas dan memutuskan untuk kembali masuk ke dalam ruang rawat inap Zafran. Adnan mendapati Zafran yang terbangun dengan tatapan kosong padahal sebelumnya anak itu tertidur.
"Kamu mau sesuatu?" Tanyanya menyadarkan Zafran
"Papa nggak kesini?"
Adnan kesal saat kata itu terlontar dari bibir Zafran. Sebaik mungkin Adnan mengontrol emosinya karena mau bagaimanapun Zafran pasti berpikir bahwa Rean akan datang dan menghukumnya kembali.
"Enggak, dia nggak akan pernah ke sini."
"Kita di mana?"
Adnan tersenyum dan mengambil kursi untuk ia duduk di sebelah brangkar Zafran. Tangannya terangkat untuk mengelus lembut kepala Zafran yang rambutnya sudah mulai tumbuh karena sebelumnya rambut Zafran di cukur habis untuk melaksanakan operasi.
"Di mana aja."
"Gua serius, Bang."
"Hm?" Mengangkat sebelah alisnya
"Gua serius."
"Mulai sekarang berhenti menggunakan kosa kata itu, Zafran," ucapnya dengan sedikit penekanan
KAMU SEDANG MEMBACA
Find Happiness || ZCL & DREAM
FanfictionZafran hanya ingin tahu apa itu definisi dari kebahagiaan. Dirinya yang malah memiliki mindset bahwa kebahagiaan dalam hidupnya adalah bisa menjaga dan membahagiakan keenam saudaranya yang tak mengerti apapun tentang dirinya. Zafran yang selalu men...