Find - 09

858 81 13
                                    

Zafran berada di dalam kamar Vardhan setelah makan malam. Semenjak tadi, Vardhan selalu mengabaikan kehadirannya bahkan saat makan pun, Vardhan memilih pindah dengan duduk di sebelah Ghauts. 

"Shaka, tolong jangan bikin gua frustrasi," ucapnya dengan Vardhan yang memunggunginya

Nada bicara Zafran terdengar benar-benar frustrasi. Bahkan Zafran rasanya hampir runtuh melihat sang kembaran yang mendiaminya sejak tadi. Zafran akui dirinya memang salah karena perkataannya tadi sore, tapi Zafran juga akan menjelaskan itu kepada Vardhan.

"Jangan diamin gua begini, jangan acuhin gua, gua nggak bisa." Zafran berucap dengan kepala yang sudah menunduk lesu. Bahkan saat Vardhan menengok ke arah Zafran pun anak itu masih dengan posisi menunduk.

"Tolong jangan diamin gua, Shaka. Gua nggak bisa kalau lo diamin, gua tau kalau gua salah, tapi jangan acuhin gua," ucapnya dengan rengekan kecil

Vardhan tersenyum penuh arti saat mendengar perkataan Zafran yang mulai diiringi rengekan kecil.

Benar, hanya Vardhan seorang yang bisa membuat Zafran merengek seperti anak kecil. Hanya dengan Vardhan yang mendiami Zafran sudah membuat Zafran frustrasi bahkan merengek. Sifat Zafran yang tidak pernah di tunjukkan kepada siapapun bahkan tak akan pernah Vardhan izinkan untuk diketahui oleh siapapun termasuk keluarganya.

"Shaka nggak suka kalau Arya seperti itu kepada Shaka," ucap Vardhan yang membuat Zafran semakin menunduk

Vardhan mulai mengunci pintu kamarnya karena ia akan memonopoli Zafran malam ini. Hanya malam ini karena Vardhan sudah mulai merasakan ke anehan dari sikap Zafran beberapa hari ini.

Vardhan duduk di sofa yang ada di kamarnya dan menepuk tempat di sebelahnya yang kosong, "duduk sini."

Zafran menuruti perkataan Vardhan.

"Jujur sama Shaka, Arya lagi kenapa? Wajah Arya pucat, sakit?"

Zafran menggeleng sebagai jawaban tanpa mau menatap ke arah Vardhan. Vardhan sadar akan hal itu. Pilihannya ada 2, Zafran sakit atau Zafran memang tak bisa ia diami. Tapi sepertinya memang dua-duanya melihat wajah Zafran yang pucat dengan kulit sedikit memerah. Hal itu juga menjadi ciri khas Zafran ketika sedang sakit.

Vardhan menyentuh dahi Zafran yang selama beberapa hari ini tak ingin di sentuh. Bukan hangat lagi yang Vardhan rasakan, rasa panas menyengat yang Vardhan rasakan.

"LO SAKIT, ARYA!!!" Pekiknya

Zafran menggeleng tanda ia tak menyetujui pekikan Vardhan. Vardhan yang melihat itu langsung memberikan tatapan tajamnya kepada Zafran.

Zafran menciut karena itu.

Karena hal itu Vardhan yakin jika memang Zafran sedang sakit.

"Bisa nurut nggak?"

"Jidat lo itu udah panas banget kayak gitu. Gua yakin juga kalo masak air panas di jidat lo itu bisa langsung mendidih itu airnya. Pikirin kesehatan lo dulu. Tadi lo pulang kenapa bisa sore banget? Katanya lo bakal pulang jam 3 kan? Kenapa bisa lewat jamnya sebanyak itu? Kemana aja? Mikirin rapat lo itu yang sampe bikin lo nggak tau waktu? Udah nggak mau nurut sama gua lagi? Udah nggak mau sama gua lagi? Ya udah kalo gitu terserah lo aja mau apa, tapi jangan ke gua lagi."

Vardhan sedari tadi mengomel dengan mata yang tak lepas dari Zafran. Perlahan isakan kecil mulai terdengar dari Zafran.

Zafran menangis dan hal itu membuat Vardhan menghela napasnya. Jika sudah seperti ini mana mungkin Vardhan akan melanjutkan omelannya.

Vardhan mengangkat tubuh Zafran untuk ia pangku. Wajah Zafran ia tangkup dan ia hapus air mata yang mengalir dengan ibu jarinya. Wajah yang memerah karena menangis dan demam dapat terlihat jelas serta isakan yang masih ada walaupun tertahan. Zafran tak biasanya seperti ini, sepertinya memang benar bahwa Zafran sakit.

Find Happiness || ZCL & DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang