chapter 22

85 5 2
                                    

Setelah beberapa jam dihabiskan untuk beristirahat dan bermalas-malasan, menjelang sore Cole mempersiapkan alat pemanggang di halaman depan. Bersama Iris, ia mengambil bahan makanan yang sudah dibeli sebelumnya. Mereka membuat api di alat pemanggang dan menyusun berbagai jenis makanan di meja yang terletak di halaman depan. Sedangkan Ana dan Olivia mempersiapkan alat makan dan membuat berbagai jenis minuman.

Sementara itu, Jenna duduk di kursi teras, menonton orang-orang sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk kegiatan mereka. Seharusnya ia ikut membantu teman-temannya. Tapi saat ini kepalanya penuh dengan percakapannya dengan Kane. Pria itu tidak sungguh-sungguh merelakan perusahaannya, 'kan?

"Hei," sapa Kane menghampiri Jenna dari dalam rumah. "Kau tidak tidur?"

Begitu selesai dengan kegiatan panas mereka, keduanya berpelukan dan akhirnya jatuh tetidur. Tapi Jenna sama sekali tidak bisa memejamkan mata meski tubuhnya terasa lelah. Saat ia mendengar dengkuran halus Kane, ia memilih keluar dari kamar dan duduk di teras untuk mengurai isi kepalanya.

Jenna menggeleng. "Aku tidak bisa tidur."

Melihat Jenna dengan tatapan cemas, Kane berkata. "Kau masih memikirkan keputusanku melepas perusahaanku?"

Angkat bahu, Jenna menghela napas. "Meski aku keberatan, tapi aku tidak bisa berbuat apa pun untuk mengubahnya, 'kan?"

Pria itu duduk menghadap Jenna, meremas kedua tangan gadis itu dengan erat. "Jen, keputusanku sudah bulat."

"Kenapa kau melakukannya?"

Kane mendengus. "Bukankah sudah jelas? Apa pun akan kulakukan demi keselamatanmu. Untuk bersamamu."

Jenna menyela. "Tapi kau bukan tipe orang yang menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentinganmu. Kau sendiri yang mengakui kau meninggalkanku demi membangun perusahaanmu."

"Ya, kau benar. Aku bukan orang seperti itu." Kane setuju. Ia melanjutkan. "Tapi setelah bertemu denganmu lagi, saat kau datang ke kantorku pertama kali, saat itu juga aku tahu aku akan melakukan apa pun untukmu. Hell, I burn the world if you need me to."

"Again, you're so dramatic!" cibir Jenna. "Aku tidak tahu kau punya sisi romantis. Well, jika romantis artinya menghancurkan dunia demi seseorang."

"Aku juga tidak mengetahuinya sebelum mengenalmu. I love you, Jenna Lim," ucap Kane lembut. "Do you feel the same?"

I do. Batin Jenna berbisik.

Tidak bisa menjawab, Jenna hanya bergeming. Entah mengapa ia belum bisa mengatakannya meski hatinya merasakan hal yang sama. Masih ada keraguan dalam dirinya. Masih alot perang antara batin dan pikirannya.

Karena Jenna tidak kunjung bersuara, Kane menarik wajah Jenna. Jenna mendekatkan wajahnya hingga bibirnya hampil menempel dan memejamkan mata. Saat keduanya hampir berciuman, ponsel Jenna berdering. Ia terkejut karena ponselnya bisa menangkap sinyal.

"Halo Monica?" Jenna menjawab terburu-buru begitu melihat atasannya menelepon. Ia beranjak dari tempatnya, berjalan ke arah halaman luas untuk mendapat sinyal yang lebih bagus.

"Jenna, dengarkan baik-baik. Kau harus ke..." Suara Monica tidak jelas.

"Apa? Monica maaf sinyal ponselku jelek sekali."

"Los Angeles. Kau harus gantikan aku ke LA. Ibuku mengalami kecelakaan. Cedera cukup parah hingga butuh perhatian intensif. Aku tidak bisa pindah keluar kota dan meninggalkannya."

Monica, senior HR, atasan Jenna memang sedang sibuk mempersiapkan kepindahannya ke kantor pusat di LA. Kantor pusat di LA secara mendesak butuh personil tambahan setelah pegawai sebelumnya meninggal dunia. Maka dari itu Monica dipanggil untuk mutasi di sana.

Loathe You | BOOK 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang