Bab.12

458 35 9
                                    

Terlihat mobil yg melaju cukup cepat menebus hangatnya angin sore, terdengar suara lelaki manis yang dari tadi mengoceh untuk menarik minat sang pria cantik yang tengah fokus mengemudi.

"Dunk sebenarnya ada apa"ucap Phuwin dengan nada yang serius, lelaki manis itu lelah dengan sikap diam dari sahabatnya itu.

"Apa ini karena Pond, jika iya biar aku yang bicara dengannya nanti"lanjut Phuwin semakin serius dalam ucapannya.

Phuwin yang masih tak mendapatkan respon pun mulai jengkel, Phuwin keluarkan handphonenya untuk menghubungi seseorang.

"Bukan karenanya"ucap Dunk menahan lengan Phuwin.

"Masalahnya di aku"ucap Dunk sembari menepikan mobilnya.

Mobil keduanya kini telah berhenti, masih tak ada sedikitpun suara yang terdengar, hanya sebuah keheningan yang menyelimuti keduanya, setelah cukup lama saling diam, akhirnya terdengar sebuah lahan nafas dari lelaki cantik itu yang mampu memecah keheningan antara kedua.

"Aku gagal"ucap Dunk menyandarkan kepalanya pada setir mobil.

"Aku jatuh cinta"lanjut Dunk.

"Siapa"Phuwin.

"Apakah diya berada"Dunk.

"Joong"Phuwin.

"Dia memperlakukanku dengan lembut, bukan tapi sangat-sangat lembut"Dunk.

"Sebaik itu?"Phuwin.

"Emmm begitu baik untukku"Dunk.

Kembali terdengar keheningan bagi keduanya, tak terdengar suara apapun selain suara kendaraan yang lewat.

"Apa kau takut?"Phuwin.

"Emm, ku rasa diya hanya menginginkan tubuhku"Dunk.

"Bukankah dia berbeda?"Phuwin.

"Entahlah aku bingung, aku merasa dia hanya menginginkan tubuhku saja"Dunk.

"Why?"Phuwin.

Phuwin mulai jengah saat akan mendapatkan respon dari lelaki itu.

"Jika aku yang seperti itu bagaimana pendapatmu?"ucap Phuwin melihat ke arah Dunk dengan serius.

"Kau berbeda kau takkan seperti itu"jawab Dunk cepat.

"Lalu diya sama?, hah?, diya sama Dunk?"ucap Phuwin.

"Aku tidak suka dengan perasaan ini"ucap Dunk mulai frustasi.

"Berhenti membohongi dirimu, belajar untuk menerima seseorang"Phuwin.

"Aku tak bisa!!! kami terlalu jauh"ucap Dunk sedikit meninggi.

"Lalu kamu mau bagaimana?, membuangnya?, mencampahkannya?, atau membunuhnya?"ucap Phuwin tak kalah keras.

"Berhenti menyiksa dirimu"Phuwin.

"Aku tak bisa, aku ko~"ucap Dunk terputus karena Phuwin tiba-tiba mencium bibirnya.

Dunk yang merasakan itu pun membalas lumatan itu, ciuman cukup lama hingga Phuwin lah yang menghentikan itu.

Tetapan keduanya bertemu, Phuwin elus lembut pipi Dunk.

"Jika dia brengsek aku akan membunuhnya"ucap Phuwin.

Phuwin pun menyatukan rekening keduanya, menyalurkan rasa ketenangan.

"Aku yakin kau punya alasan atas semua yang kau lakukan, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, kau istimewa, percayalah padaku"ucap Phuwin kembali memberikan jarak untuk keduanya.

Line Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang