Bab.35

233 23 4
                                    

Kalo typo tolong koreksi yah biar
aku baik in🤩
°———————————°

Di sebuah ruangan yang didominasi dengan nuansa putih itu kini tengah terbaring seorang pria cantik tak sadarkan diri dengan infus yang terpasang di lengannya.

Terlihat pula seorang dokter cantik yang kini tengah sibuk memeriksa keadaan pria cantik itu. Namtan yang kini tengah menyuntikkan sebuah obat pada infus itu menyadari jika mata indah itu sudah terbuka.

Tatapan itu terlihat kosong, bahkan mata itu terlihat tak ada kehidupan sama sekali, gairah hidup pun tak ada terpancar di mata indah itu.

"Kenapa? kau menyesal karena tak ikut mati bersama anakmu" Ucap Namtan begitu dingin dan menusuk.

"Aku Tak habis pikir dengan pola pikirmu yang idiot itu!"ucap Namtan sedikit kerasa.

"Jika memang sedari awal kau tak menginginkannya mengapa kau membuatnya hadir?"lanjut Namtan.

Emosi wanita cantik itu kian memuncak ketika dirinya tak merapatkan respon dari Dunk sedikit pun.

Ia balikan tubuhnya membelakangi Dunk yang masih dengan keterdiamannya, ia jengkel dengan reaksi yang diberikan Dunk.

Bagaimana tidak pria itu hanya diam dengan terus mengelus perutnya dengan lembut belum lagi wajah seolah merasa bersalah padahal dirinya sendiri yang sudah membunuh darah dagingnya.

"Obat"ucap Namtan lirih.

Namtan yang mendengar itu pun seketika naik pitam dibuatnya, Iya balikan tubuhnya melihat ke arah Dunk, bagaimana bisa lelaki itu Masih memikirkan tentang obat sialan itu padahal dirinya kini baru saja Kehilangan darah dagingnya sendiri karena perbuatan bodohnya.

"DUNK, Apakah sama sekali tak ada penyesalan dalam dirimu atas apa yang kau lakukan? KAU BARU SAJA MEMBUNUH ANAK MU SIALAN" ucap Namtan dengan begitu keras.

Dunk bungkam seolah tak ingin menjawab, dirinya hanya terus mengeluarkan tangannya meminta obat itu untuk dikembalikan tanpa membalas reaksi dari Namtan.

Namtan berusaha keras mengendalikan emosinya sendiri, dirinya tak ingin termakan emosi dan membuat suasana tidak kondusif apalagi pria itu baru saja melakukan percobaan bundir.

"Istirahatlah satu jam lagi aku akan mengecek kondisimu kembali"ucap Namtan membalikkan tubuhnya tanpa menunggu respon dari Dunk.

Dunk hanya diam terpaku melihat kepergian dokter cantik itu, mata itu kembali tertutup bersamaan dengan sebuah buliran bening yang mengalir dari sudut matanya.



Flashback On.

Dunk berjalan tertatih-tatih membawa langkahnya ketika merasakan perutnya yang kian sakit, ia bawa tubuh lemahnya bersandar di sebuah dinding dengan lengannya yang membersihkan keringat di dahinya wajah itu begitu pucat dengan keringatnya yang terus bercucuran membasahi wajait indah itu.

Dunk pun menundukkan dirinya di sisi jalan, Ia alihkan pandangannya ke arah perutnya yang terlihat sedikit membuncit, ia elus lembut perut itu dengan penuh sayang terpancar senyum yang begitu indah di wajahnya.

"Maaf kan papa" ucap Dunk lembut.

Setelah cukup lama mengistirahatkan tubuhnya dan Dunk bawa langkahnya menuju ke suatu tempat.

Ia bawa langkah gemetarnya memasuki sebuah apotek, Indra penciumannya langsung disuguhi dengan bawa obat yang sangat menyengat.

"Kak tolong carikan aku obat ini"ucap Dunk begitu lembut sembari menyerahkan sebuah kertas kepada penjaga dari Apotek tersebut.

Line Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang