Bab.25

339 32 0
                                    

Restoran💍
Malam 23.00



Terlihat Dunk yang kini tengah mendudukan dirinya di sebuah kursi luar ruangan, Dunk di minta sang Papi untuk menenangkan diri setelah perdebatan panjang mereka, Dunk yg tadi tersulut emosi hampir saja membunuh Nyonya Rasee mengunakan sumpit, mungkin jika Gemini tak sigap sumpit itu sudah menancap di kepala wanita paruh baya itu.

Dunk hisap rokoknya sembari memejamkan matanya, teriakan Nyonya Rasee selalu berulang di kepalanya, belum lagi tangisan ketakutan Aya yg melihatnya membuat nya kian gundah.

Dunk sadar jika emosinya sering tak terkontrol dengan baik akhir-akhir ini, mood-nya yang berubah-ubah membuat pikirannya kian kacau, batang candu yang ia hisap juga tak memberikan solusi sedikitpun untuk menenangkan pikirannya.

'Kau haya org yg kotor dan tak berpendidikan, jangan bawa sifat jalang mu ke hadapanku, kau hanya manusia yang menjijikan yang mengangkang pada setiap pria yang kau temui, jalang tetap lahh jalang'

Kalimat itu seperti rekaman yang rusak berulang-ulang di pikiran Dunk, Dunk kepalkan lengannya semakin keras ketika kalimat itu kian jelas diingatnya, hingga muncul kekalahan kecil dari sudut bibir itu sembari bergumam menyalurkan rasa emosi yang tak tertahankan.

"Aku jalang?,  jalang?"ucap Dunk menghembuskan asap candu itu sehingga mengelilingi.

"Kotor, menjijikan"ucap Dunk kembali menghisap batang candu itu lalu menghembuskan nya kembali.

"Memang cocok untukku yang sudah mati ini"ucap Dunk kian lirih.

"Mati"guman Dunk.

"Halo"

Suara sapaan itu berhasil membuyarkan lamunan Dunk, ia alihkan pandangannya melihat seorang pria yang tak asing baginya.

"Apa aku mengganggumu?"ucap Perth.

'kebetulan yang bodoh'ucap Dunk dalam hati.

"Tidak, maaf anda siapa"ucap Dunk lembut.

"Kau tak mengingatku?, aku Perth Tanapon Boonprasert"ucap Perth mengulurkan lengannya untuk berjabat tangan.

'Boonprasert'batin Dunk, sembari menyambut lengan dengan lembut.

Terukir senyum penuh arti di wajah cantik Dunk ketika Perth mengelus lengannya dengan sensual seperti sedang menggodanya, ditambah tetapan mesum lelaki itu membuat Dunk sedikit jengkel.

"Kami sedang kumpul keluarga, Tuan Perth ingin bergabung?"ucap Dunk menarik lengannya dari genggaman lelaki itu.

"Apa kau tak mengganggu"ucap Perth dengan nada yang seolah menggoda.

"Tidak, bukankah Tuan rekan bisnisnya Tuan Phuwin?, kebetulan sekali Tuan Phuwin hari ini melangsungkan pertunangan dengan Tuanku"ucap Dunk ramah.

"Tuanmu?"ucap Perth.

"Ya Tuan"ucap Dunk.

"Pimpin jalan"ucap Perth sembari memegang dengan sengaja pinggang ramping itu. Dunk tak memberontak sedikitpun dirinya membiarkan lelaki itu memegang pinggangnya.

'Tubuhnya begitu wangi, pinggang ini, sungguh indah, setelah ku mendapatkan Phuwin dan seluruh kekayaannya, selanjutnya giliran mu'ucap Perth dalam hati sembari melihat leher jenjang itu penuh nafsu, aroma has Dunk mampu membuatnya terpikat.

"Kau tak ingin menjadi peliharaanku"bisik Perth pelan di telinga lelaki cantik itu.

Dunk tak menjawab sedikitpun seolah dirinya tak mendengar bisikan itu, dirinya masih terus berjalan menuju ruangan tempat mereka berkumpul sebelumnya, 'Rendahan'ucap Dunk dalam hati.

Line Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang