Bab. 39

102 20 0
                                    

Seorang pria berlari cepat di tengah hutan yang gelap seolah tengah mengejar sosok yang tak bisa ia gapai. Nafasnya terengah-engah karena tak berhenti berlari untuk menggapai sosok itu.

Langkah Joong terhenti ketika melihat sosok yang berlumuran darah itu pun berhenti di pinggir sebuah jurang yang terlihat begitu dalam dan gelap.

"Kemarilah itu berbahaya"bujuk joong lembut.

Bukannya menurut pria bersimbah darah itu malah tersenyum dengan keluarnya sebuah darah dari mulutnya, darah hitam itu mengalir kental dari mulut Dunk.

Wajah yang awalnya terlihat tersenyum itu berubah kesakitan, terlihat darah mulai keluar dari selah kedua kakinya, Dunk yang memegang perutnya seolah menahan sakit luar biasa, darah yang awalnya menetes itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah janin utuh.

Joong berlari cepat berusaha menggapai tubuh yang terlihat hilang keseimbangan itu, namun dirinya tak kalah cepat, tubuh itu tetap jatuh masuk ke dalam jurang yang sangat dalam nan gelap itu.

Tidakkkkk...!!

Joong terduduk dengan tubuhnya yang dipenuhi keringat dingin, kedua lengannya masih memeluk erat kotak kayu yang sedari tadi tak pernah ia lepas.

Mimpi itu terasa nyata baginya bahkan sungguh sangat nyata, di matanya senyum indah yang dipenuhi darah serta tubuh yang terlihat kesakitan itu membuat dadanya sesak.

Tatapan itu kembali kosong mengelus lembut kotak kayu itu, pikirannya terus berputar tak percaya dengan semua apa yang terjadi seolah hanyalah mimpi belaka.

"Apa kau sejahat itu?"

"Aku seperti tak mengenal mu"

"Apa aku memang tak pernah mengenalmu, seperti apa yang kau katakan?"

"Rasanya ini terlalu sulit untuk dipercaya Dunk"

"Aku lelah,, hiks... "

"Bahkan aku cengeng sekarang hikss"

Setelah cukup lama menangis mencurahkan perasaannya, akhirnya Joong pun mengalihkan pandangannya ke arah benda pipih yang tak berhenti menimbulkan suara itu.

Joong hapus jejak air mata di kedua pipinya iya tarik nafas yang dalam untuk menetralkan ucapannya agar tak terdengar bergetar seperti habis menangis.

"Ada apa Net?"ucap Joong pekan.

"Tuan maaf mengganggu waktu istirahat Anda, periksalah email baru saja saya kirim"ucap Net.

"Net aku tak mengurus urusan kantor untuk berapa minggu ke depan,   seharusnya kau sudah tahu bukan?"ucap Joong tegas.

"Tuan Ini bukan tentang kantor melainkan tentang tuan Dunk"ucap Net.

Seketika jantung Joong berdebar kencang ketika mendengar nama itu, rasa khawatir kembali melandanya ketika dirinya mengingat mimpi buruknya tadi.

Tanpa menunggu lama ia matikan panggilan itu dengan langsung membaca email yang dikirim oleh sekretarisnya itu.

Joong membaca semua kalimat itu dengan begitu teliti tak meninggalkan satu kalimat pun yang membuat dirinya keliru, rasa syok yang begitu besar menghampirinya ketika melihat dengan jelas berita yang tengah beredar kini.

'Tak mungkin'ucap Joong dalam hati, tangannya mulai bergetar ketakutan membayangkan sesuatu yang tidak tidak.

Ia bawa langkahnya cepat keluar dari kamarnya itu mengambil kunci mobil dan langsung keluar dari mansion tanpa menghiraukan panggilan kedua orang tuanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Line Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang