𝟒𝟐 || 𝐒𝐚𝐟𝐞 𝐟𝐫𝐨𝐦 𝐚𝐜𝐜𝐢𝐝𝐞𝐧𝐭𝐬 ★

43 10 0
                                    

Hari ini adalah hari di mana akan ada diadakannya pertemuan antara dua keluarga, Rey mengulas senyum bahagia setelah melihat gadis cantik baru saja turun dan duduk di kursi seberang nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari di mana akan ada diadakannya pertemuan antara dua keluarga, Rey mengulas senyum bahagia setelah melihat gadis cantik baru saja turun dan duduk di kursi seberang nya.

Berbeda dengan ekspresi kedua orang tua gadis itu yang sedikit risau yang sudah lama menunggu di meja tersebut dengan hanya Dona yang merupakan orang tua Rey tidak dengan Ayahnya, di sebelahnya tak lupa Melisa nenek sekaligus yang mengatur waktu hari ini.

Bima melirik kearah Sena dengan sedikit kagum akan kecantikan putri manisnya yang selalu membuatnya bangga, akan tetapi apakah anak itu bangga memiliki seorang Papa sepertinya?

"Kamu yakin Nak?" Tanya tiba tiba Kina dengan ekspresi yang sulit diartikan, terlihat sedikit tak tega.

Sena sempat terdiam sejenak mendengar ucapan dari sang Mama, kemudian ia menatap wanita itu dan tersenyum. "Iya Ma, sena yakin. Mungkin akan membutuhkan waktu lagi, tapi hati Sena juga pernah berada di sana, di hati Rey. Perlahan pasti akan tumbuh lagi"

Rey mematikan video yang entah sejak kapan ia rekam, kemudian ia meraih satu tangan gadis itu dan mengecupnya pelan. "Aku janji, bakal bahagiakan kamu lagi Sena" Mendengar itu Sena tersenyum kemudian mengangguk.

Dona menepuk nepuk bahu putranya kemudian tersenyum tak kalah senang. "Selamat sayang"

"Makan malam ini cukup membuat cucu kesayanganku bahagia, jadi kerja sama kita mari lanjut lagi Bima, akan aku bantu lagi perusahaanmu" Celetuk Melisa kemudian.

Bima maupun Kina saling menatap satu sama lain dengan ekspresi bahagia, setelahnya mereka menatap Sena. Terlihat gadis itu sedikit berbeda dari biasanya. Anehnya lagi kemarin malam secara tiba tiba putrinya itu menyetujui untuk bertunangan dengan Rey, padahal mereka sudah tidak lagi mendesaknya.

Setelah acara berlangsung cukup lama, Dona maupun Melisa mulai berpamitan untuk pulang, sedangkan Rey ia enggan untuk ikut. Namun mau tak mau laki laki itu mengikuti mereka dengan perasaan kesal. "Omaa .." Rengek Rey.

"Sudahlah Rey, kau harus ikut kami. Waktu kalian masih banyak, dia sudah jadi milikmu tenang saja" Ujar Melisa merasa dongkol dengan cucunya ini.

Rey mendengus kesal. "Yasudah, aku pulang dulu. Nanti aku telpon setelah aku sampai di rumah" Ucapnya sambil meraih tangan Sena.

Detik berikutnya Sena melepaskan tautan tangan mereka lalu mengangguk. "Baiklah"

Keesokan harinya yang hari ini Arsen lakukan hanya menatap layar handphonenya dengan tatapan kosong, satu kata yang mendeskripsikan dirinya hari ini, hampa!

Sedangkan Kiki, laki laki itu terlihat asyik bermain dengan kucing kesayangannya. Berbeda dengan Sagara yang tengah mengutak-atik handphone nya, menit berikutnya Sagara menggeprak meja mampu mengejutkan beberapa inti Arsenio. "Orang gila!" Pekik Kiki.

"Sorry sorry, saking terkejoeet nya hati ini dengan tidak sadarnya tangan mungil nan manis ini menggeprak meja tanpa aba aba" Jawabnya masih dengan menatap layar handphone miliknya.

Kiki menggeplak laki laki itu pelan kemudian mulai mendekat merasa kepo apa yang baru saja Sagara lihat. "Apaan sih emangnya?"

"Sena jadi juga ternyata ya sama si Rey mbayang" Ucap Sagara.

Kiki kembali menggeplak nya. "Rey mbayang ndasmu! Rey chakra bjir! Rey mbayang mah suami yang hampir dikatakan sempurna untuk adinda nya"

"Tapi kok Sena mau lagi ya?" Sagara berpikir sejenak kemudian kembali bersuara. "Mungkin cinta lama bersemi kembali kali ya?"

Srett ..

Arsen bangkit dari duduknya, ia ambil jaket dan juga handphone yang sedari tadi tergeletak di meja, lalu pergi menuju pintu utama basecamp. Sangat jelas sekali ia terganggu dengan apa yang mereka berdua bahas, sangat sangat menganggu!

Arsen mulai menaiki motornya kemudian ia hidupkan mesin sebelum ia melajukan motornya dengan kecepatan lumayan sangat tinggi.

Jalanan mulai ramai dengan pengendara lainya, biasanya di hari liburnya ia habiskan waktu bersama seseorang yang ia cintai, namun kini sepertinya semuanya telah berubah, ia rindu sosok itu.

Menit berikutnya ia menepi setelah melihat mobil seseorang sepertinya telah mengalami kecelakaan, mobil itu menabrak pembatas jalan dan berhenti setelah menabrak pohon besar. Tak banyak yang melihat itu, mau tak mau Arsen langsung hendak menolongnya.

Laki laki itu sedikit berlari dan membuka pintu mobil, alangkah terkejutnya ia mendapati sosok wanita sedang meminta bantuannya, jelas ia sangat mengenali sosok itu.

"Tolong bantu saya, kaki saya sakit" Pintanya sedikit kehilangan separuh kesadarannya, pelipisnya sudah berlumuran darah.

Sebenarnya ia sangat tidak sudi menolongnya, namun hatinya tiba tiba saja tergerak dan mulai menelpon ambulance. "Kau tunggu saja, sebentar lagi akan ada yang menolongmu"

Ketika disaat Arsen hendak pergi, tiba tiba sosok wanita itu mencegahnya dengan menggoyang goyangkan ujung tangan bajunya. "Bisa kau tolong keluarkan saya dari mobil ini? Sepertinya sebentar lagi mobil ini akan meledak" Pintanya penuh harap, ia tak mampu keluar sendiri karna kakinya sangat sakit.

Arsen mulai mengeluarkannya perlahan, namun di saat baru saja beberapa langkah Arsen menggendongnya, dan benar saja mobil itu meledak mengeluarkan api yang menyala, percikan api itu sedikit melukai punggungnya. "Arghhhh .." Ringisnya.

Sosok wanita itu sedikit tersentuh, ia pandangi di setiap inci wajahnya, seperti kembali ke beberapa tahun yang lalu, ia seperti melihat Arkan di saat anaknya itu masih muda. "Kau sangat mirip"

Arsen tak memperdulikannya karna ia fokus menggendong Melisa yang saat ini setengah sadar, pada akhirnya ia telah sampai di kedai sederhana di dekat sana. Perlahan ia merebahkan wanita itu yang bukan lain adalah Omanya.

Arsen duduk dan memejamkan matanya sejenak, ia meringis karna luka di punggungnya terasa perih, detik berikutnya ambulance datang dan petugas rumah sakit itu mulai memindahkan Melisa masuk kedalam mobil.

Pintu mobil itu mulai tertutup, melisa yang ada di dalamnya sekilas melirik Arsen yang sepertinya tengah menahan rasa sakit. "Anak itu .. kasihan sekali .." Belum selesai mengatakan perkataannya tiba tiba Melisa kehilangan kesadarannya.

Beberapa jam kemudian, Arkan memandangi wajah teduh sang ibu dengan perasaan iba, namun sayangnya ia sangat kejam terhadap istri dan anaknya. Ia sangat marah, namun di sisi lain sosok wanita ini adalah ibunya.

Pergerakan tangannya mampu membuat Arkan sedikit menghilangkan kekhawatirannya. "Ma .. apa saja yang dirasakan? Apa masih sangat sakit?"

Melisa menatap putranya dengan tatapan kasih sayang yang enggan diperlihatkan. "Mengenai Attala dan anakmu-"

"Cukup Ma, jangan paksa Arkan untuk tinggalkan mereka lagi" Ucap Arkan menyela ucapan Melisa yang belum sepenuhnya menyelesaikan ucapannya.

Melisa tersenyum dengan selang yang masih belum terlepas dari hidungnya. "Bukan itu"

Arkan mengernyit. "Lalu?"

"Aku kagum pada anakmu, ia sangat baik padaku setelah apa yang telah aku lakukan padanya dan ibunya" Mendengar itu Arkan sedikit bingung.

Melisa kembali tersenyum. "Dia yang telah menyelamatkan aku. Jika tidak, maka aku telah hangus di makan api"

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG:@SNAZWAALISANAD

𝐉𝐎𝐔𝐑𝐍𝐄𝐘 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐕𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang