36 || Planning to apply? ★

981 35 2
                                    

Beberapa hari kemudian, Nasya baru saja berjalan keluar dari dalam kelasnya, hampir seluruh orang lainya sedari tadi sudah berhamburan untuk segera pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hari kemudian, Nasya baru saja berjalan keluar dari dalam kelasnya, hampir seluruh orang lainya sedari tadi sudah berhamburan untuk segera pulang. Tinggal Nasya seorang diri yang baru saja keluar dari sana.

Di parkiran tiba tiba saja Nasya bertemu dengan Arsen yang masih duduk di jok motornya, Nasya baru menyadarinya, mengapa motor laki laki itu kembali? Biasanya Arsen selalu menggunakan mobil? "Dari mana aja sih, Sya? Dari tadi Arsen tungguin" Ujar Arsen tiba tiba.

Nasya menaikkan satu alisnya. "Lah, kenapa nungguin? Sena mana?" Mendengar pertanyaan Nasya barusan membuat Arsen kembali badmood. Laki laki itu tak mau membahasnya sekarang "Lagi gak mau sama Sena, males" Ucapnya dengan ekspresi datar membuat lawan bicaranya mengernyit bingung.

"Lagi marahan, ya?" Tanya Nasya lagi. Arsen menghela nafasnya kasar. "Udah deh jangan banyak tanya Sya. Ayo naik! jadi Arsen anterin gak pulangnya?"

Belum sempat Nasya menjawab, tiba tiba saja Haikal datang dan merangkul gadis itu. "Dia bareng gue" Mendapat rangkulan secara tiba tiba, Nasya menoleh kearah sumber suara. Gadis itu membuka matanya lebar lebar di saat mendapati Haikal di sampingnya. "Kamu?" Ucap Nasya. Sedangkan Haikal hanya menaikkan satu alisnya. "Apa?"

"Lo ngapain sih datang datang langsung nyambung aja?" Sungut Arsen kesal.

"Apa? Gak terima lo?" Jawab Haikal datar tanpa ekspresi. Sedangkan Nasya masih terdiam membisu, demi apa ia sekarang sedang di rangkul oleh mantan kekasihnya? Seorang laki laki yang selama ini masih sangat ia cintai?

"Sudah, sudah!" Ucap Nasya mencoba melerai.

Nasya kemudian menatap Haikal intens. "Kamu mau anterin aku pulang?" Tanya Nasya kikuk, ia sangat senang jika jawaban laki laki itu, iya. Dan benar saja Haikal mengangguk mengiyakan pertanyaan yang baru saja gadis itu katakan.

Ada apa ini? Mengapa tiba tiba Nasya kembali luluh? Ia seperti melupakan kejadian tempo hari? Padahal ia sangat sakit hati dengan laki laki yang berada di hadapannya saat ini? Wah, sungguh ajaib. Seakan akan ia lupa akan hal itu.

Nasya kemudian merapikan rambutnya perlahan, ia mulai berpamitan pada Arsen yang sejak kapan terlihat menunggu seseorang. Tidak mungkin ia sedari tadi menunggunya bukan? Sepertinya ia, alasan Arsen barusan menawarkan ia pulang hanya tawaran semata. "Arsen, maaf. Kayanya Nasya pulang bareng Haikal aja ya? Gapapa kan?"

"Its oke, hati hati. Lo kalo di apa apain sama curut ini, bilang sama Arsen, oke?" Ucap Arsen memperingati.

"Iya iya oke, babay Arsen! Duluan ya!" Ujar Nasya melambaikan tangannya sambil mengejar langkah Haikal yang terlebih dulu berjalan menuju motornya berada.

"Dasar, bocah naif! Masih mau maunya dia sama cowok kaya itu orang!" Gumam Arsen sambil sesekali mengedarkan pandangannya kearah lain, mencoba mencari keberadaan seseorang yang entah siapa.

Lima belas menit kemudian Arsen masih berada di posisinya, tiba tiba saja Sena menghampiri Arsen yang entah sedang apa duduk di kursi motor. "Maaf sayang, kamu nungguin aku? Lama, ya? Kenapa gak langsung pulang aja?"

"Gue gak nunggu, dan gue gak bisa anterin lo pulang, gak usah pede!" Jawab Arsen datar. Sedangkan Sena bingung, jika tidak menunggunya, mengapa laki laki ini masih berada di sini?

Sena kemudian kembali bertanya. "Mau ke basecamp Arsenio, ya? Aku ikut kalo gitu! Pengen liat kondisi di sana saat ini gimana, boleh kan?" Ujar Sena antusias.

"Gak! Gausah so asik! Lo pulang aja, naik gojek atau taxi terserah" Jawaban Arsen barusan membuat Sena berpikir keras, apa laki laki ini masih marah padanya? Sehingga ia bersikap seperti ini sekarang?

"Kamu masih marah? Soal kemarin aku naik bus, dan ketemu Rey gak sengaja?" Tanya Sena kemudian. Arsen lantas terkekeh. "Buat apa gue marah? Gak berguna juga kan? Udah biasa, gue kebal!"

Sena mengernyit. "Udah biasa?"

"Iya, gue udah biasa. Lo bahkan pernah lakuin lebih dari itu kan? Lupa? Jadi, gue udah biasa" Ujar Arsen lagi membuat Sena menghela nafasnya pelan. "Mau sampai kapan kamu ungkit terus?"

"Udahlah, capek juga ribut sama lo. Gue cabut! Lo cepet pesen gojek aja, ehh taxi! Lo pesen taxi!" Ujar Arsen kemudian, hingga detik berikutnya ia meninggalkan Sena sendiri di sana.

"Arghhhhhh!!" Teriak Sena frustasi.

Sedangkan di sebrang sana, Rey terus membujuk seseorang yang sedang duduk di kursi favorit nya sejak lama. "Iya tidak, oma?" Tanya Rey memastikan.

"Oma sudah berbicara pada Papa nya kemarin, kau tunggu saja kabar baiknya dan duduk manis!" Ujar Melisa, wanita yang sudah berumur 60 keatas.

Rey mendengus kesal. "Tapi Oma, kelamaan jika harus menunggu kabar! Kita langsung tunangan saja bagaimana? Kita langsung melamar kesana"

"Dasar bocah tengik, dari dulu kau selalu saja tak sabaran!" Ucap Melisa memutar bola matanya malas. Wanita yang sudah berumur itu kemudian menatap cucu kesayangannya penuh sayang. "Baiklah, nanti kita kerumah nya saja. Tapi Papamu juga harus ikut!"

Mendengar perkataan Melisa, Rey menelan ludah nya susah payah. "Baiklah Oma" Setelahnya Rey pamit pergi dan kembali menaiki motor lamanya. Karna, motor yang biasa beberapa tahun ini ia pakai sudah di kembalikan pada pemiliknya.

Jalanan ramai seperti biasanya, Rey menepikan motornya di saat ia tiba tiba saja melihat seseorang yang sangat ia pikirkan beberapa hari ini, lantas Rey perlahan menghampirinya. "Langit udah mendung, kenapa masih di jalan? Baru pulang bantuin dosen lagi kaya kemarin?" Tanya Rey langsung setelah menepikan motornya.

"Ngapain?" Tanya Sena, ia tak berniat menjawab pertanyaan Rey barusan.

Rey menatap Sena dengan tatapan penuh cinta, laki laki itu merasakan perasaan nya kembali seperti bertahun tahun yang lalu, di mana ia bertemu dengan Sena pertama kalinya. Cantik, Ya. Gadis di hadapannya ini sangat cantik, ia benar benar sangat menyesal untuk yang kesekian kalinya.

"Ngapain?" Tanya Sena kedua kalinya.

Rey tersadar dari lamunannya, laki laki itu kembali fokus pada gadis itu. "Kenapa? Kenapa masih di sini? Nungguin Arsen?" Mereka saling melempar pertanyaan.

Sena memutar matanya malas. "Gue pergi!" Sebelum Sena beranjak dari duduknya, laki laki yang berada di hadapannya tiba tiba mencegahnya. "Aku anter kamu pulang"

"Gak usah! Gak usah cari gara gara. Ulah lo kemarin aja belum kelar, lo udah mau bikin ulah lagi?" Pekik Sena dengan nada yang lumayan tinggi.

Rey terkekeh. "Arsen masih marah sama kamu? Really? Dia gak percaya sama pacarnya sendiri?"

"Bukan urusan lo!" Jawab Sena.

Sebelum Sena kembali melanjutkan langkahnya, Rey kembali bersuara untuk yang kesekian kalinya. "Apa kamu gak capek Sena, kamu dalam hubungan tanpa salah satunya memegang kepercayaan terhadap pasangannya?"

Deg..

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG:@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang