Sena bangun jam 8 Pagi ini, hari minggu yang ia tunggu tunggu telah datang, entah mengapa jantungnya berdebar debar sejak ia bangun dan wajahnya berseri seri. Senyumnya mengembang kala memikirkan apa yang akan terjadi nanti, pasti akan sangat romantis.
"Rey pasti mau kasih surprise buat aku" Pekiknya sambil memegang sisir didepan cermin memperhatikan penampilannya pagi ini.
"Bi inemm, bii sepatu aku yang dibelakang udah dicuci kan?" Teriak Sena membuat bi inem dengan buru buru membawa sepatu santai tersebut kehadapannya.
Sena mengedipkan mata kanannya. "Thanks bi" Ucapnya yang mendapat senyum dan anggukan wanita paruh baya itu.
Diperjalanan tak henti hentinya ia bersenandung ria, kali ini ia akan memesan taxi dikarnakan saat ini Sena harus menjaga penampilannya agar tetap cantik, jika memesan gojek ia pasti akan terlihat kusam lagi karna polusi.
Sesampainya dicoffe Sena langsung menelusuri tempat sambil menyipitkan mata memperjelas penglihatannya.
Lima belas menit berlalu ia menelusuri tak ada tanda tanda Rey berada. Apa Rey tak datang? Apa ia sudah pulang karna lama menunggunya?
Sena menghela nafas pasrah ia kembali mengangkat kepalanya setelah sekian lama menunduk lirih, ia menoleh kembali kesana kemari tapi tetap saja tidak menemukannya.
Tiba tiba matanya berair ia sangat kesal dan sedih berharap Rey selalu ada untuknya tapi itu semua hanya angan anganya saja. Apa ini salah chat dengan nomor baru malam tadi memberinya pesan? Apa Sena salah menganggap pesan itu dari Rey? Ah yang benar saja, tapi jika pun itu pesan salah sambung, mana mungkin orang itu tau betul mengenai dirinya.
"Hai cantik" Panggilan itu membuatnya mendongak, laki laki itu kemudian tersenyum.
"Arsen?"
"Kenapa?" Tanya laki laki itu.
"Kenapa ada disini?" Pertanyaan Sena barusan membuat Arsen terkekeh.
Sena mengernyit. "Ada yang lucu? Kok ketawa?"
"Lah kamu aneh banget, bukannya kita udah janjian ya?" Ucapan Arsen membuat Sena syok.
"Janjian?"
"Jelas jelas aku yang tentuin alamatnya disini, kamu lupa? Ituloh nomor baru yang aku chat" Ucap Arsen menjelaskan.
"Kenapa bingung? Gak sesuai ekspetasi? Karna emang bukan aku kan yang kamu cari?" Ucapan laki laki itu membuat Sena tediam membisu.
"Kamu ngomong apa?" Ujar Sena kemudian merasa gugup.
Laki laki itu kemudian terkekeh. "Jangan maksain Sen, gue udah tau semuanya"
Deg'
Arsen menghela nafas kasar, lalu kembali menatap gadis itu. "Kenapa lo bohongin gue?" Tanya laki laki itu merubah panggilannya dengan Lo gue.
"Aku gak tau" Jawabnya singkat lalu menunduk pasrah.
Arsen menaikan satu alisnya. "Gak tau?"
"Lo anggap gue selama ini apa? Mainan lo?" Arsen tak puas dengan jawaban perempuan itu.
"M-maaf" Hanya itu yang Sena katakan.
Laki laki membuang mukanya, lalu kembali menatapnya. "Hanya itu? Enteng banget lo ngomongnya, gue kira yang jadi orang jahat dalam hubungan kita itu gue, nyatanya gue salah!"
"Gue sempet mikir, gue salah sama lo dulu karna sejahat itu lebih mentingin Nasya yang notabenya sahabat gue sendiri, gue juga sempet mikir apa gue bisa perbaiki kesalahan gue sama lo, tapi disini nyatanya gue yang tolol bisa percaya gitu aja sama muka so polos lo!" Tekan Arsen.
Sena perlahan meraih kedua tangan laki laki itu. "Maafin gue"
"Gue gak butuh maaf dari lo, Sena! Gue pengen lo jujur, sebenernya apa niat lo deketin gue? Sedangkan lo udah punya pacar!"
"Gue cinta sama dia, gue gak mau dia tinggalin gue, gue terpaksa lakuin ini demi kesenanganya, gue- gue mencoba buat lo keluar dari Arsenio" Ujarnya berterus terang.
Rahang laki laki itu mengeras. "Terus apa kabarnya sama hati gue? Lo bela belaan kaya gitu gak sempet mikirin perasaan orang lain, Sena!"
Gadis itu mendongak melihat mata laki laki itu yang sudah berkaca kaca, sepertinya ia sedang menahan air matanya yang mulai membendung. "Maafin gue, maaf-" Lirihnya.
Arsen melepaskan tautan tangannya dari gadis itu. "Kalo niat lo gitu, kenapa lo mau jadi pacar gue? Seengganya kalo mau buat gue keluar dari Arsenio lo bisa pake cara lain yang gak ngelibatin hati lo! gue kecewa sama lo, lebih tepatnya gue jijik! Lo sama halnya kaya cewe murahan yang gak cukup satu laki laki" Tekannya.
Hati gadis itu berdenyut nyeri mendengar penuturan laki laki itu, namun tersadar, ia pantas mendapatkan kebencian Arsen yang sudah mempermainkannya.
Dirasa dirinya tak kuat menahan air matanya yang hendak terjatuh, laki laki itu langsung pergi setelah mengatakan hal yang membuat tubuh gadis itu terdiam.
"Selamat, lo berhasil buat gue jatuh sejatuh jatuhnya, kita putus aja, lebih tepatnya mengakhiri apa yang sepantasnya sudah berakhir, gue harap lo jangan tampakin muka lo lagi dihadapan gue!"
Sena mengurungkan niatnya untuk mengejar laki laki itu, ia tau pasti Arsen kini sudah muak dengannya. "Maafin gue, gue jahat banget sama lo, dari awal gue tau gue salah, disisi lain gue udah mulai sayang sama lo, tapi gue juga takut Rey bakal tinggalin gue"
Keesokan harinya tepat bel sudah berbunyi. Sena menempelkan pipi kanannya dimeja sambil memejamkan matanya. Otaknya lagi lagi memikirkan soal laki laki itu.
"Sen, udah yo kita kekantin aja, udah gausah difikirin soal Arsen" Bujuk Lala menarik narik ujung baju lengannya.
"Lo kekantin aja, gue mau istirahat disini, lagi males kemana mana pengen diem aja" Jawab Sena hampir terdengar seperti gumaman.
"Lo punya Mag Sen, nanti kalo kambuh berabe" Lala masih berusaha membujuk sahabatnya itu.
Pada akhirnya gadis itu memutar bola matanya malas. "Yaudah nitip batagor aja sama es teh"
Lala mengangguk lalu berjalan menuju kantin, gadis itu masih memakluminya karna saat ini pasti Sena sedang tidak mood apa apa.
Gadis itu bercerita panjang lebar kemarin malam, Lala sempat sedikit kecewa pada sahabatnya namun untung saja Lala masih mau berteman dengannya.
★★★★★
~TO BE CONTINUE~
IG : @SNAZWAALISANAD
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Love [End]
Romance[Part lengkap] Sena Khalisa Allaric perempuan cantik yang terpaksa bermain drama masuk kedalam hidup Arsen Syakalio, ia dipaksa pacarnya sendiri yang bernama Rey Chakra untuk menaklukan seorang Arsen padanya agar laki laki itu mundur dari sebuah gen...