38 || Meeting of two men ★

1K 45 35
                                    

Kini kedua orang laki laki tengah berhadapan di meja salah satu kedai yang berada di area taman wisata, pria paruh baya itu berdehem kemudian menatap laki laki di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini kedua orang laki laki tengah berhadapan di meja salah satu kedai yang berada di area taman wisata, pria paruh baya itu berdehem kemudian menatap laki laki di depannya. "Begini Arsen, om tau kamu sudah menjalin hubungan kembali bersama Sena. Tapi .."

"Tapi?" Ucap Arsen dengan penuh tanda tanya. Laki laki itu di buat bingung dengan sikap lawan bicaranya yang terlihat aneh.

"Om mau menjodohkan Sena dengan laki laki pilihan om" Ujar Bima dengan keyakinan penuh.

"Om minta kamu-" Ucapan Bima selanjutnya terhenti ketika Arsen dengan cepat menyelanya.

"Minta saya menyerah? Om akan menjodohkan Sena dengan laki laki bedebah itu? Rey chakra?" Ucapnya dengan suara yang menggebu gebu.

Bima memberikan tatapan yang tak biasa pada laki laki di depannya. "Dengan Rey masa depan Sena sudah jelas, keluarga kami pun akan terbantu"

"Lantas apa Sena menyetujuinya?" Tanya Arsen dengan intonasi menahan diri agar tidak tersulut emosi. Sedangkan Bima kembali menatap Arsen. "Dia tidak pernah membangkang keluarga nya, semenjak bersama dengan kamu ia menjadi gadis yang susah di atur dan keras kepala. Maka dari itu Om mohon, lepaskan Sena"

Arsen kembali terkekeh. "Saya bisa bahagiakan dia Om, saya bisa" Ucapnya kemudian.

"Tidak ada waktu lagi Arsen, keluarga kita dalam situasi yang buruk saat ini, satu satunya cara agar semuanya kembali ke semula Sena harus segera bertunangan dengan Rey"

Arsen tak tahan, ia benar benar tidak tahan. Laki laki itu meremas ujung jaket nya, tangannya terkepal kuat. Ia kemudian berpamitan pada Bima, ia takut akan melakukan hal yang tak pantas. Untuk saat ini ia butuh menenangkan diri terlebih dahulu. "Saya pamit, Om"

Saat ini Nasya sedang berada di taman impian, gadis itu satu jam yang lalu pergi menemui kekasih di rumahnya, dan kini ia berjalan jalan keluar, karna hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja hingga sampai di taman impian ini. Nasya mengajak Alma, adik Haikal berkeliling. "Dulu Alma pernah mau di culik Kak, di sini. Untung ada temen nya abang Haikal yang baik" Tutur Alma, gadis kecil yang baru saja akan menginjak usia remaja.

"Dulu Alma masih kecil, tapi sekarang Alma bisa jaga diri" Ujarnya lagi membuat Nasya terkekeh kecil.

Menit berikutnya Nasya pergi membeli dua ice cream, gadis itu memberikan satu cone ice cream lainya kepada Alma. "Temen nya abang Haikal cewek, apa cowok?"

"Cewek, tapi tenang aja. Mereka gak ada hubungan apa apa. Kak Nasya santai aja, oke?" Jawab Alma dengan cengiran khasnya.

Nasya memutar bola matanya malas. "Iya pastinya, kakak Santai kok, lagian abang kamu klepek klepek sama Kak Nasya. Jadi its oke, i'm fine"

"Dih Kak Nasya narsis banget" Celetuk Alma kemudian membuat Nasya tak kuat menahan tawa. Beberapa menit kemudian Nasya kembali bersuara. "Kak Nasya gak pernah liat Mama sama Papa kamu, mereka ada di mana sebenarnya?"

Alma seketika terdiam, ia bingung harus menjawab apa. "Emm, Papa sama Mama gila kerja, mereka jarang pulang" Jawabnya.

"Pantesan Kakak setiap main ke rumah gak pernah liat, dan setiap Kakak tanya abang kamu, dia gak pernah jawab" Tuturnya.

Alma hanya tersenyum, kemudian menoleh kearah Nasya dengan masih menjilat ice cream di tangannya. "Enak banget ya kayanya kalo bisa habisin waktu sama orang tua, kak Nasya pasti bahagia kan tinggal sama kedua orang tua kakak di rumah, jadi iri"

Mendengar itu Nasya membisu, matanya mulai memerah, ia tiba tiba saja teringat lagi bagaimana kejadian dulu menimpa keluarganya, ia harus tahan, ayo Nasya kamu harus kuat, jangan menangis di depan Alma. "Keluarga kakak udah gak ada, Alma. Mereka udah di syurga"

Alma membungkam mulutnya, dengan cepat gadis yang baru saja akan menginjak usia remaja itu memeluk Nasya dengan perasaan bersalah. "Sorry kak, aku gak tau"

"Iya gak papa, kakak juga yang belum kasih tau kamu, kan?" Ujarnya kemudian.

Sedangkan di sisi lain, Arsen baru saja memecahkan sebuah gelas yang terletak di meja. Laki laki itu baru saja mengeluarkan amarahnya yang sejak tadi ia tahan. "Arghhhhhhh!"

Tangan kanannya membanting gelas itu cukup keras, pecahan kaca berserakan di mana mana. Sebuah bel berbunyi, laki laki itu membukanya, Arsen dengan cepat memeluk gadis yang ada di balik pintu tersebut. "Lama banget sih sampe nya, katanya kamu udah janji gak bakal lama kalo aku panggil?" Ujarnya dalam pelukan gadis itu.

"Kamu kenapa? Kenapa nangis? Kamu sakit?" Tanya Sena khawatir. Setelah Arsen menegakkan kembali tubuhnya, Sena menangkap sesuatu tepat pada lantai, gadis itu sedikit syok dengan keadaan apartemen kekasihnya.

"Kamu kecolongan? Kenapa berantakan banget, ada pencuri masuk ke sini?" Tanya Sena sambil kembali merapikan bantal sofa, kemudian mulai meraih satu persatu pecahan kaca dan memasukkannya ke dalam tong sampah mini yang baru saja ia ambil.

Sepersekian detik, Sena menghentikan pergerakannya ketika baru saja mendengar ucapan yang Arsen katakan. "Tadi Papa kamu ngajak aku ketemu"

Sena bangkit, ia berbalik badan menatap sang kekasih dengan tatapan khawatir. "Apa yang Papa omongin sama kamu? Dia bilang apa aja? Kenapa gak bilang aku dulu?"

"Kenapa harus bilang kamu dulu? Kalo aku bilang kamu, aku bakalan jadi orang bego yang gak tau kalo pacar nya bakal tunangan sama cowok lain!" Pekik Arsen, amarahnya kembali memuncak.

Sena mulai mendekat ke arah laki laki yang sedang mengepalkan kedua tangannya. "Tahan amarah kamu, aku gak akan menikah sama siapapun kecuali sama kamu, i promise"

"Really? Lantas apa yang akan kamu lakukan ke depannya? Orang tua kamu di ambang ke hancuran, right? Apa kamu yakin?" Tanya Arsen lagi.

Sena menganggukkan kepalanya dengan mantap. "Aku yakin, aku gak akan tinggalin kamu lagi, kecuali kamu sendiri yang tinggalin aku" Sena kemudian memeluk Arsen, mencoba menenangkan laki laki yang ia sayang, Sena sangat takut, ia benar benar takut jika harus berpisah lagi dengan Arsen. Ia sudah terlalu mencintai laki laki yang ada di pelukannya saat ini.

"Aku bawain kamu sup ayam, aku tau kamu pasti belum makan, kan?" Tanya Sena, perlahan gadis itu melepaskan pelukannya dan menatap Arsen dengan tatapan penuh sayang.

Arsen menghapus sisa air yang berada di pelupuk matanya, ia malu, ia benar benar menangis, karna ia sangat takut kehilangan Sena. "Aku laper, mau di suapin makan nya"

Sena menggeleng geleng kepalanya, baru beberapa detik laki laki itu terlihat menakutkan dengan ekspresi marahnya, dan kini sudah berubah menjadi bayi besar yang merajuk manja. "Dasar, bayi besar!"

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG:@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang