41 || Go to the club ★

979 30 0
                                    

"Enggak, lo gak pernah ngerasain apa yang gue rasain La, kenapa sih kisah percintaan gue banyak banget cobaannya" Pekik Sena tak tertahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enggak, lo gak pernah ngerasain apa yang gue rasain La, kenapa sih kisah percintaan gue banyak banget cobaannya" Pekik Sena tak tertahan.

Sudah 20 menit lamanya yang Lala lakukan hanya memeluk mencoba menenangkan Sena yang sedari tadi menggerutu, sesekali ia menghela nafasnya pelan. "Bingung juga sih kalo gue jadi lo, Na"

"Tapi gue yakin La, dia kaya gitu pasti dapet ancaman yang besar, selama ini Arsen gak pernah pasrah kaya gini" Ucap Sena mampu membuat Lala mengangguk setuju mengiyakan.

Sena mengusap pelan sisa air mata di pelupuk matanya, lalu menatap Lala kemudian. "Masih kerja di club itu?" Dengan cepat Lala mengangguk.

"Di club ada apa aja sih La selain minuman minuman kaya gitu, terus joget-joget?" Tanya Sena penasaran.

Lala menoyor jidat gadis itu lumayan kencang. "Gausah aneh aneh ya, jangan berpikir untuk ngilangin stres dengan cara itu!"

"Gue sekedar penasaran aja ada apa aja di sana, sedangkan lo sering banget kesana iri banget gue" Balasnya lagi.

Lala kembali menoyor gadis itu. "Seharusnya gue yang iri anjir, lo bisa kuliah yang bener menggapai cita cita yang lo mau, sedangkan gue? Gue kesana kerja, cari duit! Cuman jadi bartender yang gajinya lumayan besar buat gue"

Menit berikutnya Sena menampilkan puppy eyes nya membuat Lala mengernyitkan dahinya bingung. "Kesana yuk? janji gak akan aneh aneh cuman mau lihat lihat aja, penasaran doang please" Pinta Sena sedikit memohon.

"Gak! Gausah aneh aneh lo ya Sena! Lagian gue harus menikmati hari libur gue, ini malah suruh kesana yang ada gak jadi liburannya nanti" Jawab Lala tegas.

Sena mengerucutkan bibirnya. "Please, bentar doang kok, janji gak akan macem macem"

"Bahaya Sena" Jawab Lala lagi sedikit pusing, temannya itu jika punya keinginan selalu saja harus di turuti. Melihat respon Sena yang terlihat kesal, gadis itu kemudian mengiyakannya. "Oke, tapi janji untuk kali ini aja, ya?"

Mendengar itu seketika raut wajahnya berubah ceria. "Oke, tapi kita diem diem aja, jangan sampe Mama Papa tau" Bisik Sena yang diangguki oleh gadis di sebelahnya.

Sesampainya di sana Sena merasa berada di dalam kuburan, lumayan sangat gelap! Hanya beberapa cahaya yang ada, ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang berada di tempat ini.

"Lo jangan kemana kemana tunggu gue di sini, gue mau sekalian ngambil jaket gue yang ketinggalan mau sekalian dibawa pulang" Peringat Lala seperti berbicara dengan anak kecil yang takut hilang jika di tinggal sebentar.

Sena mengangguk. "Jangan Lama lama, gue takut di sini ternyata banyak om om"

Lala kemudian mengangguk dan melangkah pergi, di rasa tenggorokannya sedikit kering ia merasa sangat haus, Sena menuju meja bartender. "Minta minum biasa dong mas"

"Wait ya kak" Jawab Bartender itu.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Sena mengambil gelas yang di berikan tersebut dan langsung meminumnya dengan rakus satu gelas hingga tandas. "Nah gini kan seger, tapi bentar. Kok ada pahitnya gini, ah sudahlah mungkin air di club memang punya ciri khas sendiri"

Saat ini malam terasa sangat dingin dengan angin yang terus menerpa kulit wajah tampan yang terlihat sedih. Arsen berjalan santai di jalanan yang lumayan ramai dengan cahaya dari beberapa gedung tinggi dan kendaraan lainya.

Menit berikutnya tubuhnya menegang, matanya membelalak, tangannya ia masukkan kedalam saku hoodie dan berusaha berjalan santai lurus. Namun di arah yang berlawanan gadis itu terdiam, ia seperti bermimpi melihat laki laki yang ia cintai berjalan kearahnya.

Setelah hanya berjarak beberapa centi saja, Sena tersenyum. "Itu beneran kamu ya? Hehee" Ucapnya seperti kehilangan separuh kesadarannya.

Arsen mencium aroma asing di tubuh gadis yang ada di depannya, kemudian ia menepuk nepuk pipi manis itu berulang kali. "Mabuk? Siapa yang bawa kamu kesana! Hei! Kenapa sendirian"

Tak ada jawaban, Sena perlahan memeluk Arsen dengan mata yang tertutup, ia sandarkan kepalanya di dada bidang laki laki itu. "Aku ngantuk"

Sedangkan di seberang sana Lala sangat ingin menangis, di saat kembali ia tidak menemukan Sena di sana, ia tanya pada bartender jawabannya ia tidak melihatnya lagi setelah ia memberikan minuman untuknya.

Bartender itu tidak tau jika Sena meminta air 'biasa' yang dimaksud nya adalah air mineral, ia malah memberinya minuman seperti biasa yang berwarna putih dengan alcohol yang lumayan tinggi yang di inginkan para costumer lainya.

Lala mencoba menelpon Sena, namun gadis itu tidak menjawabnya, Lala benar benar sangat panik, ini yang ia khawatirkan sejak pertama ia membawa gadis itu pergi.

Malam berganti pagi, aroma masakan tercium dari arah dapur, perlahan Arsen bangkit dari ranjangnya dengan mata yang masih belum sepenuhnya terbuka. Ia melangkah menuju dapur terlihat seorang gadis dengan lihainya sedang memasak sesuatu di sana.

Meja yang biasanya kosong mendadak banyak sekali makanan yang sudah tersaji, Arsen tak tahan ingin segera menyicipinya. Setelah Sena menyelesaikan masakan terakhirnya, ia duduk dan menarik Arsen mengikutinya. "Aku masakin kesukaan kamu hari ini, gimana?" Ucapnya dengan senyum manisnya.

Arsen melirik semua makanan itu lalu menatap Sena dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gak ada dari jangkauan gue lo udah melebihi batas" Ucap Arsen dengan raut yang tiba tiba saja terlihat marah.

"Maaf, tapi murni itu aku gak sengaja" Jawabnya memelas, gadis itu menunduk takut.

Arsen berdecak. "Jelas jelas lo ketempat itu, masih mau ngeles? Mabuk mabukkan gak jelas! Lo perempuan! Pantes lo kaya gitu haa?"

"Sengaja kan lo pergi kesana, terus ketemu gue di jalan dengan keadaan lo yang kaya gitu, tapi itu semua gak bikin gue kasihan! Malah makin kesini lo makin banyak tingkah, bisa gak sih lo diem aja dirumah nurut apa yang orang tua lo suruh?" Ucap Arsen panjang lebar.

Sena hanya terdiam, ia menahan air yang hendak jatuh di pelupuk matanya, masih nyaman menunduk dan meremat ujung bajunya dengan perasaan sesak.

"Bisa gak usah banyak tinggah gak?" Tanya Arsen lagi dengan nada rendah menatap Sena dengan tatapan kesal.

"Kita bahas nanti ya, makan dulu kamu udah laper kan?" Sena mengulas senyumannya perlahan berusaha mengusir kecanggungan kemudian ia mengambil nasi keatas piring laki laki itu dan ketika akan mengambilkan lauknya tiba tiba Arsen bangkit dari kursi. "JAWABB!" Bentaknya keras.

BRAKKK..

Sena mengeprak meja, ia menghapus air mata yang sejak kapan sudah berada di pipinya, detik berikutnya gadis itu memakai sepatu dan pergi dengan perasaan sesak di dadanya.

★★★★★

~TO BE CONTINUE~
IG:@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang