45 || The end ★

2K 41 22
                                    

Hari ini adalah hari perayaan mahasiswa setelah yudisium

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah hari perayaan mahasiswa setelah yudisium. Mereka memakai baju beserta toga wisuda mulai berjejeran untuk melalukan sesi foto bersama. Semua orang terlihat senang dengan senyuman khasnya masing masing.

Setelahnya acara selesai, sebagian orang ada yang menumpahkan air matanya karna kedepannya mereka akan menuju tujuannya masing masing. Sedangkan Arsen ia sedari tadi mencari cari keberadaan Sena, entah kemana gadis itu perginya.

Sedangkan yang dicarinya sedang memakan satu cone ice cream ditangan kanannya duduk di bangku taman kampus, tak lupa di sebelahnya ada dua manusia yang saling menyuapi ice cream satu sama lain, Sena menghela nafasnya kasar, merasa muak dengan kedua manusia itu.

"Kalian berdua bisa pergi gak? Kesel lama lama gue di sini" Gerutu Sena menatap kedua sepasang kekasih itu.

Nasya menoleh kearah Sena yang terlihat kesal kearahnya. "Iri ya?" Kemudian mendapat kekehan dari Haikal yang mendengarnya.

"Udah sayang biarin aja, dia lagi kesel gak ada pasangan. Lakiknya gak bisa ngerayain wisuda masih sakit" Ledek Haikal tak tertahan. Menit berikutnya Arsen datang kemudian membuat gadis itu sedikit terkejut membawanya pergi entah kemana.

Mereka menuju parkiran, ketika hendak menaiki motornya dengan cepat Sena menghempaskan tautan tangan laki laki itu. "Ngapain sih lo, narik narik tangan gue!"

"Kita harus ke rumah sakit sekarang" Ujar Arsen kemudian kembali menaiki motornya dan mulai memakai helm fullface nya. "Cepet naik"

Mau tak mau Sena menuruti laki laki itu, detik berikutnya Arsen mulai mengendarai nya dengan kecepatan tinggi. Arsen menyuruh gadis itu untuk memeluknya, entah apa yang dipikirkan oleh Sena gadis itu perlahan memeluknya dari belakang tanpa bantahan kali ini.

Sesampainya di sana Arsen dan juga Sena ikut menghampiri Rey yang sedang berbicara dengan Arkan, Ayahnya yang selama ini ia inginkan kehadirannya. Disana ada Dona dan juga Melisa yang senantiasa terus menjaganya.

Terdengar Rey terus meringis kesakitan dan mengeluarkan air matanya menahan rasa sakit di dadanya yang amat dahsyat. Rey memanggil Arsen, kemudian laki laki itu menghampirinya. "Butuh bantuan?"

"Tolong jaga Sena, gue cuman percaya lo buat jagain dia, gue takut gak bisa lewatin ini semua, tolong maapin kesalahan gue selama ini sama lo" Ucap Rey penuh harap.

Rey berhenti sejenak kemudian kembali bersuara. "Maap gue udah seenaknya sama lo dulu, gue pasti ngerasa nyesel banget kalo sampe gue gak bisa minta maap sama lo, gue tau gue salah bisa bisa nya gue benci dan iri sama adik gue sendiri"

Arsen hanya terdiam, kemudian ia memberanikan diri menjawab semua ucapan Rey barusan. " Oke gue maapin, tapi gue gak sudi dipanggil adik sama lo, kecuali lo harus sembuh dan lewatin semuanya jika lo mau gue panggil kakak, meski terdengar aneh"

Rey terkekeh kemudian kembali menatap Arsen. "Makasih, tapi gue gak bisa janji buat sembuh"

Setelah mengatakan itu, Rey beralih menatap Sena. "Makasih untuk semua kebahagiaan yang kamu kasih, kamu gak bisa bohongin aku dengan tatapan kamu. Aku tau di hati kamu dulu dan sekarang itu beda, cinta kamu cuman untuk Arsen sekarang. Jadi, kamu berhak bahagia dengan pilihan hati kamu, tapi kamu harus tau cinta aku dari dulu gak pernah hilang buat kamu"

Rey kemudian beralih menatap Melisa. "Oma, didunia ini Oma yang selalu manjain Rey setelah Mama, Oma selalu berikan apa yang Rey mau disaat Mama melarangnya. Rey mau sekarang Oma kabulin lagi untuk yang terakhir kalinya apa yang Rey mau. Tolong jaga Mama buat Rey"

Mendegar itu Dona maupun Melisa menangis, Dona menggeleng gelengkan kepalanya. "Enggak sayang, kamu yang harus jaga Mama sendiri, Mama cuman mau kamu yang jaga Mama"

Detik berikutnya suara pintu ruangan itu terbuka, terlihat Arkan yang ada dibalik pintu itu datang bersama Attala, Rey tersenyum kearah laki laki paruh baya itu kemudian perlahan menutup matanya tak sadarkan diri.

Semua orang yang berada disana menangis tak tertahan, Arkan yang baru saja datang menepuk nepuk pipi laki laki itu. "Ayah datang kesini untuk lihat kamu sehat, bukan kaya gini Rey! Bangun!"

"Rey!"

"Kamu dengar Ayah!"

"Ayo bangun!"

Attala coba menenangkan Arkan yang entah sejak kapan sudah mengeluarkan air matanya. Begitupun Melisa yang memeluk Arkan sambil mengelus punggungnya agar anaknya itu sedikit tenang.

Beberapa jam yang lalu, Arkan baru saja pulang dari restorannya. Pria itu duduk di kursi biasa yang selalu ia tempati ketika pulang mengontrol restoran. Kemudian Arkan melihat sebuah amplop yang berisi surat.

Arkan perlahan membukanya lalu dengan teliti membaca di setiap bait tulisan itu, Arkan mengeluarkan air matanya. Isi surat itu membuatnya sangat sedih dan merasa bersalah. Setelahnya Arkan bergegas pergi menuju rumah sakit.

(Untuk Ayah, maap jika Rey selama ini selalu buat Ayah kesal. Tujuan Rey menulis ini karna Rey mau Ayah sedikit aja dengerin apa yang Rey rasakan selama ini yang gak bisa Rey kasih tau Ayah. Rey butuh sosok Ayah yang selalu support anaknya, terkadang Rey iri dengan Arsen sampe dulu Rey begitu benci sama dia. Arsen beruntung banget bisa ngerasain kasih sayang Ayahnya begitu dalam, jujur Rey bener bener iri. Rey gak tau apa yang membuat Ayah gak bisa melihat keberadaan Rey sama sekali meski Rey selalu ada dihadapan Ayah. Apa karna Rey bukan darah daging Ayah sendiri? Rey gak kuat Ayah, terkadang Rey pengen nyerah di saat dada Rey kambuh, Rey ingin dipeluk Ayah ketika sakit itu ada. Tapi, ada satu hal kecil yang membuat Rey bahagia. Ayah pernah ajarin Rey sepeda saat Rey umur 5 tahun. Jika bisa, jujur Rey mau mengulangi di masa masa itu meski hanya sebentar. Setelah Rey sembuh, apa Ayah mau peluk Rey sebentar sebagai hadiah bahwa Rey sudah bisa berhasil melewatinya?)

Dipemakaman, semua orang mulai pergi. Hanya Arkan yang tersisa, pria paruh baya itu terus menyalahkan dirinya sendiri. "Maap nak, Ayah gagal jadi sosok yang yang baik buat kamu, Ayah benar benar menyesalinya. Ayah terlalu egois, jika waktu bisa terulang lagi maka Ayah akan selalu peluk kamu meski kamu gak minta, Ayah support kamu jika kamu mulai lelah. Tapi itu semua cuman jadi angan angan yang tak bisa terjadi. Semuanya sudah terlambat, semoga disana kamu bisa bahagia di kehidupan selanjutnya nak. Ayah sayang kamu, tolong maapkan Ayah"

Suara langkah kaki terdengar, Attala menyentuh bahu suaminya perlahan. "Udah mau hujan, kita harus segera pulang Pa"

★★★★★

~END~
IG:@SNAZWAALISANAD

Journey Of Love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang