Bab 1

5.6K 117 2
                                    

Seorang wanita cantik sedang duduk berhadapan dengan seorang wanita berwajah tegas yang menjabat sebagai HRD di perusahaan EcoMoto Group— salah satu perusahaan otomotif terbesar di kota Jakarta.

"Rania Maharani, ya?"

"Iya."

"Umur 24 tahun. Pengalaman kerja, pernah menjadi petugas kebersihan di rumah sakit selama satu tahun."

Wanita bernama Rania itu mengangguk sambil tersenyum manis. Sedangkan sang HRD masih fokus membaca lembaran surat lamarannya.

"Kenapa kamu mundur dari pekerjaan kamu yang sebelumnya?" tanya HRD tersebut.

Rania berusaha untuk tersenyum meskipun merasa gugup. "Alasan pribadi, Bu," jawab Rania dengan suara sedikit bergetar. "Ada situasi yang membuat saya harus berhenti."

HRD itu menatapnya dengan tajam, seakan berusaha membaca setiap inci dari Rania. "Situasi apa? Kami butuh karyawan yang stabil dan bisa diandalkan. Kalau kamu mundur hanya karena masalah kecil, itu akan jadi masalah buat kami."

Rania menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Saya mengerti, Bu. Tapi situasinya memang cukup berat waktu itu, dan saya tidak punya pilihan lain. Saya berjanji, saya akan bekerja dengan baik jika diterima di perusahaan ini."

"Kenapa saya harus menerima kamu?"

"Saya sangat butuh pekerjaan ini, Bu."

"Kamu tahu, 'kan? Ini perusahaan besar, tidak sembarangan orang bisa bekerja di sini."

Rania mengangguk. "Saya tahu, Bu. Itulah sebabnya saya sangat berharap bisa menjadi bagian dari perusahaan ini."

"Hanya dengan ijazah SMP?" tanya wanita itu dengan nada meremehkan, sambil menyunggingkan senyuman miring di wajahnya.

Rania menunduk. "Maaf, Bu. Hanya itu ijazah yang saya punya."

Wanita itu tertawa sinis sambil membanting surat lamaran Rania ke atas meja. "Dengan ijazah ini, seharusnya kamu pergi ke dinas kebersihan dan melamar sebagai petugas kebersihan jalan. Perusahaan kami tidak bisa menerima pekerja lulusan SMP, minimal harus lulusan SMA dengan dua tahun pengalaman kerja," ucapnya tegas.

Rania kembali menunduk, matanya terlihat berkaca-kaca.

"Saya heran, siapa yang meloloskan kamu sampai ke tahap wawancara. Perasaan saya nggak pernah ceroboh dalam memilih pelamar," gerutunya kesal.

"Carilah pekerjaan di tempat lain, kamu tidak diterima," ucap wanita itu lagi, sambil mendorong surat lamaran tersebut ke depan Rania.

Rania mengambil surat lamarannya dengan wajah sedih. Kemudian, ia berdiri dari duduknya dan segera pergi dari sana.

*****

Rania berjalan dengan langkah gontai. Ia masih berada di kantor perusahaan saat ini. Karena sibuk melamun, ia jadi tidak fokus pada jalanan di depannya.

"ADEK, AWAS!"

Rania tersentak kaget. Meski bukan ia yang diteriaki, namun suara itu membuatnya tersadar dari lamunannya.

Kembali fokus ke depan, Rania terkejut saat melihat anak kecil yang berlarian di lantai yang baru saja di pel. Dengan cepat, ia pun langsung berlari menghampirinya dan dengan sigap menangkapnya saat akan terjatuh ke lantai.

"Aww ssh..." Rania merintih kesakitan. Karena menyelamatkan bocah itu, tubuhnya menjadi korban. Ia terpeleset dan jatuh terlentang di atas lantai sambil memeluk bocah itu.

Semua orang terkejut melihatnya. Beberapa dari mereka ada yang langsung berlari untuk menyelamatkan bocah itu dan juga Rania.

"Mbak nggak papa?" tanya seorang pria yang bekerja sebagai cleaning service.

My Crazy PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang