Bab 5

2.9K 96 0
                                    

"Tuan, ini sudah malam. Anda harus segera tidur. Dokter tidak menyarankan anda tidur terlalu larut." Seorang wanita bertubuh tinggi dan berpakaian jas rapi berjalan menghampiri seorang pria yang sedang berdiri termenung di taman belakang rumah.

Pria itu adalah Davin Askara, Presdir dari EcoMoto Group, sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam merancang, memproduksi, dan merakit motor listrik, sepeda listrik, dan juga skuter listrik.

Perusahaan ini sudah berdiri sejak dua belas tahun yang lalu. Didirikan oleh ayahnya dan kemudian diwariskan kepadanya. Akan tetapi, perusahaan ini baru mencapai kejayaannya setelah berada di bawah kepemimpinannya selama empat tahun terakhir.

"Belum mengantuk," jawabnya dingin.

Wanita itu menghela napasnya. Sebagai Asisten pribadi, ia tentu saja sangat memedulikan kesehatan bosnya.

"Tidak ada gunanya merenung di sini. Tidurlah, dan persiapkan dirimu untuk bertemu dengan Rania besok."

Davin menoleh, menatap wanita itu dengan wajah datar. "Menurutmu, apakah dia masih mau kembali ke kantor lagi?"

Wanita itu mengangguk sambil tersenyum manis. "Tentu saja. Dia butuh pekerjaan itu, tidak mungkin dia pergi begitu saja setelah mendapat kesempatan yang begitu besar."

Davin menghela napas. Tanpa banyak bicara, ia langsung berjalan memasuki rumahnya, meninggalkan wanita itu yang masih berdiri di sana sambil menatap kepergiannya.

Sebelum memasuki kamarnya, Davin membuka pintu kamar berwarna biru yang terletak di sebelah kamarnya. Ia tersenyum tipis, melihat bocah laki-laki yang sedang berpura-pura tidur di atas kasurnya. Matanya memang terpejam, tapi kelopak matanya bergerak-gerak.

Davin duduk di tepi kasur, lalu dengan lembut mengelus rambut anaknya. "Tidur, Cel. Besok pagi kamu sekolah," ucapnya.

Bocah itu membuka matanya sedikit, mengintip sang Papa yang masih duduk di sampingnya.

Davin pun terkekeh. Ia kemudian merapikan selimut bocah itu sambil berkata, "Nggak usah ngintip. Papa tahu, kamu cuma pura-pura tidur."

Bocah itu tersenyum malu-malu, lalu akhirnya menutup mata sepenuhnya saat sang Papa mematikan lampu kamarnya.

Axel Veen Hag Askara, bocah tampan yang Davin besarkan tanpa sosok istri di sampingnya. Axel tumbuh menjadi anak yang manis dan penyayang. Diusianya yang masih kecil, ia sudah bisa mengerti dan memahami perasaan orang dewasa.

Meski tumbuh tanpa seorang ibu, namun Davin selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Putra semata wayangnya.

*****

Sementara itu di sisi lain, seorang wanita cantik berpakaian sederhana sedang makan malam bersama neneknya saat ini.

Makan malam sederhana di rumah yang sederhana. Namun, kehangatan dan kedamaiannya begitu terasa.

"Makan yang banyak, biar makin bertambah energinya," ujar sang Nenek.

"Sebenarnya aku diet, Nek. Tapi siapa sih yang nolak, kalau dikasih sambal tomatnya Nenek? Apalagi dipenyet bareng terong sama tempe, beuh ... enaknya nggak ada lawan," cerocos wanita itu. Membuat sang Nenek hanya bisa tertawa mendengarnya.

Ya, wanita itu adalah Rania Maharani. Si cantik yang memiliki sifat lemah lembut. Rania hanya tinggal berdua dengan neneknya, Kinarsih, karena Ayah dan ibunya sudah lama meninggal dunia.

"Gimana tadi kerjanya? Lancar?" tanya Kinarsih, membuat Rania langsung berhenti mengunyah makanannya.

Rania menunduk dan melamun. Mendadak teringat dengan semua kejadian pahit tadi pagi. Mulai dari pembullyan, jebakan, hingga kejadian tak terduga dengan presdirnya.

My Crazy PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang