Bab 8

2.3K 81 0
                                    

Rania menghela napas panjang. Lelah, sampai kapan ia harus terlibat dalam drama seperti ini? Tadi presdirnya, sekarang wanita asing yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Hana, aku merindukanmu ... hiks," ujar Airin di tengah-tengah isakan tangisnya.

Rania hanya terdiam, membiarkan wanita itu menangis dalam pelukannya. Namun melihat tatapan sinis orang-orang di sekitarnya, ia jadi merasa tidak nyaman.

Akhirnya, ia mencoba untuk melepas pelukan wanita itu secara perlahan.

"Kak, maaf. Saya Rania, bukan Hana," ucapnya dengan wajah tak enak.

Airin menggeleng tak percaya. Ia hendak memeluk Rania lagi, namun Rania langsung mundur selangkah.

"Maaf, Kak. Anda salah orang." Setelah mengatakan itu, segera beranjak pergi dari sana. Ia enggan berdebat lebih lama lagi, cukup Davin saja yang membuatnya pusing.

"Hana, tunggu!" seru Airin dengan suara lantang. Namun tak dihiraukan oleh Rania.

Bukan Airin namanya jika pantang menyerah. Ia hendak mengejar Rania, namun Andra tiba-tiba muncul dan menarik lengannya dengan kuat.

"Presdir menunggumu di ruangannya," ucap Andra dengan wajah datar.

Airin mendengus kesal. Ia urungkan niatnya untuk mengejar Rania, karena ia tidak berani mengabaikan panggilan Davin.

"Axel mau ke mana?" tanya Andra pada Axel yang sedari tadi terdiam dengan wajah sedih.

Bocah itu tak menjawab pertanyaan Andra. Ia langsung berlari menuju jalanan yang baru saja  dilalui oleh Rania.

Andra menghela napas. Ia tak berniat untuk mengejarnya, karena pekerjaannya sedang menumpuk saat ini. Biarkan saja bocah itu bermain sesuka hatinya, nanti Airin pasti mencarinya setelah selesai dengan urusannya.

*****

Axel berlari ke sana kemari mencari keberadaan Rania. Bocah itu tidak patah semangat meski sudah kehilangan jejaknya. Hingga akhirnya, usahanya untuk mencari Rania tidak sia-sia. Ia menemukan Rania yang sedang merenung di bawah tangga.

"Tante cantik!" teriaknya.

Rania tersentak dari lamunannya. Dia menoleh dan melihat bocah tampan itu berlari ke arahnya dengan senyum lebar di wajahnya.

"Acel, kenapa kamu ke sini?" tanyanya dengan wajah kaget.

Axel tersenyum manis. Kemudian ia mengeluarkan dua buah permen dari saku celananya. "Buat Tante," ucapnya sambil memberikan permen tersebut pada Rania.

Rania menerima permen itu sambil tersenyum haru. Axel benar-benar anak termanis yang pernah ia temui.

"Terima kasih, Acel ganteng," ucapnya.

Axel mengangguk sambil tersenyum lebar. Merasa senang dengan pujian Rania.

"Sini duduk," ucap Rania sambil menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.

Dengan senang hati, Axel langsung duduk di sebelah Rania. Memperhatikan Rania yang sedang membuka bungkus permennya.

"Buat Acel," kata Rania sambil menyuapkan satu buah permen ke mulut bocah itu. Sementara itu, dia memakan permen yang satu lagi.

"Tadi yang meluk Tante itu siapa?" tanya Rania pada bocah itu.

"Airin," jawab Axel.

"Airin itu siapanya Acel?" Rania lanjut bertanya karena penasaran.

"Teman Acel kalau di rumah," jawabnya polos.

Rania menganggukkan kepalanya sambil ber-oh ria. Kemudian ia kembali bertanya, "Acel kenal juga sama yang namanya Hana?"

My Crazy PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang