Bab 9

2.2K 69 0
                                    

Seketika, Rania bangkit dari duduknya dan menundukkan kepala, lalu berkata dengan gugup, "Maaf, Pak. S-saya sudah lancang mengajak anak Anda ke sini."

Davin tetap diam, hanya memandangi Rania dengan ekspresi datar. Kemudian ia beralih menatap anaknya yang masih asyik memakan es krimnya.

"Masuk ke mobil, Cel," perintahnya dengan nada dingin.

Axel menggelengkan kepala. "Nggak mau. Acel masih mau main sama Tante Rania," tolaknya.

"Kamu udah melanggar aturan Papa. Sekarang masuk ke mobil dan pulang ke rumah," ucapnya tegas.

Axel mengerucutkan bibirnya kesal. Dengan wajah yang cemberut dan kaki yang terus dihentak-hentakkan, bocah itu pun lantas masuk ke dalam mobil sang Papa.

Davin menghela napas, lalu kembali menatap Rania yang masih fokus memandangi Axel yang baru saja naik ke mobilnya.

"Masuklah," perintah Davin.

Rania terkejut, lalu menggeleng sambil tersenyum canggung.

"Masuklah. Jangan membuat anak saya sedih," ucapnya lagi dengan nada dingin.

"Pekerjaan saya masih banyak, Pak. Saya nggak bisa. Nanti saya bisa dimarahi Pak Fadil," balas Rania.

"Tidak ada yang berani memarahi kamu selagi saya yang menyuruh. Cepat naik. Waktu saya tidak banyak," ucapnya tegas.

Rania bimbang. Ia jadi merasa serba salah. Mau menolak, tapi takut membuat presdirnya marah. Tetapi kalau menerima juga ia takut terjebak dalam masalah yang lebih besar.

"Masuk sendiri atau saya paksa?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Rania langsung tersentak dari lamunannya. Ia menghela napas sejenak, lalu berjalan ke arah mobil dengan perasaan terpaksa.

Saat Rania membuka pintu belakang, Axel langsung menahannya dari dalam dengan kuat.

"Tante duduk di depan!" teriaknya.

Mulut Rania terbuka lebar. Benar-benar tidak habis pikir dengan sikap Axel.

Sementara itu, tanpa banyak bicara, Davin membukakan pintu depan untuk Rania dan menyuruhnya untuk segera masuk.

Rasa gelisah, canggung dan tidak nyaman mulai menyerang Rania. Entah kenapa, ia merasa tidak pantas duduk di mobil semewah ini, apalagi di samping orang nomor satu di perusahaannya.

"Mau makan siang di mana?" tanya Davin sambil mengemudikan mobilnya dengan tenang.

Rania hanya diam, karena merasa pertanyaan itu bukan ditujukan kepadanya.

"Acel mau makan siang di mana?" Davin mengulang pertanyaannya.

"Japanese resto," jawab Axel.

"Do you want to eat sushi?" tanya Davin lagi.

"No, I want to eat ramen," jawab Axel.

Rania hanya terdiam menyimak. Tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Apa itu Japanese resto? Yang ia tahu hanyalah warteg dan warung pecel lele.

"Tante Rania mau makan apa?" tanya Axel, membuat Rania langsung gelagapan menjawabnya.

"Hah? Tante nggak ngerti, Cel," jawabnya sambil tersenyum canggung.

Davin meliriknya sekilas, lalu kembali fokus ke depan sambil tersenyum tipis.

Suasana di dalam mobil kembali menjadi hening. Untuk meredakan kekakuan, Davin memutar lagu favoritnya yang dinyanyikan oleh penyanyi legend Frank Sinatra yang berjudul fly me to the moon.

My Crazy PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang