Bab 24

1.3K 87 4
                                    

Benar kata Airin, di setiap tempat ia melangkah, selalu ada orang yang membicarakannya. Ia hampir tidak kuat. Kerjanya tak semangat seperti biasa. Untung ada Airin yang kembali menghampirinya.

"Kak, saya tidak kuat. Saya pulang saja ya," adunya dengan mata berkaca-kaca.

Airin tersenyum lembut. Kemudian ia berkata, "Kamu ditunggu Presdir di ruangannya."

Rania menggeleng. Yang benar saja, di saat suasana sedang panas-panasnya, Davin justru memanggilnya ke ruangannya.

"Tidak, Kak. Saya tidak ingin memperkeruh suasana," balas Rania.

Airin menepuk bahu Rania dengan lembut. "Jangan pedulikan mereka. Temui Presdir sekarang, sebelum dia sendiri yang mencarimu," ucapnya.

Rania menghela napas berat. Sebuah perintah yang sungguh berat baginya. Bayangkan saja jika ada orang yang melihatnya berjalan memasuki ruangan Presdir, apa tidak semakin menjadi-jadi itu fitnahnya?

"Ayo, cepat." Airin mendorongnya perlahan ke dalam lift, membuat Rania mau tidak mau harus mengikutinya.

Tiba di lantai enam, Airin hanya mengantar Rania sampai depan pintu saja. Setelah itu, ia langsung melangkah pergi menemui Andra yang sedang bersantai di ruangannya.

Tok tok tok...

Airin mengetuk pintu ruangan Andra dengan lembut, menunggu jawaban dari dalam.

Sementara itu, Andra yang mengintip lewat kaca pun terkejut saat melihat siapa yang datang dan mengetuk pintunya. Dengan cepat, ia langsung bangkit dari kursinya dan merapikan jasnya yang tampak sedikit berantakan.

Tok tok tok...

Airin mengetuk lagi, namun Andra masih sibuk merapikan rambutnya di depan cermin. Tangannya bergerak cepat, mencoba memastikan penampilannya terlihat rapi sebelum akhirnya membuka pintu.

"Andra gila! Buka pintumu, bodoh!" hardik Airin.

"Iya, iya. Sabar," balas Andra sambil bergerak cepat membuka pintunya.

Airin berdecak kesal. Menatap Andra dengan tatapan sinis.

"Lagipula kenapa harus dikunci? Memangnya ada apa di ruanganmu?" omel Airin sambil duduk di kursi kerja Andra.

"Tidak ada apa-apa. Hanya ingin beristirahat saja," jawab Andra.

"Ingat ya, di sini ada CCTV-nya. Jangan bercinta dengan pacarmu di sini kalau tidak ingin dihajar Presdir," ujar Airin mengingatkan.

Andra mendengus kesal. "Jangankan bercinta, membawa perempuan ke dalam sini saja tidak pernah," ucapnya.

Airin berdecih. "Sangat tidak percaya. Mana mungkin buaya darat sepertimu tidak pernah membawa perempuan ke sini," cibirnya.

Andra menghela napas. "Terserah saja kalau tidak percaya," balasnya pasrah.

Airin menyandarkan tubuhnya di kursi Andra, menatapnya dengan tatapan mencemooh.

"Siput kecil, apa kamu lupa? Beberapa bulan yang lalu, kamu pernah tertangkap basah bermesraan dengan Tasya di sini," ledek Airin.

Andra mendesis kesal. "Berhenti memanggilku Siput kecil!" protesnya. "Lagipula itu hanya salah paham saja. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Tasya," lanjutnya menggerutu.

Airin tertawa kecil. "Aku sudah terbiasa memanggilmu Siput kecil. Menurutku, panggilan itu sangat cocok untukmu," ucapnya.

Dulu, saat pertama kali bekerja di sini, Andra memang lambat dan kurang efisien dalam melakukan tugasnya. Karena itulah, Airin memberinya julukan "siput kecil", mengingat tubuh Andra yang saat itu masih kurus kerempeng. Namun, sekarang Andra sudah berubah menjadi sosok yang gagah perkasa.

My Crazy PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang