Bab 17

2.1K 86 4
                                    

Rania kembali ke kantor setelah berbincang santai dengan Airin di Kafe. Sementara itu, Airin pergi mengendarai mobilnya untuk menjemput Axel di sekolah.

Karena pekerjaannya belum selesai, Rania memutuskan untuk naik ke lantai empat dan melanjutkan tugasnya.

"Rania." Pak Fadil terlihat berjalan tergesa-gesa sambil memanggilnya.

Rania menoleh, menatap Pak Fadil dengan wajah heran. "Kenapa, Pak?" tanyanya.

Pak Fadil menghela napas kasar. "Ada apa lagi?" tanyanya balik.

Rania mengerutkan keningnya bingung. "Maksudnya?"

"Ada masalah apa dengan Sarti dan Maya?"

Seketika Rania langsung menghela napas. Ia baru ingat jika tadi sempat ada cekcok dengan Sarti dan Maya.

"Tadi mereka mengganggu saya, Pak. Memangnya kenapa?" tanya Rania.

"Bu Tina nyamperin saya. Katanya baru dapat laporan dari pengawalnya Presdir kalau Sarti dan Maya baru saja melakukan tindakan kekerasan ke kamu, tapi dua orang itu sekarang kabur nggak tahu ke mana. Bu Tina nyariin sedari tadi," jelas Pak Fadil.

Rania menghela napas. "Udah, Pak. Jangan diperpanjang lagi," ucapnya.

"Mereka tetap harus mendapat teguran, biar nggak kebiasaan kayak gitu. Sebelum kamu juga ada yang dibully sama mereka, sampai nggak betah dan akhirnya resign, tapi masalahnya nggak sampai terdengar ke atasan, karena saya tutup-tutupi."

"Saya takut mereka semakin menjadi-jadi, Pak."

"Tenang aja. Setelah ini mereka pasti kapok karena Bu Tina udah turun tangan."

Rania menghela napas. Kalau sudah begini, ia hanya bisa pasrah dan mengikuti alurnya saja.

"Yaudah, saya pergi dulu ya. Mau nyari mereka sampai ketemu," pamit Pak Fadil.

Rania hanya mengangguk, membiarkan Pak Fadil pergi meninggalkannya.

Setelah beberapa saat, Rania mencoba untuk kembali berkonsentrasi pada pekerjaannya. Namun, suara teriakan anak kecil yang memanggil namanya berhasil mengalihkan perhatiannya.

"TANTE RANIA!"

Rania menoleh ke arah sumber suara dan melihat Axel yang berlari menghampirinya dengan wajah ceria. Bocah itu baru saja pulang dari sekolah, terlihat masih mengenakan seragam dan menggendong tas sekolahnya.

Rania tersenyum tulus saat Axel memeluk kakinya. Ia kemudian mengusap kepala bocah itu dengan lembut. "Acel kok nggak pulang ke rumah?" tanyanya.

Axel menggeleng sambil tersenyum manis. "Acel pengen ketemu Tante Rania," jawabnya.

Rania tertawa kecil, lalu menguyel-uyel pipi Axel dengan gemas.

Dari kejauhan, Airin tersenyum melihatnya. Ia kemudian berjalan menghampiri Axel dan Rania.

"Acel mau makan siang sama Airin atau sama Tante Rania?" tanya Airin.

"Tante Rania!" jawab Axel dengan cepat dan semangat.

Rania hanya tersenyum, lalu menatap Airin yang juga menatapnya sambil senyuman manis.

"Makanannya sudah saya siapkan di ruangan Davin," ujar Airin.

"Tapi Kak—

"Jangan khawatir. Davin sedang rapat sekarang. Jadi di ruangannya tidak ada orang," sahut Airin memotong ucapan Rania.

Rania menghela napas kasar. Kemudian ia segera menggandeng tangan Axel dan mengajaknya untuk menaiki lift menuju lantai enam.

*****

My Crazy PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang