Bab 13

1.9K 61 0
                                    

Happy reading....

Rania sungguh bingung. Sejak ia pindah ke Jakarta, banyak sekali keanehan-keanehan yang terjadi. Belum selesai masalah Davin dan Airin, kini kebingungannya semakin bertambah karena ucapan pria tua tadi.

"Huft ... dunia emang isinya orang-orang aneh semua," gumam Rania sembari beranjak dari tempat duduknya.

Rania melangkah mendekati Danau. Memandangi air yang tenang dengan semilir angin yang sesekali menyentuh wajahnya. Di tempat yang biasanya membawa ketenangan ini, pikirannya justru semakin dipenuhi berbagai pertanyaan yang belum terjawab.

"Apa sebenarnya aku ini reinkarnasi dari perempuan yang bernama Hana?" gumamnya, bertanya-tanya pada dirinya sendiri. "Kalau iya, kenapa aku sama sekali nggak ingat tentang kehidupanku yang sebelumnya?"

Rania duduk di tepi danau. Menarik napas dalam-dalam, dan membiarkan dirinya tenggelam dalam ketenangan sekitar. Ia menutup matanya dan mencoba menikmati suara alam, desiran angin, riak lembut air dan kicauan burung yang terdengar samar di kejauhan.

Hingga tak lama kemudian, Rania merasakan ada tangan yang menyentuh pundaknya. Ia membuka matanya dan menoleh ke belakang dengan perlahan.

"Pak Davin," gumam Rania saat melihat sosok pria yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.

Davin hanya memandangnya dengan wajah datar. Kemudian pria itu ikut duduk di sampingnya tanpa berkata apa-apa.

"Kenapa anda bisa ada di sini?" tanya Rania dengan wajah panik.

Davin meliriknya sekilas, lalu kembali memandangi air danau yang terlihat tenang.

"Saya pengunjung taman ini sejak tujuh tahun yang lalu," balas Davin dengan suara dingin.

Rania menghela napas kasar. Bagaimana ia bisa merasa tenang jika sosok pria tampan ini terus menghantuinya? Kebetulan-kebetulan seperti ini yang membuat suasana hatinya terasa semakin kacau.

Tahu begini, lebih baik ia pulang ke rumah dan beristirahat di kamar saja.

"Kamu kenapa tidak masuk kerja?" tanya Davin.

"Saya lagi banyak pikiran," jawab Rania.

Davin mengangguk pelan. Suasana di antara mereka terasa sangat hening. Kedua orang itu duduk dalam diam, hanya terdengar suara riak lembut air dan gemerisik dedaunan yang tertiup angin.

"Berapa kali kamu berkunjung ke taman ini?" tanya Davin.

"Sering," jawab Rania.

"Kamu suka?"

Rania menatap Davin, lalu menganggukkan kepalanya dengan ragu. "Ini tempat yang paling nyaman untuk menenangkan diri. Tentu saja saya suka," jawabnya.

Davin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kebetulan yang kesekian kalinya," gumamnya.

"Maksudnya?" tanya Rania tak mengerti.

Davin menoleh. Menatap Rania dengan tatapan yang begitu dalam. "Semakin saya mengenalmu, semakin kuat pula kecurigaan saya terhadap kamu," ucapnya.

Rania mendengus kesal. Ia memalingkan wajah sambil berkata, "Terserah anda saja. Saya sudah lelah menjelaskan," ucapnya pasrah.

Davin tersenyum tipis. "Terlalu banyak kemiripan antara kamu dengan Hana. Saya yakin ada sesuatu besar yang tersembunyi di balik semua ini," ucapnya.

Rania menghela napas panjang, kelelahan menghadapi semua ini. "Saya tidak bisa bertanggung jawab atas masa lalu anda. Karena saya dan Hana adalah dua orang yang berbeda. Saya Rania, jadi tolong berhenti menyamakan saya dengan istri anda," ucapnya dengan tegas. Tanpa menunggu respon, ia segera berdiri dan melangkah pergi, meninggalkan Davin yang hanya bisa terdiam di tempat.

My Crazy PresdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang