Tiga Belas

992 42 1
                                    

"Are you oke, Beb?" tanya Sunghoon berbisik sambil menahan pinggang Wony karena sang istri hampir terjatuh.

Wony menggeleng pelan sebagai jawaban. Ia menyentuh kakinya yang terasa sedikit sakit. Bayangkan saja, ia harus berdiri cukup lama untuk menyapa tamu dengan memakai heels. Tentu saja kakinya pegal.

Meskipun Wony berkata tidak, tapi Sunghoon bisa tahu kalau wanitanya itu kesakitan. Oleh sebab itu, ia menyuruh Wony duduk di kursi, lantas melepaskan heels yang membalut kaki sang istri. Usai itu, Sunghoon memijatnya.

Apa yang dilakukan Sunghoon rupanya malah berhasil menarik perhatian sahabat dan juga orang tua mereka. Mereka semua serempak mendekati pasangan pengantin baru itu.

"Istri kamu kenapa, Hoon?" Mama Sunghoon bertanya karena merasa khawatir terhadap sang menantu. Begitu juga dengan mamanya Wony yang langsung memeriksa sang anak.

"Kayaknya Wony kecapean deh, Ma. Soalnya kakinya jadi lecet kaya gini karena kelamaan berdiri," ujar Sunghoon menjelaskan.

"Ya udah, kalo gitu Wony duluan istirahat ke kamar gih," balas Mama Sunghoon.

"Tapi 'kan masih ada tamu, Ma," jawab Wony sungkan karena acara masih belum berakhir. Wajahnya tanpa sadar memanas, merasakan canggung lantaran tidak terbiasa memanggil perempuan yang sudah melahirkan suaminya dengan sebutan mama.

"Nggak papa, Sayang. Yang terpenting kamu nggak kenapa-napa."

Wony beralih menatap sang suami yang kini mengangguk. Seolah mengizinkannya kembali lebih dulu tanpanya.

"Ya udah."

Wony meninggalkan Sunghoon ditemani oleh ketiga sahabatnya yang siap sedia membantu menggandeng bahkan mengangkat ekor gaun pengantinnya. Sebelum benar-benar pergi, ia menyempatkan berbalik untuk menatap lelaki yang kini resmi menjadi suaminya. Sunghoon tersenyum mengantar kepergiannya.

"Udah kali ngeliatnya, ntar juga ketemu lagi," ujar Winter menyindir. Membuat sahabatnya yang lain terkekeh. Sedangkan yang disindir malah cemberut.

"Apa sih!" kesal Wony.

"Oh iya, by the way, selamat ya, Ning, tadi lo yang dapetin lemparan bunga dari gue sama Sunghoon. Kayaknya tanda-tanda nih kalo lo sama Jay bakal nyusul," ujar Wony teringat kalau Ning Ning mendapatkan bunganya.

"Pengennya sih gitu," sahut Ning Ning sendu. Membuat Wony dan kedua sahabatnya yang lain menatap aneh dirinya.

"Lo masih belum ngomong jujur ke Jay ya?" Karina bertanya untuk memastikan. Mereka sontak terdiam saat Ning Ning mengangguk.

"Ya udah, lo jangan sedih gitu dong. Lo sama Jay bakal terus sama-sama kok. Soalnya Jay lagi semangat-semangatnya buat ngehamilin lo 'kan?" ujar Winter lagi berniat menghibur sekaligus juga meledek sang sahabat.

"Sialan lo!"

"Yang duluan merried si Wony, tapi kayanya yang hamil duluan ntar lo deh, Ning," Karina terkekeh. Mereka semua tahu jika Wony tak diizinkan orang tuanya hamil sebelum lulus.

"Oh ya? Siapa tau aja malah lo, Rin," timpal Winter.

"Apaan, gue sama Heeseung udah putus kali!" sahut Karina tak terima.

Seiring dengan ucapannya itu, Karina dibuat berhenti melangkah saat merasakan tangan seseorang menahan pergelangan tangannya. Ia pun menoleh ke belakang, mendengus kala menyadari keberadaan Heeseung di belakang tubuhnya.

"Apa sih?" ketusnya sembari menepis tangan Heeseung. Namun, Heeseung tidak putus asa. Ia pun semakin mengeratkan genggamannya.

"Kita perlu bicara, Sayang...," ujar Heeseung penuh permohonan.

My Boyfriend | Jangkku 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang