Lima Belas

1.1K 38 6
                                    

"Makan dulu," ujar Sunghoon yang membawa sebuah nampan berisi sarapan untuk mereka berdua. Mengingat Wony yang masih merasa sakit di area pangkal pahanya, Sunghoon pun sengaja meminta sarapan mereka diantar ke kamar.

Kini mereka sudah duduk berhadapan di atas kasur. Sunghoon bermaksud menyuapi Wony yang langsung ditolak tegas oleh istrinya itu.

"Aku bisa sarapan sendiri, Hoon. Lagian yang sakit tuh selangkangan aku, bukannya tangan aku," ujarnya dengan bibir cemberut. Melihat itu, Sunghoon pun hanya terkekeh.

"Tapi anehnya, kamu nggak keliatan ngerasa sakit pas udah aku masukin. Malah yang ada desah keenakan. Kalo gitu, kenapa kita nggak kaya gitu terus aja biar kamu nggak ngerasa sakit lagi?" ujar Sunghoon menggoda dengan sengaja menaik-turunkan alisnya.

"Itu mah mau kamu!" rutuk Wony cemberut.

Di sisi lain, Wony membenarkan ucapan sang suami. Ia yang sebelumnya sudah merasakan sakit di selangkangannya, nyatanya masihlah sanggup melayani hasrat Sunghoon di kamar mandi. Tidak ada rasa sakit waktu itu, hanya kenikmatan yang menyerang. Pada akhirnya malah kembali merasa sakit begitu kegiatan menyenangkan itu berakhir.

Sunghoon lagi-lagi tersenyum melihat Wony. Entah istrinya sadari atau tidak kalau semua yang dilakukannya terlihat menggemaskan di mata Sunghoon. Membuatnya ingin memakan Wony kembali andai istrinya tidak kesakitan.

Wony mengernyitkan dahinya ketika melihat Sunghoon tiba-tiba menggeleng entah karena apa. Lalu, tanpa sadar pandangannya tertuju pada leher Sunghoon. Pipinya merona begitu menyadari tanda kemerahan di sana.

Sunghoon mengukir senyum manisnya ketika menyadari arah pandangan sang istri. "Puas sama hasilnya, hm?" tanyanya menggoda.

"Apa sih!" kilah Wony dengan wajah semerah kepiting rebus. Meski sebelumnya juga sudah pernah bercinta dengan Sunghoon, tapi kalau untuk meninggalkan tanda di tubuh lelaki itu baru sekarang. Biasanya hanya Sunghoonlah yang meninggalkan kissmark di tubuhnya.

"Kamu nggak perlu malu, aku suka kok kamu tandain," ujar Sunghoon yang bukannya bisa menenangkan, malah semakin membuat sang istri malu. "Lain kali jangan cuma satu, yang banyak aja. Biar aku bisa pamer."

Wony menahan napas ketika Sunghoon mulai mencondongkan badannya lantas berbisik di telinganya. Merasa jengah dengan perkataan Sunghoon yang terkesan sengaja menggoda, ia pun langsung mencubit perutnya. Membuat lelaki itu mengaduh.

"Sakit, Sayang," keluh Sunghoon.

"Bodo!" sahut Wony acuh seraya menyantap makanannya kembali. Jikalau terus meladeni Sunghoon, yang ada sarapan mereka takkan pernah selesai.

***

Sekitar pukul dua siang, Sunghoon dan Wony baru pergi dari hotel. Mereka yang semalam kurang tidur memutuskan beristirahat untuk memulihkan tenaga terlebih dahulu. Saat tak begitu capek lagi, mereka pun berniat pulang ke apartemen baru. Benar, mereka tak akan tinggal bersama orang tua Wony atau orang tua Sunghoon. Melainkan di apartemen agar bisa mandiri.

"Kamu suka nggak sama tempatnya?" tanya Sunghoon ke Wony ketika mereka memasuki kediaman baru itu.

"Suka," angguk Wony. Apartemen itu tampak minimalis sebab hanya terdapat satu kamar. Meskipun begitu memiliki area ruang tengah dan dapur yang cukup luas dan nyaman. Lagi pula Wony tidak pernah pemilih soal tempat tinggal. Selagi itu bersama Sunghoon, semua akan terasa layak untuknya.

"Buat beberes, kita panggil cleaning service."

Wony mendongak menatap wajah Sunghoon. Ia sedikit tak setuju dengan ucapan lelaki itu. Mengingat mereka sekarang sudah menikah, otomatis Sunghoonlah yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Wony tidak ingin dirinya hanya menjadi beban yang tak bisa apa-apa.

My Boyfriend | Jangkku 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang