Bab 19

4K 53 0
                                    

Happy Readings!!!

***

Masih dengan Velita, gadis itu tak berhenti menangis. Bukan karna bentakkan dari Gagah, melainkan karna dirinya yang bingung. Ditambah, Velita juga tak tau harus berbuat apa.

Disisi lain, Gagah terus menenangkan Veli kecilnya dengan membekapnya ke dalam pelukannya. Percuma, sudah berapa kali ia bertanya tapi gadis ini masih saja tak mau menjawab malah tangisnya semakin menjadi. Tak ada pilihan lain, Gagah lebih baik bertanya nya nanti saja. Itu yang terbaik.

"Udah jangan nangis..."

Sampai 15 menit berlalu, tangisan Velita mulai berhenti dan terdiam untuk beberapa saat. Penampakan langka pun terjadi, tak biasanya Velita membalas pelukan Gagah kali ini. Seperti tak ingin melepaskan tubuh lelaki tersebut. Tentu saja, itu membuat Gagah senang. Senyum pun tak bisa hilang dari wajah lelaki itu. Keberuntungan memang.

"Karena udah berhenti nangis nya, ikut saya jalan-jalan mau?" Tawar Gagah.

Velita menggeleng.

"Kenapa gamau? Pokoknya kamu harus ikut saya gamau tau."

Sikap Gagah yang tak mau ada bantahan membuat Velita pasrah, gadis itu akhirnya mengangguk.

"Yaudah lepasin pelukannya. Kalo masih mau meluk saya nanti kalo kamu udah mandi, udah wangi, baru boleh peluk saya lagi."

Velita refleks melepaskan pelukannya, "Kaya om sendiri nya aja udah mandi."

"Ngeselin..."

Gagah tersenyum, ia bersender di bantal sambil memperhatikan Velita yang sibuk mengambil pakaian ganti juga handuk. Seketika ia terpikirkan sesuatu, apa gadis itu menangis gara-gara kekasihnya itu? Siapa namanya? Gagah sendiri tak ingat. Tapi yang jelas, ia tak melupakan wajahnya.

"Loh... Veli nya kemana?" Tanya Siska yang tiba-tiba datang.

"Veli lagi di kamar mandi, Tante...

"Boleh kan saya ajak Veli jalan-jalan sekalian makan di luar?" Tanya Gagah.

Siska memangut dan menjawab, "Boleh dong, kalo emang Veli mau kenapa Tante harus ngelarang kalian coba."

"Tapi jangan pulang malem-malem ya? Sebelum Om pulang kamu harus---"

Gagah beranjak dan menghampiri Siska, "Iya-iya Tante..."

"Gagah bakalan pulang sebelum Om Tama pulang ke rumah, janji!"

Siska mencubit perut Gagah, "Kamu ini! Yaudah deh iya."

Dari dalam kamar mandi, Velita hanya bisa diam mendengarkan percakapan tersebut. Jika dipikir-pikir lagi, kenapa Mama nya begitu percaya pada Gagah? Bahkan tak pernah berpikiran yang aneh-aneh. Apakah dulu Gagah sebaik itu? Dan sialnya, Velita sepertinya penasaran akan masa lalu Gagah. Seribu sayang, Velita malah lupa.

***

Singkatnya, sekarang Gagah sudah membawa Velita untuk makan di pinggir jalan. Ini pun sebenarnya bukan keinginan Gagah, melainkan Velita sendiri. Gadis itu kekeuh tak mau dibawa ke restoran, bahkan sudah ada di depannya pun Velita kekeuh menolak dan mengancam nya untuk pulang. Alhasil, Gagah pun memilih menuruti perkataan Velita yang ingin makan dipinggir jalan. Apa boleh buat, ya kan?

Gagah, si lelaki mapan dengan pekerjaannya sebagai dokter gigi itu untuk pertama kalinya semenjak lulus SMA makan di pinggir jalan. Bukannya gengsi ataupun merasa berada di kasta tinggi, hanya saja ia merasa aneh karna sudah lama tak merasakan nya. Tapi, melihat Velita yang begitu lahap menyantap berbagai macam makanan yang dipesan, mulai dari seafood sampai makanan penutup. Gagah sampai kenyang sendiri melihatnya.

My Sexy Doctor [21+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang