Happy Readings!!!
***
Setelah menghabiskan seharian bersama Gagah, esoknya Velita terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Bahkan, tentang pembicaraan nya dengan Julian pun ia sedikit bisa melupakannya. Juga, Velita terkejut, gelang yang dipakaikan oleh dokter mesum itu ternyata masih melingkar sempurna di pergelangan tangan nya. Apa ia lupa melepaskan nya semalam? Ah sudahlah hanya gelang saja.
Gadis itu menggosok kedua matanya lalu terdiam sejenak. Melihat kearah jam dinding, masih menunjukkan pukul 05.45 WIB.
"Veli... Bangun sayang, kamu harus sekolah hari ini..."
"Iya, Ma... Veli baru bangun kok."
"Oke sayang, cepet siap-siap terus sarapan bareng ya."
Padahal, tidak biasanya Velita malas tapi sekarang? Rasanya sulit sekali ia beranjak dari tempat tidurnya. Membolos pun rasanya tak mungkin, kemarin sudah membolos juga.
Dengan sedikit dorongan, Velita pun beranjak dan langsung bersiap-siap. Pergi ke sekolah artinya ia harus menghadapi Julian, lagi. Entah apa yang akan terjadi disana. Apa kekasihnya itu masih akan membahas tentang hal kemarin? Jika iya, apa yang harus Velita jawab?
Singkat saja, setelah mandi dan memakai seragam putih abu nya, Velita bergegas keluar dari kamar sambil menggandeng tas dan mengikat rambutnya yang masih basah.
"Sarapan dulu," ucap Tama, sang Papa.
Velita mengangguk dan bergabung di meja makan.
"Pa, Veli boleh tanya sesuatu gak?" Tanya Velita disaat duduk di kursi.
Tama melirik, lalu mengangguk sebagai jawaban iya.
"Emang dulu Om Gagah itu baik banget ya? Sampe-sampe bikin Mama percaya gitu? Soalnya kemarin aku kan diajak sama Om Gagah pergi dua hari tuh. Mama gaada rasa curiga takut anaknya diapa-apain gitu."
Mendengarkan perkataan anaknya, baik Siska maupun Tama keduanya tertawa lepas.
"Bukan baik sayang, tapi dari dulu Gagah itu selalu jagain kamu. Jadi, apa yang harus kita curigai, kan? Mama sih percaya sama Gagah."
Velita menghela napas, percuma saja ia bertanya. Toh, jawabannya pasti akan seperti ini. Sangat mudah sekali percaya. Mereka bahkan tak tau apa yang sudah Gagah lakukan pada anaknya akhir-akhir ini.
"Udah, cepet abisin sarapannya jangan sampe kamu telat."
Beep... Beep... Beep...
Baru saja Velita memakan beberapa suapan dari sarapannya, klakson mobil yang berhenti di depan rumahnya membuat gadis itu memasang raut wajah cemberut. Tau kan? Siapa lagi jika bukan Gagah, sosok yang baru saja mereka bicarakan.
"Nah, Gagah tuh..."
"Kayaknya mau nganterin kamu."
"Mama!" pekik Velita kesal.
"Kamu harus nya bersyukur gausah jalan kaki, naik mobil aja numpang sama Gagah. Ya kan, Pa?"
Tama hanya mengangguk-angguk saja, seperti nya sang Papa tak mau terlalu ikut campur.
Seketika nafsu makan Velita hilang, gadis itu hanya menghabiskan setengah porsi sarapannya, lalu pergi bergegas sebelum dokter gila itu masuk dan merusak pagi nya yang indah.
"Yaudah, Veli berangkat dulu ya..."
Brak!
Velita menutup cepat pintu rumah, membuat Siska terkejut.
"Ya ampun, itu anak pasti malu kalo Gagah masuk."
"Udahlah, Ma... Namanya juga masa remaja."
Di luar sana, Gagah sudah stand by dengan menunggu Velita di dalam mobil hitamnya. Jika tidak salah ingat, waktu itu Velita dijemput dengan mobil yang berbeda.
"Om ngapain sih!" kesal Velita.
"Udah cepet masuk, nanti kamu telat."
"Nyenyenyenye..."
Gagah hanya terkekeh, meskipun diiringi rasa kesal tapi tetap saja gadis itu masuk ke dalam mobil dan duduk disampingnya. Sangat menggemaskan.
"Udah sarapan?" Tanya Gagah.
Velita mengangguk, "Udah."
"Cepet ih Om, nanti aku telat tau."
Nah kan, padahal baru kemarin mereka berbaikan tapi sekarang? Sudah terlihat seperti kucing dan anjing. Tidak cocok jika seperti kucing dan tikus. Harus naik tingkat.
Lelaki itu akhirnya menjalankan mobilnya, dan keheningan pun seketika melanda keduanya. Saling terdiam satu sama lain, seakan tak ada yang mau memulai topik pembicaraan lagi. Sangat membingungkan kedua insan ini.
Tapi, pandangan Velita seketika teralihkan pada ponsel Gagah yang tergeletak begitu saja diatas dashboard mobil.
Jika diingat-ingat, Velita tak pernah melihat ataupun mengecek isi ponsel lelaki ini. Apa di dalamnya banyak Vidio yang tak senonoh? Astagfirullah, apa yang Velita pikirkan. Tapi, bisa jadi kan? Selama ini apa coba yang dilakukan kepada nya?
Melihat Gagah yang fokus menyetir, Velita dengan hati-hati mengambil ponsel tersebut. Ajaibnya, ponsel tidak di kunci sama sekali. Apa sebebas ini? Ah sudahlah.
Apa yang lebih menarik jika memeriksa ponsel seseorang? Tentu saja bagian pesan nya bukan? Itu lah sumber utamanya. Menurut Velita sih.
Gadis itu geleng-geleng kepala melihat room chat nya berada di paling atas, tepatnya disematkan. Tapi...
Disaat akan keluar, sebuah pesan tiba saja muncul dari kontak bernama Carol.
Velita mengernyit, tanpa sengaja juga ia malah membuka pesan tersebut.
Carol:
Gagah! Ko kamu ga pake cincin nya sih? Itu kan penting banget tau...
Aku gamau tau, kalo kamu mau kesini lagi harus pake cincin nya. Biar mereka tau kalo kamu itu tunangan aku!
Paham?!
Terus kemarin dua hari kamu kemana? Alesan ada praktek di luar kota itu bohong kan? Pokoknya jelasin semuanya!
Deg!
[...Lebihnya ada di pdf ya...]
***
SEE YOU NEXT PART!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Doctor [21+] [END]
Lãng mạnArea 1821++ *** Nasib Velita sangat sial, disaat ia akan mencabut gigi nya yang sakit ia malah berhadapan dengan seorang dokter mesum! Parahnya, Velita tak tau jika sebenarnya dokter itu bagian dari masa lalu nya sendiri! *** BACA TANPA RIBET, NO K...