Bab 12

8.4K 65 0
                                    

Happy Readings!!!

***

Setelah kemarin membuat Gagah marah, Velita masih tak menyangka jika laki-laki itu akan benar marah dan mengingat perintahnya. Velita kira, tentang perintah harus mengakhiri hubungannya dengan Julian akan dilupakan begitu saja tapi nyatanya tidak. Bahkan, sejak kemarin Gagah tidak lagi mengganggu Velita.

Antara senang dan tidak, kenapa? Disisi lain, Velita merasa senang karna ia bisa merasakan ketenangan terbebas dari gangguan si dokter mesum. Tapi disisi lain juga, Velita merasa sedikit bersalah. Padahal, kemarin dokter itu sudah berprilaku baik tapi ia malah merusak moodnya dengan membawa-bawa nama Julian. Ah sial.

Bahkan, sampai saat ini pun tidak ada satu pesan yang Gagah kirim. Biasanya dia selalu mengirimkan pesan pada Velita, entah untuk mengingatkan nya makan, sampai menggodanya dengan kata-kata mesum. Tapi sekarang tidak ada sama sekali.

"Kenapa lagi sih," ucap Cika.

Velita menoleh, "Kenapa apanya?"

"Ya itu, Lo kenapa mulai ngelamun lagi? Ada masalah baru ya?" Tanya Cika.

Velita terlihat bimbang, apa ia harus menceritakan masalahnya pada Cika? Sedikit, tidak apa kan? Siapa tau Cika bisa membantu.

"Gapapa sih, gue cuma kepikiran sesuatu doang," ungkap Velita.

Cika mengernyit, "Julian? Bukannya tadi baru ketemu masa udah kepikiran lagi. Aneh!"

Plak!

Velita dengan gemas memukul lengan Cika menggunakan penggaris, "Dengerin gue dulu!"

"Menurut Lo, apa gue harus chat dia duluan atau nunggu dia chat?" Tanya Velita.

Cika menunjukkan raut wajah bingung, "Hah? Gimana, gimana? Ko gue ga paham?"

"Jawab aja, Cik. Cepetan jawab!"

Cika nampak gegalap lalu menjawab, "Chat aja duluan."

"Gue gatau sih Lo ngomongin apa, tapi kalo gue nih ya..."

"Misal, ada orang yang marah atau gue yang marah sama seseorang terus lost contact gitu ya gue langsung chat dia. Mau dia temen ataupun pacar, mau gue yang salah atau dia yang salah. Gue mending mengalah, daripada kepala batu ye kan. Ribet."

Velita memangut, "Jadi, gue chat duluan gitu?"

Cika mengangguk, "Iya, kalo gue ada diposisi Lo sih gitu."

"Kita ga harus nunggu mereka, kadang juga kita harus memulai lebih dulu. Gapapa lah, mau Lo ngalah sama cowo sekaligus juga yang penting kan masalah yang ada bisa selesai. Gitu."

Merasa mendapatkan pencerahan, Velita menatap Cika penuh terimakasih.

"Gak nyangka, Lo ternyata bisa ngasih saran."

"Gue kira, Lo bisanya cuma nyalin tugas doang."

Cika yang tersanjung mendadak besar kepala, memberikan tangan kanannya.

"Sungkem dulu sama gue, cium!"

"Ogah!"

"Udah ah, gue mau selesai-in masalah gue dulu."

Dengan cepat, Velita beranjak dari bangku nya. Sebelum bel masuk berbunyi, setidaknya ia harus mengabari dokter mesum itu dan meminta maaf karna kemarin ia merusak moodnya secara tidak sengaja.

***

Di tempat lain, tepatnya RS. Widia Utama. Gagah sedang berada di ruang prakteknya, meskipun tak ada janji lelaki itu nampak masih terlihat kesal karna kejadian kemarin. Kata hati ingin mengantarkan Veli kecilnya ke sekolah pun terurungkan karna ego dan cemburunya.

Kenapa gadis itu masih saja menyebutkan nama laki-laki lain disaat bersamanya? Apa tidak bisa hanya fokus pada dirinya saja? Atau paling tidak fokuslah pada apa yang sedang dia hadapi, yaitu Gagah.

Meskipun kemarin adalah hari ternikmat, tapi hancur kala Velita menyebutkan nama Julian.

Gagah sendiri menjadi penasaran, seberapa bagusnya lelaki itu? Sampai-sampai membuat Veli kecilnya seperti tergila-gila.

Disaat tengah diliputi perasaan kesal, ponselnya bergetar.

Dipikir tak penting, Gagah mengabaikannya. Sampai dimana, ponselnya terus bergetar diatas meja kerjanya dan akhirnya membuat lelaki itu kesal dan mengeceknya.

"Veli?" pekik Gagah.

Veli kecil:

Om marah sama aku? Maaf ya, kemarin aku buat Om kesel. Aku gatau kalo Om bakalan marah.

Sekali lagi aku minta maaf ya.

Jangan marah, Om udah tua ga baik marah sama yang muda. Hehe.

Gagah menghela napasnya, kenapa suasana hatinya mendadak jauh lebih baik?

Jari-jemari nya mulai mengetuk layar ponsel nya dan membalas pesan dari Velita.

Karna tak ada janji dengan siapa-siapa, Gagah pun memutuskan untuk menjemput Veli kecilnya. Sudahlah, marah dan kesalnya pun sudah hilang entah kemana. Sekarang, ia malah ingin menemui Velita. Segera.

***

15.44 WIB.

Bell berbunyi dan semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Termasuk Velita, gadis itu langsung keluar dari kelasnya sebelum Cika menariknya untuk melaksanakan kegiatan piket kelas. Ia terlalu malas untuk hari ini.

Disaat akan menuruni anak tangga, Velita secara kebetulan berpapasan dengan Julian. Sepertinya, pacarnya itu berniat untuk menghampirinya.

"Mau balik?" Tanya Julian.

Velita mengangguk.

"Gue anter ya?"

"Emang ga sibuk? Bukannya harus latihan ya?"

Julian menggeleng, "Gak juga. Gue bisa ko anterin Lo pulang."

Karna tak mau kepergok Cika, Velita pun menerima tawaran tersebut. Intinya, ia ingin cepat-cepat sampai di rumah dan berbaring di kasur empuknya. Ditambah, ia juga penasaran apakah dokter mesum itu membalas pesannya? Sayangnya, ponselnya kehabisan daya jadi ia tak sempat memeriksanya.

"Vel, kira-kira Lo ada waktu luang kapan ya?" Tanya Julian tiba-tiba.

Velita menoleh, "Waktu luang?"

"Kayaknya sih Minggu, Sabtu gue ada janji sama Cika. Kenapa emang?"

Julian tersenyum, "Yaudah..."

"Minggu buat gue ya? Gue lagi kepengen jalan."

Velita terdiam, apa ia harus menerimanya?

"Gimana? Mau gak?"

Velita masih belum menjawab, membuat Julian ikut terdiam. Hingga mereka berdua tiba [.... lebihnya ada di pdf ya...]

***

SEE YOU NEXT PART!!!

My Sexy Doctor [21+] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang