38. Don't Leave Me

2.4K 256 66
                                    

Happy reading ........

Ku kira, aku tahu segalanya, nyatanya aku
justu tak tahu apa-apa. sebanyak itu kah
topeng yang kamu pakai? Hingga aku
tak pernah sadar Jika dia seringkali
kesakitan seorang diri.

- Antariksa Sean Mahendra -

.

.

.

.





Kelvin menoleh ke belakang melempar pensilnya ke atas buku Devan karena sahabatnya itu begitu serius mengerjakan soal. Hal itu lantas berhasil membuat kepala Devan terangkat dan menatap Kelvin dengan tatapan 'ada apa'.

"Udah hampir setengah jam tapi Biru kok nggak balik, ya. Nggak mungkin dia bolos, 'kan?" katanya dengan suara kecil agar Bu Dewi yang ada di meja gurunya tak mendengar percakapan mereka.

"Mana ada sejarahnya Biru bolos."

Memang iya, anak itu tak pernah bolos selama ini, bahkan jika Kelvin mengajak pun, pasti ujung-ujungnya ia sendiri yang mendapatkan ceramah panjang dari Biru.

"Makanya, gue khawatir," ujar Kelvin.

"Susulin lah." Devan memberi ide.

Ya, memang seperti itu yang ingin Kelvin lakukan. Hanya saja, ia tak bisa jika tak mendapatkan bantuan dari Devan. Guru-guru di sini tak akan percaya padanya karena Kelvin beberapa kali ketahuan bolos. "Lo yang susulin, bego! Bu Dewi nggak akan percaya sama gue."

Mengerti dengan maksud Kelvin, Devan menghela napas kasar lantas berdiri. Ia melirik pada Kelvin sebentar seraya berkata, "Siap-siap."

"Hah?"

Devan tak menanggapi lebih, remaja itu justru mengangkat tangannya. "Bu, Izin bawa teman saya ke toilet. Kelvin mau muntah, Bu. Dia kayaknya salah makan tadi pagi."

Mendengar itu, Kelvin melebarkan kedua matanya. Apa-apaan ini? Sebelum akhirnya, kakinya di injak oleh Devan bermaksud agar Kelvin segera berakting.

"Bangsat," lirih Kelvin samar. Kelvin segara menutup mulutnya dan pura-pura lemas.

"Yasudah, cepat bantu Kelvin. Sekalian bawa ke UKS."

Setelah mendapatkan izin, mereka keluar dari kelas. Setelah agak jauh, Kelvin segara mendorong rangkulan Devan kesal. "Brengsek, kenapa nggak ngomong dulu biar akting gue lebih natural."

Devan tertawa saja. "Gue udah bilang tadi suruh siap-siap. Lagian lo mah udah pro masalah beginian."

"Bangsat!"

Mereka terus melangkah dengan tawa kecil Devan yang masih menghiasi di bibirnya. Sampai akhirnya mereka sampai di depan pintu toilet pria. Baru membuka pintu itu, mereka langsung di kejutkan oleh tubuh Biru yang sudah tergeletak di lantai. Dengan seragamnya yang kotor karena darah. Pun dengan hidungnya.

"Biru!"

Keduanya mencoba menyadarkan Biru, namun nihil kedua mata itu masih tertutup rapat. "Pingsan Vin," parau Devan.

"Bawa ke UKS."

Mereka dengan cepat membawa Biru ke UKS. Membaringkan Biru ke atas ranjang. Tapi rupanya di sini sepi tidak ada orang sama sekali. Bahkan dokter jaga yang biasanya ada di sini pun tidak ada. Atau sebenarnya tidak masuk hari ini?

Please, Hug MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang