Happy reading .......
Aku hanya seseorang yang di butuhkan karena
suatu hal. Bukan menjadi seseorang yang
nyata di hadapan banyak orang.— Xabiru Mahendra —
.
.
.
.
Kedua mata bulat itu mengerjap pelan, langit-langit plafon berwarna abu-abu yang pertama kali ia lihat. Kepalanya masih pening dengan pandangan yang tak jelas.“Lo udah sadar, Ru?”
Sampai akhirnya, suara yang begitu ia kenal, perlahan menepi di telinganya. Devan berdiri di samping ranjang dan menatapnya dengan penuh khawatir.
Sebelum ia sempat bersuara, ada dua orang lagi yang masuk ke dalam. Pertama, itu Kelvin dan untuk yang satunya lagi. Biru tak yakin dia siapa namun yang jelas, laki-laki itu mengenakan jas dokter.
“Ru, lo bisa dengar gue, ‘kan?” kata Devan lagi parau.
Dan Biru setelahnya hanya mengangguk saja. Ia seperti susah untuk berbicara. Hingga di detik berikutnya, dokter itu memeriksanya.
“Saya periksa dulu, ya?”
Dengan cekatan Dokter itu memeriksa Biru dan membalut luka di pelipisnya. Tak butuh waktu lama untuk melakukannya. “Kamu masih pusing?” tanyanya lagi.
“S–sedikit,” jawabnya lirih.
“Ini lukanya jangan dulu kena air. Nanti saya akan berikan salep untuk mengobati lebam kamu.” Sebenarnya, Javier ingin bertanya lebih, pasalnya anak di depannya ini bukan seperti habis terjatuh seperti yang Kelvin ceritakan beberapa menit yang lalu. Namun, ia cukup terkejut karena ada beberapa lebam di perutnya.
“Tapi teman saya nggak kenapa-napa ‘kan, Dok?” tanya Kelvin khawatir.
Javier tersenyum lembut. “Tidak ada yang serius. Hanya saja, luka di kepalanya pasti akan membuatnya pusing.”
Devan dan Kelvin lega mendengarnya. Setelah mendapatkan pesan singkat berisi Biru yang minta tolong pada mereka, keduanya lantas menemukan Biru di gudang dengan sahabatnya itu yang sudah pingsan.
Awalnya, keduanya ingin membawa Biru ke rumah sakit. Namun, di tengah perjalanan Biru sempat sadar sebentar dan mengatakan jika sahabatnya itu tak mau di bawa ke rumah sakit.
Jadi terpaksa Kelvin membawa Biru ke rumahnya. Dan memilih untuk memanggil dokter ke sini untuk memeriksa sahabatnya.
“Ini kalian berdua bolos? Nggak balik lagi ke sekolah?” tanya dokter itu. Ia sudah cukup lama mengenal keluarga Kelvin jadi, ia tak perlu sungkan lagi bertanya demikian.
Devan menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil menyengir lebar. Kemudian menyenggol lengan Kelvin di sebelahnya. Seolah meminta sahabatnya itu untuk menjawab.
“Kalau kita pergi, siapa yang jagain Biru? Kita nggak bisa biarin Biru sendirian dengan kondisi kaya gini, Dok,” elaknya. Tapi memang benar. Itu tujuan mereka tak kembali lagi ke sekolah.
“Gimana kalau saya saja yang jaga Biru? Hari ini saya lagi free.”
Kelvin tertawa. “Dokter jangan bercanda. Lagian dokter masih pakai jas dokter gitu. Pasti mau balik ke rumah sakit, ‘kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Hug Me
Fiksi PenggemarDari semua hal yang ada di dunia, Biru hanya ingin mereka semua menganggap kehadirannya ... nyata. ******** Follow my ig : @fatta_melly06 @diaryy_mell BROTHERSHIP ONLY ❌ NOT ROMANCE Start : 11 Desember 2023 Finish : - Pict by pinterest [[ LOKAL FAN...