Happy reading .......
Harus ku katakan bagaimana? Life is beautiful
ending? Tidak, ku rasa ini bukanlah sebuah
akhir. Melainkan awal, awal dari sebuah
kata bahagia 'kan?— Jenggala Mahendra —
.
.
.
.
Keributan yang terjadi di halaman rumah sakit itu tak luput dari perhatian Jenggala. Pada akhirnya ia meminta Aksa untuk kembali ke ruangan Biru. Sementara dirinya dan Darel membawa Nathan ke UGD.
Kondisinya tidak seserius itu. Namun, tetap perlu di obati. Wajahnya penuh lebam. Tapi yang lebih membuat anak itu kesakitan sejak tadi adalah lengannya.
Saat Jenggala mengecek lengannya memang tangan Nathan yang semula baru akan sembuh dari patah tulang, kini tulang itu sedikit bergeser.
Jenggala menyuntikkan pain killer untuk Nathan hingga rasa sakit itu sedikit demi sedikit jadi berkurang. Setelah selesai mengobati Nathan, Jenggala maupun Darel tak lantas pergi.
Dua cowok itu masih menetap penuh pada sosok Nathan yang kini tengah terduduk di atas brankar dengan kaki menjulang ke bawah.
Dia tahu bahwa ada aura tak biasa yang di rasakan kini. Karena kedua cowok di depannya menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
“Gue udah dengar dari lama kalau lo sering perlakuin adik gue dengan nggak baik selama di sekolah,” ucap Jenggala membuka suaranya. Kepala Nathan mendongak ke atas. Ia ingin membalas, tapi rasanya tak ada kalimat yang pantas untuk ia suarakan.
“Kalau Aksa sampai semarah tadi, jujur aja apa rencana lo untuk datang ke sini? Jangan bilang lo ke sini untuk pastiin adik gue masih hidup atau udah mati, iya?” kata Jenggala lagi dengan suara yang dingin. Tatapannya juga semakin terlihat menakutkan.
Kepala Nathan menggeleng cepat. Bukan, bukan itu tujuannya. Ia sungguh tak ingin melakukan hal itu. “Bukan, gue ke sini karena gue mau minta maaf,” lirihnya.
“Gue sadar kalau selama ini yang gue lakukan ke Biru itu salah. Maaf, gue nggak bermaksud untuk bully Biru di sekolah, tapi .... ”
“Tapi apa?” sahut Darel cepat.
Kedua netra Nathan menatap keduanya secara bergantian. “Gue yang bodoh karena nggak bisa bersaing secara sehat sama Biru. Gue terlalu berambisi sampai-sampai ambisi gue menghancurkan orang lain.” Tatapan Nathan berubah menjadi rasa bersalah yang tinggi.
Jenggala menghela napas. Kedua lengannya terlipat di depan dada.
Sementara Darel terlihat lebih tidak sabar. “Terus, karena lo punya ambisi itu, lo bisa jadi seenaknya perlakuin orang lain sesuka hati lo, gitu?!” kesalnya.
Nathan menunduk. Ia sudah pasrah jika mereka akan membalas semua perbuatannya pada Biru. Lagi pula, ia memang berhak menerima balasan itu.
“Maaf .... ”
“Lo pikir, maaf bisa mengembalikan segalanya, hah? Gue benci banget sialan sama orang yang suka menindas orang lain kaya lo!” Apalagi, yang mendapatkan perlakukan buruk itu Biru. Darel semakin naik pitam di buatnya.
“Maaf, gue siap di hukum untuk apa pun itu. Apalagi Biru, dia yang harusnya hukum gue setelah ini.” Rasa penyesalan itu, entah mengapa begitu sampai di hati Jenggala. Mungkin karena, ia pernah ada di posisi yang serupa. Ia juga pernah menyesal di waktu dulu karena sempat tak mengakui keberadaan Biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Hug Me
FanfictionDari semua hal yang ada di dunia, Biru hanya ingin mereka semua menganggap kehadirannya ... nyata. ******** Follow my ig : @fatta_melly06 @diaryy_mell BROTHERSHIP ONLY ❌ NOT ROMANCE Start : 11 Desember 2023 Finish : - Pict by pinterest [[ LOKAL FAN...