BAB 2 ☁

253 21 1
                                    

Leona pikir, Transmigrasi itu tidaklah nyata. Hanya sebuah khayalan semata yang ada pada cerita novel pada umumnya. Tapi, Leona tidak bisa berkutik lagi kali ini. Fenomena aneh yang terjadi pada dirinya ini membuat ia percaya Transmigrasi itu ada dan nyata. Kira-kira adakah orang yang samanya pernah bertransmigrasi seperti dirinya sekarang ini? Kini, kehidupan Leona tidak lagi di dunia nyata. Kini, kehidupannya ada di sebuah cerita novel hasil karya tangannya sendiri. Baik, Leona harus ikhlas. Walapun, ia tak tahu sudah sehancur apa raganya di dunia nyata.

Novel berjudul "Love for Morael" Kisah tentang gadis manis yang suka menjadi bahan incaran Queen Bullying saudara tirinya sendiri. Akibat saudara tirinya menganggap kalau hadirnya ia ke dalam kehidupannya hanya membawa malapetaka. Begitu juga, pria yang saudaranya tirinya itu cintai malah jatuh hati kepadanya sang saudara yang ia anggap pembawa sial. Tentu itu akibat sikap baik, dan lemah lembutnya membuat pria siapa saja jadi luluh padanya.

Aletha menatap wajahnya di pantulan cermin. Gaun hitam selutut dengan rambut yang terkepang lucu dan wajahnya yang sedikit di polesi make up memberi kesan natural. Leona yakin, seorang Aletha yang asli suka di gambarkan dengan wajah menor dengan bedak dan lipstiknya. Namun, Leona sedikit terkejut kala ia melihat wajah asli Aletha tanpa polesan mencolok dari make up. Cantik, pikir Leona sambil meraba-raba pipinya.

"Ck, kalo gak gara-gara Risa yang nyumpahin gue masuk ke dalam novel. Gue yakin, ini pasti gakkan terjadi!" Monolog Aletha sambil menatap sendu wajahnya di cermin.

"Risssss... gue mau pulangg ihhh.." rengek Aletha seraya berjongkok dan menjambak erat rambutnya.

"T-tunggu, Aletha bakal mati mengenaskan 'kan di akhir cerita?! Gue bakal mati dua kali kah??" Aletha beranjak berdiri dan kembali menatap cermin.

"Duh, ini alurnya udah sampai mana lagi? Belom di mulai 'kan?"

Tiba-tiba sebuah ingatan yang entah darimana terlintas di pikirannya. Membuat semua pertanyaannya terjawab.

"Ah, gue tahu! Besok adalah hari dimana Amora bakal masuk sekolah pertama kali. Itu artinya, alurnya bakal berjalan besok." monolog Aletha dengan senyum sumringah.

'Amora Oktaviani... Protagonis perempuan!' Aletha membatin.

"T-tapi, gue gak mau mati dua kali. Berarti, untuk menghindari kematian gue, gue jangan berurusan sama para tokoh!"

"Eh, gimana anjir? Gue juga 'kan tokohnya, teman antagonis pula!"

Aletha berkacak pinggang, "Oke, gue harus merubah sikap Aletha demi kehidupan yang cerah! Rules satu, stop kecentilan sama abang tiri. Rules dua, jangan sampai gue turun tangan bully Amora. Rules tiga, batalin pertunangannya."

'Ini akan seruu..' Senyum miring Aletha terpampang jelas di sudut bibirnya.

••••

Saat ini, Aletha tengah duduk memainkan ponselnya di sofa ruang tamu. Sementara, Arga tengah bertelfonan dengan seseorang.

"Mom sama Dad cukup lama disini. Jadi, jaga adkmu baik-baik!"

"Tanpa mom bilang gitu juga Arga udah jagain dia," jawab Arga dengan nada dingin.

Suara kekehan wanita paruh baya yang ada di sebrang telfon tersebut terdengar.

"kamu kira mom gak tau? Selama ini kamu terlalu kasar pada dia. Maklum saja kalau mom bilang gitu,"

"Iyaa.. Arga tau,"

TRANSMIGRASI SANG PENULIS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang