Baik hati aja mau up hari ini
Hayuk komen jangan malas ya ampun kalian ini
Vote juga jangan lupa
~~~
Sebuah buku matematika tersaji lebar di depannya. Banyak sekali buku berserakan hingga membuat meja belajarnya begitu berantakan.
Banyak buku yang terbuka namun fokusnya ke dalam dunia lain. Bella masih diam tak berkedip menatap datar buket bunga yang diletakkan tepat di sebuah rak dinding.
Benar itu adalah buket bunga yang diberikan Hugo tadi sore. Bella menyimpannya dia hanya ingin menghargai pemberian lelaki itu. Meskipun perasaannya masih belum menerima Hugo.
Dia melihat nilai perjuangan Hugo yang sudah berani menjemputnya ke sekolah dan membawakan bunga itu sebagai permintaan maafnya karena tidak bisa melindunginya waktu itu.
"Bella? Kamu di dalam sayang?"
Suara lemah lembut itu segera membuat kedua matanya berkedip cepat. Dia lalu segera berdiri untuk membukakan pintu kamarnya.
Ketika dia membuka pintunya, Cakra langsung masuk lalu memeluk lututnya dengan semangat.
"Kakak! Ayo kita makan bareng. Cakra lapar banget nih," keluhnya sambil memasang wajah sedihnya.
"Kakak masih belum lapar, Cakra," balas Bella menyunggingkan senyumannya.
"Nggak mau. Pokoknya Cakra mau makan sama kakak! Titik nggak pakai spasi." Cakra menekuk alisnya dan melipat kedua tangannya di depan dadanya kesal.
Zey menggelengkan kepalanya melihat putranya itu begitu merindukan Bella selama ini. "Turuti aja sebentar. Nanti mama akan menidurkan dia setelah itu."
Bella mengangguk setuju. "Oke deh. Ayo kita makan."
"Yeay makan sama Kak Bella!"
Anak lelaki itu langsung menarik tangan Bella untuk duduk di sebuah sofa panjang yang ada dalam kamar cukup luas itu. Bella hanya mengikuti kemana tangannya ditarik adiknya.
Cakra langsung duduk di sofanya tanpa melepaskan gandengan tangannya dari kakaknya. Dia sangat merindukan Bella. Sudah lama dia tidak bertemu, mengobrol, dan bermain dengan Bella.
Zey meletakkan nampan berisi makanan hangat di atasnya dengan perlahan. Dua pasta carbonara kesukaan anak-anaknya baru saja dia masak malam ini. Bahkan sejak pulang dari pengadilan, dia belum sempat membersihkan diri bahkan berganti baju.
"Maaf Bella nggak bisa temani mama tadi. Bella juga lupa kalau hari ini sidang perceraian mama," ucap Bella merasa bersalah menatap mamanya.
"Mama nggak masalah sayang. Yang penting hakim sudah memutuskan dengan adil tentang kami berdua dan Cakra. Itu sudah cukup."
"Jadi hak asuh Cakra mama yang pegang sekarang?" tanya Bella setelah berhasil menyuapkan satu sendok pasta ke mulut adiknya.
Zey mengangguk senang. "Hakim tau jika papa kamu nggak layak buat mengurus Cakra. Mama tadi hampir pingsan kalau saja Cakra hak asuhnya jatuh ke tangan papa kamu."
"Jadi ... kalian sudah resmi bercerai?" tanya Bella lirih menatap nanar mamanya.
Tentu saja Zey seketika membisu diserang pertanyaan putri sulungnya. Dia menghela nafasnya panjang, memejamkan kedua matanya, berusaha untuk terlihat kuat didepan anak-anaknya.
Kini dia menjadi orang tua tunggal untuk mereka. Jadi dia tidak boleh menunjukkan kelemahannya di depan anak-anaknya.
"Maaf kalau kalian kehilangan sosok papa sekarang," jawab Zey lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEBARAN : PRINCE OF VALEXANDRIA
Teen Fiction[18+] Ketika dia harus menjaga dua gadis dalam hidupnya. Bara harus siap menerima semua konsekuensi yang akan dia hadapi. Termasuk menerima banyak teror yang menyerang kehidupan remajanya. Callista dan Bella merasa aman saat Bara bersama mereka. Tid...