29 - DIAM ATAU KITA BERAKHIR

1.6K 92 512
                                    

Mumpung kosong jadi aku update nih

Vote dan komennya kakak yuk yang banyak jangan pasif

~~~

"Bella."

"Bella."

"Bangun."

Kedua mata Bella terbuka lebar setelah merasakan banyak tepukan dari pipinya. Seketika dia terbangun dari alam bawah sadarnya.

Gadis itu menatap langit-langit kamarnya selama beberapa saat untuk mengumpulkan kesadarannya sejenak, sebelum beralih memandangi Zey yang duduk di sisi kasurnya.

"Ada apa denganmu? Sepertinya kamu bermimpi buruk sepanjang malam," tanya Zey khawatir karena Bella terus mengeluarkan keringat dingin dan meracau menangis.

Zey kemudian mengambil kompres yang masih bertengger di kening putrinya. Dia mengusap keringat Bella yang cukup banyak menggunakan handuk bersih yang sudah dia bawa.

"Mama? Aku tertidur berapa lama?" tanya Bella membuat Zey mengerutkan keningnya heran.

"Kamu demam sejak di sekolah. Bara membawamu pulang dan merawatmu sampai mama pulang. Sekarang sudah pagi, waktu mama cek kamu di kamar, kamu malah menangis menyebut nama Bara terus," jawab Zey membuat Bella terdiam dengan penjelasan mamanya itu.

Dia kembali merenungkan mengenai mimpinya semalam. Seketika dia menghela nafasnya panjang, menutup wajahnya, menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri selama berkali-kali.

Mimpi macam apa itu, Ya Tuhan? Bagaimana bisa aku bermimpi Bara dan Callista sedang melakukan hal dewasa? Ini sangat memalukan

Bella perlahan mulai berusaha untuk bangun dari tidurnya. Dibantu oleh Zey yang menaikkan bantal putrinya ke belakang punggungnya.

"Kamu merindukan Bara, hm?" tanya Zey membuat kedua mata Bella sontak membulat.

"Buat apa aku kangen sama dia? Setiap hari di sekolah juga kita ketemu," jawab Bella lalu menyandarkan punggungnya lebih rileks.

Zey tersenyum sendiri melihat putrinya. "Padahal semalam dia yang udah rawat kamu. Sekarang kamu mama tanya malah sok sinis gitu."

"Sudah biasa. Bara juga teman aku dari kecil."

"Mana ada pertemanan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Pasti diantara kalian akan melibatkan perasaan."

Orang itu adalah dirinya sendiri. Bella menyadari itu sejak kecil ketertarikannya kepada Bara memang besar. Ketertarikan itu semakin membesar lalu menjadi perasaan yang rumit saat ini.

Hidupnya saat ini sudah tidak berharga. Dia sudah bukan seorang gadis suci. Dia hanya seorang perempuan biasa yang sudah tidak mempunyai kebanggaan diri.

"Demam kamu sudah turun. Mama bersyukur banget Bara mau nemenin kamu. Bahkan dia masakin Cakra buat makan malam." Zey tersenyum sendiri mengingat semalam. "Dia orangnya perhatian banget sama anak kecil. Cocok jadi calon suami kamu."

"Mah?"

"Pasti bakal seru kalau mama besan sama aunty Cleo. Mama sama dia udah sahabatan dari kuliah. Malah anak-anak kita nanti yang menikah. Menurut kamu bakal lucu nggak sih?"

"Bara sudah ada pacar, Mah."

Seketika senyuman Zey memudar setelah mendengar hal baru dari putrinya. "B–Bara punya pacar?"

Bella mengangguk lemah seraya menghela nafasnya. "Aku sama dia emang paling bagus jadi teman."

"Kamu sudah menyerah begitu saja? Bagaimana bisa kamu yakin kalau Bara beneran tulus sama pacarnya? Sedangkan kamu sama dia sudah berteman dari lama." Zey tak habis pikir sendiri.

ALDEBARAN : PRINCE OF VALEXANDRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang