Jangan lupa vote sebelum baca dan keluarkan komen kalian
Thank you buat yg kemarin ada yg ikut promosiin cerita ini
~~~
"Gua nggak tahu kenapa Angga segitu dendamnya sama gua. Senggak terima itu dia kalah buat jadi ketua basket. Padahal gua aja nggak tahu kalau Pak Panji pilih gua."
Calvin memutar-mutar pasta di piringnya sambil terus melampiaskan kekesalan yang ada pada dirinya. Belum ada niatan untuk makan karena dia masih ingin bercerita pada kembarannya.
"Biasa. Manusia kalau udah berambisi terkadang buta. Maupun mata atau hatinya," jawab Bara yang sedang mengunyah pastanya.
"Bang, lo tahu gua sama kayak lo. Gua ngerasa nggak layak buat jadi ketua. Tapi Pak Panji bilang kalau dia pilih Angga, yang ada dia akan otoriter, bukannya buat tim sekolah makin maju malah makin males."
"Percaya diri aja sama kemampuan lo. Selama setahun ini lo udah berhasil bawa nama sekolah kita jadi terkenal. Anggap aja dia tong kosong nyaring bunyinya."
Calvin menghela nafasnya panjang. Benar juga. Lagipula masa jabatannya tinggal sedikit lagi. Karena dia sudah kelas akhir dan harus mulai fokus dengan ujian.
"Loh? Kok belum dimakan makanan kamu?" Cleo tiba-tiba masuk dan duduk di dekat kedua putranya. "Kenapa? Kamu bosen sama makanannya?"
Calvin menggeleng. "Enak kok. Cuma tadi lagi ngobrol aja masalah sekolah sama abang."
"Oh, ya sudah sekarang makan nanti keburu dingin," ujar Cleo yang kemudian ikut makan malam juga bersama kedua putranya.
Calvin mengangguk lalu mulai memakan makanannya. Bersama Cleo mereka baru beberapa suap sedangkan Bara sudah menghabiskan makanannya. Bara meneguk segelas air putih di dekatnya hingga tandas.
"Papa kalian kasih kabar kalau besok dia sudah pulang. Jadi siap-siap aja kalau papa tanya sama kalian mau lanjut dimana," kata Cleo.
"Jujur Calvin bingung, Mom. Sekolah dokter itu mahal di luar negeri, kenapa papa malah maunya Calvin di luar negeri?" tanya Calvin bingung.
Sesungguhnya Calvin mengerti jika papanya kelewat mampu membiayainya. Tentu dia sadar papanya memang konglomerat sejak lahir.
Tapi sebagai anak ada rasa tidak enak dan membebani orang tuanya nanti. Apalagi biaya sekolah dokter itu tidak murah.
"Dengar baik-baik ucapan mama." Cleo menghentikan kegiatan makannya sejenak. "Kalau kalian tahu, papa kalian itu adalah hanya pria lulusan SMA."
Bara dan Calvin mengerjapkan matanya. Menatap mamanya tidak percaya. Pria sehebat dan secerdas papanya dalam berbisnis hanya lulusan sekolah menengah saja.
"Mama bercanda kan?" Calvin yang baru mendengar itu lantas tidak percaya.
"Siapa yang bercanda, hm? Kalian tahu kenapa kalian bisa ada dulu? Itu karena sebuah kecelakaan awalnya. Papa harus sekolah dan bekerja demi mama. Sampai dimana dulu kita bertengkar hebat dan kita berpisah selama 8 tahun lamanya. Selama itu papa tidak berkuliah, tapi belajar membangun bisnisnya sendiri."
Bara dan Calvin hanya bisa diam mendengar itu. Ya, mereka berdua memang lahir dari kesalahan dulu. Tapi kini papanya bisa bertanggung jawab dan ada bersama mereka.
"Papa cuma mau pendidikan yang terbaik buat kalian. Jika papa memang bilang iya, kenapa kamu nggak manfaatkan itu? Harusnya kamu bersyukur kalau papa yang ingin kalian buat belajar di luar negeri."
"Ya, Calvin udah sempet mikir sih mau pilih kampus mana. Nanti aku pastiin lagi deh."
"Bara gimana?" tanya Cleo pada putra sulungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEBARAN : PRINCE OF VALEXANDRIA
Ficção Adolescente[18+] Ketika dia harus menjaga dua gadis dalam hidupnya. Bara harus siap menerima semua konsekuensi yang akan dia hadapi. Termasuk menerima banyak teror yang menyerang kehidupan remajanya. Callista dan Bella merasa aman saat Bara bersama mereka. Tid...