15: perasaan Ana.

632 83 15
                                    

Pertarungan antara geng Redmoon dengan geng Fierce Eagle pun akhirnya terselesaikan dan dimenangkan oleh geng Fierce Eagle, walaupun beberapa dari mereka mengalami banyak memar akibat pertarungan itu.

"Bangun dong,ayo lawan kita lagi!,belum puas nih gue"teriak Arie kepada geng Redmoon seraya tersenyum miring.

Galih yang melihat senyuman itu mendengus kesal,karena dirinya merasa bahwa Arie sedang mengejek dirinya dan juga anggota geng nya.

Dengan berat hati dan menahan rasa malu Galih pun bangkit dan berteriak kepada anggota geng nya.

"Semuanya..."

"Cabut!"teriak Galih dengan lantang kemudian pergi bersama anggota geng nya meninggal geng Fierce Eagle.

"CK,dasar pengecut!"teriak Zayyan.

"Mereka udah kabur Rie, sekarang mau kita apain nih bocah?"ucap Anton kepada Arie dengan menghampiri Gibran yang masih tergeletak tidak sadarkan diri.

"Masih hidup gak dia,apa udah mati?"tanya Arie dengan menekan kan kata "mati".

Anton yang mendengar pertanyaan dari Arie langsung menggapai tangan Gibran dan memeriksa denyut nadi nya.

"Masih hidup Rie"balas Anton.

"Yaudah,kita bawa aja d-"

"Abang!!!"teriak Ana menghampiri dengan memotong ucapan Arie.

"Lo gapapa kan Na?"tanya Arie khawatir hingga dia memutarkan tubuh Ana untuk melihat bahwa adiknya benar-benar tidak terluka.

"Gue gapapa bang,Lo sendiri gimana?"balas Ana yang tidak kalah khawatir nya kepada Arie.

Arie hanya tersenyum kecil melihat raut wajah Ana yang menampilkan rasa khawatir kepada dirinya.

"Gue gapapa kok,Lo tenang aja"ucap Arie.

Ana yang mendengar itu langsung bernafas lega, kemudian dirinya mulai beranjak dari sana untuk menghampiri Gibran yang sedang tergeletak dipangkuan Anton.

"Gibran.."lirihnya menatap Gibran dengan iba,karena dirinya sangat tidak tega melihat keadaan Gibran yang lemah seperti ini apalagi dengan banyak memar di wajah dan tubuh nya.

"Lo gak usah khawatir,dia gak mati kok"ucap Anton dengan tersenyum tipis kepada Ana.

"Enak banget tuh mulut bilang mati!"balas Ana dengan jutek kemudian mengambil alih tubuh Gibran yang berada dipangkuan Anton.

"Buset nih cewek jutek amat"gumam Anton pelan dengan bergidik ngeri.

Ana menatap wajah damai Gibran yang terpejam hingga tidak terasa beberapa tetes air mata jatuh dengan membasahi wajah Gibran.

"Maaf.."hanya kata itulah yang keluar dari mulut Ana.

"Maaf karena gue, keadaan Lo jadi kayak gini"lanjutnya dengan mengusap wajah Gibran yang penuh dengan memar.

Arie yang melihat adiknya menangis karena Gibran langsung mengepalkan tangannya.

"Kenapa Lo nangis Na?"heran Arie.

"Jangan bilang sama gue kalau Lo jatuh cinta sama dia"lanjut Arie menatap Ana dengan tatapan yang sangat tajam.

Ana hanya abai mendengar ucapan Arie,dia lebih fokus untuk menatap wajah damai milik Gibran.Yang menurut nya sangat tampan.

"Na,gue minta sama Lo buat ngedeketin Gibran itu bukan buat Lo jatuh cinta sama dia.Tapi gue minta Lo yang buat dia jatuh cinta,jadi gue gak mau kalau Lo beneran j-"

"Iya gue tau!"potong Ana membalikkan badannya untuk menatap Arie dengan tajam.

"Gue gak jatuh cinta sama dia,gue cuma merasa bersalah aja sama dia.Karena keadaan nya saat ini disebabkan dia melindungi gue hingga dia mempertaruhkan nyawanya"lanjut Ana dengan pelan.

Gibran AlverandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang