34:pengakuan.

816 93 28
                                    

Lea masih berlutut dihadapan Rahsya untuk mendapatkan maaf dari nya,walaupun Rahsya hanya terdiam tidak menanggapi Lea yang sedang bersimpuh di hadapan nya saat ini bahkan Rahsya sama sekali tidak mau menatap wajah Lea.

"Minggir Lo!,gue mau pergi"ucap Rahsya dengan mendorong tubuh Lea yang sedang bersimpuh kepada nya.

"Gue mohon maafin gue Sya..gue benar-benar menyesal"lirih Lea dengan tangis nya.

Rahsya hanya terdiam dia tidak peduli dengan Lea, yang ada dipikiran nya sekarang hanya lah Gibran.Dia ingin segera menemui nya,dia ingin segera meminta maaf kepada adiknya itu.

"Gue harus pulang,gue harus minta maaf sama Gibran"ucap Rahsya yang mulai beranjak dari sana.

"Jangan Sya!,diluar lagi hujan mending Lo nunggu reda dulu hujan nya"tahan Reynaldi dengan memegang tangan Rahsya.

"Gak bisa Rey!, pokoknya gue harus ketemu sama Gibran sekarang,gue harus minta maaf sama dia!"ucap Rahsya dengan mata yang memerah karena menahan tangis.

"Nyesel kan Lo sekarang anjing!"cibir Althar menatap sinis kearah Rahsya.

"Al!"sentak Reynaldi.

Althar hanya mendengus kesal ketika mendengar sentakan dari Reynaldi, padahal dia ingin sekali terus-terusan memaki Rahsya saat ini.

"Tapi ini lagi hujan Sya!,jalanan nya licin bahaya!"sahut Angga yang sedari tadi hanya terdiam.

"Gue gak peduli, pokoknya gue harus minta maaf sama Gibran sekarang"kekeh Rahsya dengan mengabaikan semua ucapan cemas dari teman-temannya.

"Oke kalau itu mau Lo,tapi gue ikut"

Rahsya hanya abai ketika mendengar ucapan dari Reynaldi, Rahsya benar-benar sudah tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya yang dia prioritas kan kali ini adalah meminta maaf kepada Gibran.

"Gue juga ikut!"sahut Irsyad dengan berlari menyusul mereka berdua.

"Maafin Abang Gib.."

Sedangkan Althar, Angga dan Kevin masih berada di sana tengah menatap Lea yang sedang menangis penuh penyesalan.

"Lain kali jangan terlalu mudah dihasut orang, akhirnya Lo sendiri kan yang rugi?"ucap Angga dengan penuh rasa emosi kepada Lea.

"Gak nyangka gue sama Lo, bisa-bisa nya Lo mau ikutin rencana Reyhan, padahal yang Lo lakuin itu bukan hanya mencoreng nama baik Gibran tapi juga mencoreng nama baik lo"sahut Althar tidak percaya.

"Udahlah Al gak usah urusin dia, lebih baik sekarang kita ke kepsek aja minta keringanan buat skor Gibran"ucap Kevin dengan menarik tangan Althar.

Kemudian mereka pun pergi meninggalkan Lea sendirian disana.

....

Ana hanya terdiam diluar rumahnya dengan menatap sendu kearah air hujan.

Setelah kepergian Gibran dari kediaman nya tiba-tiba saja hujan deras turun membuat Ana berlari kembali kedepan pintu seraya menatap cemas atas kepergian Gibran.

"Kenapa gue gak suruh Gibran masuk kerumah aja tadi,kenapa gue harus usir dia?"lirih Ana menyesal.

"Kalau Gibran kenapa-kenapa dijalan gimana?"gumam nya takut.

"Enggak!, pokoknya Gibran harus pulang dengan selamat!"ucap Ana dengan meyakinkan dirinya sendiri.

Saat Ana sedang terdiam dengan fokus menatap air hujan tiba-tiba saja ada sesuatu yang berbentuk bulat kecil seperti debu yang terbang ke hadapan Ana dan ternyata itu adalah potongan-potongan dari bunga edelweis.

Gibran AlverandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang