Sepuluh halilintar menyambar berpijar, serangan Lintang itu secara aneh berputar-putar mengelilingi tubuh Giri hingga sosok Giri tak ubahnya seolah terkurung sepuluh buah cincin petir, jika cincin itu mengerut dan mengecil maka bisa dipastikan tubuh Giri akan putus sepuluh dalam keadaan gosong.
Namun Giri unjukkan wajah tenang, dia tak begitu menghiraukan kurungan halilintar itu. Lintang sendiri terkejut melihat lawan belum bergerak sama sekali, namun buat menarik serangan sudah terlanjur. Tapi apa yang terjadi selanjutnya membuat mata Lintang terbeliak lebar. Giri kembangkan sayap di punggungnya, saat sayap itu terbentang lebar terdengar dua suara gelegar petir yang dahsyat. Sepuluh cincin petir milik Lintang hancur cerai berai dan berhambur ke segala arah. Sialnya pecahan petir itu ada yang mengenai bagian padang rumput yang kering hingga langsung memantik api yang dengan cepat membesar. Suasana menjadi lebih terang sekaligus panas.
"Elang busuk! Kau mau membuatku mati terpanggang di padang rumput ini? Benar-benar licik!" Marah Lintang.
Giri masih dengan tatapan dinginnya menyeringai, "Daripada menghawatirkan api itu, mengapa kau tak menghawatirkan seranganku?"
Benar saja, Giri balas menyerang Lintang. Kedua sayapnya yang lebar dikibaskan ke depan. Satu gelombang angin yang dahsyat menyambar Lintang. Yang diserang berseru kaget ketika melihat rumput yang kena sambar angin itu terbabat putus berhamburan ke udara.
"Angin itu setajam pedang, aku harus mengelak!" Lintang lekas melompat jauh ke samping hingga angin serangan Giri lolos dan menghantam sebuah pohon kayu. Tengkuk Lintang mendadak dingin ketika menyaksikan pohon yang kena sambar angin terbelah dua dari akar hingga ke puncak pohon.
"Lelaki ini benar-benar ganas dan berbahaya. Tak salah jika Ratu Kameswari enggan mengadu kekuatan dengannya," ucap Lintang dalam hati. Tiba-tiba dia teringat pada pedang Malaikat Biru yang melingkar di pinggangnya.
"Baiklah pedang sakti, ini saatnya menjajal kehebatanmu!" Lintang lekas keluarkan pedang sakti itu.
Sepasang mata Giri yang mengawasi Lintang dengan cermat menyipit sejenak saat melihat pedang yang digenggam Lintang, terutama saat melihat aura biru yang memancar di badan pedang.
Lintang menyerbu dengan tusukan pedang. Giri siap menghalau dengan tembakan angin lagi. Tetapi siluman elang putih itu kaget ketika pedang di tangan Lintang berhasil membelah angin miliknya.
"Sial! Pedang apa itu?" Giri tak mau celaka, dia pentangkan tangan kanan, sebaris sinar putih melintang dalam genggaman tangan yang dengan cepat sinar putih itu berubah menjadi sebilah pedang berbentuk helai sayap burung.
Trangg! Dua pedang sakti beradu dahsyat, dua tangan yang mrmegang pedang sama bergetar. Lintang terlempar ke belakang dan langsung jatuh terbanting, untuk beberapa saat dia tak dapat bergerak.
Giri sendiri mencelat ke dalam bagian padang rumput yang terbakar api.Melihat hal itu tentu saja Lintang kaget, tak menyangka Giri jatuh ke dalam lautan api. "Sial, jika dia mati terbakar aku pasti tak akan dapat keluar dari negeri celaka ini dengan selamat!" Gerutu Lintang.
Tapi pikiran Lintang itu salah, karena Giri lakukan gerakan berputar dengan sayap yang terbuka lebar. Byurrr! Pusaran air keluar dengan dahsyatnya menyapu seantero tempat. Serta merta api padam, adapun Lintang lagi-lagi terpental saat tersambar pusaran air dahsyat itu. Bajunya telah basah kuyup. Megap-megap Lintang bangkit. Untuk beberapa saat padang rumput terguyur hujan yang beradal dari pusaran air yang keluar dari kibasan sayap Giri. Suasana menjadi berkabut dan berembun.
"Ternyata Ratu Kameswari tidak berbohong! Elang jelek ini memiliki empat kekuatan utama, aku telah mrlihat kekuatan angin dan air miliknya. Tinggal api dan halilintar yang belum." Batin Lintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...