Part 21

159 18 1
                                    

Gracia membelakangi Gita yang tengah berdiri menatapnya, Gracia pura - pura kesal pada sang adik
Agar sang adik merayunya hehehe..




Lanjut










Gita yang melihat sang cici pundung pun agak panik, karna Cige nya ini kalo ngambek banyak mau

Mau di ciumlah, peluklah, dan lain hal

Gita langsung saja menghampiri sang cici dan dipeluklah sang cici dari belakang, ia menduselkan kepalanya pada punggung cicinya

" aahhh Cige masak gitu doang marah sih ci " kata Gita yang masih dengan menduselkan kepalanya

" dedek minta maaf, dedek cuma bercanda aja ci, cici tu selalu cantik imut lucu tau, dedek cuma boongan aja bilang gitu padahal mah cici selalu  tercantik bagi dedek, apapun tentang cici dedek selalu suka itu " kata Gita
Bagaimana dengan Gracia? Ia tengah salting brutal tapi ia tahan dengan memejamkan matanya dan menggigit bibirnya sendiri dengan pelan

* tolong aaaaaaa pengen teriak, dedek Cige salting brutal ini aaahhhh ga baik hati ini * kata Gracia sambil memejamkan matanya dan memegang dadanya sendiri

" ciiii masih marah kahh " kini Gita melonggarkan pelukannya

" yaudah good night Cige dedek mau tidur dulu ya babay " kata Gita kembali memeluk Gracia dan mencium belakang kepala sang cici

Ketika Gita ingin bangun dari kasur sang cici, badannya langsung di tarik oleh sang cici dan alhasil kini ia berada di atas badan sang cici

Gita langsung membenarkan posisinya agar badan cicinya itu tidak sakit

" isshh Cige jangan gitu nanti badannya sakit semua " kata Gita yang sudah menatap sang Cici

" hehehe maaf sayang, cici gapapa kok dek, maaf ya cici cuma pura - pura ngambek barusan " ucap Gracia

" kelonin Cige dulu dek bentar, Cige mau bobok di peluk dedek " pinta Gracia manja

" yang adik siapa sih Ci sebenernya? " tanya Gita

" ya kamu lah, tapi kenapa emang ga boleh manja sama adek sendiri " kata Gracia

" ya boleh - boleh aja sih, tapi agak di luar nurul aja Cige kelakuan nya " ketawa Gita

" biarin " kata Gracia dan memeluk sang adik dengan erat

" good night dedek muach.. Muachh.. Muachh... Muachhh " kata Gracia dan langsung mencari posisi yang nyaman
Dimana ia memeluk sang adik dan kakinya ia naikkan ke paha Gita sebagai gulingnya

Tak butuh waktu lama, deruan nafas teratur sudah terdengar di telinga Gita

Gita langsung membenarkan posisi sang cici dengan nyaman tak lupa ia juga menyelimuti sang cici sampai di atas dadanya

" good night Cige, bahagia selalu cup " kata Gita membelai anak rambut dan mencium dahi sang cici.
Tak lupa Gita juga mengganti lampu sang Cici menjadi lampu tidur, ia juga menghidupkan aroma penenang di kamar cicinya agar tidur sang cici menjadi  lebih nyaman.

Setelah itu Gita langsung keluar dari kamar Gracia, kini Gita menuju ke kamar kakak sulung nya

Ia pertama mengetuk pintu, karna tak ada jawaban dari dalam, Gita langsung membuka kamar sang cici ternyata sang cici tak ada di kamar, ia langsung masuk ke dalam kamar sang cici

Ketika berada di dalam kamar, Gita melihat pintu yang menuju ke arah balkon kamar terbuka, ia melihat sang cici sedang duduk melamun di sana

Gita langsung melangkah kan kakinya ke arah sang cici, ia langsung menduduk kan dirinya di samping kakaknya

Ia tarik Shani kedalam pelukannya ia dekap tubuh rapuh itu, tubuh yang tadi tergeletak lemah di atas brankar RS, ia usap pelan bahu sang kakak guna menyalurkan rasa nyaman dan aman

Shani? Ia menikmati setiap dekapan hangat dan usapan lembut sang adik, dirinya tidak terkejut jika sang adik yang melalukan itu.

Ia tau jika hanya sang adik yang bisa membuat ia senyaman itu, ia merasa aman jika berada di dekat Gita, ia seolah di beri keberanian yang ntah datangnya dari mana, seolah jika dirinya berada di ruang gelap tanpa cahaya tapi ada Gita di sampingnya ia tak akan pernah takut untuk mengambil langkah.

Ntahlah perasaan apa ini?, kenapa nyaman yang di rasa beda ketika ia dekat dengan yang lain, seolah rasa aman nyaman dan tenang ini hanya ada pada sang adik.

Mereka berdua diam tanpa membuka suara ditemani bulan dan bintang yang cerah di atas langit malam dan angin yang berhembus lembut membelai kulit tanpa menyakiti.

" cici " panggil Gita setelah beberapa menit saling diam

" percaya ngga, kalo tidak semua yang terjadi itu karna kita yang terlebih dahulu salah, tapi itu memang sudah garis  takdir dari sang pencipta " kata Gita memberitahu Shani dengan masih memeluk sang cici

" jangan terlalu memikirkan kenapa cici bisa begini, kenapa cici bisa begitu, jangan memikirkan hal yang cici aja gatau apa alasannya, karna kejadian yang sudah cici alami itu merupakan skenario tuhan untuk cici hadapin "

" cici boleh nangis, boleh juga kecewa, cici kalo pengen teriak! Teriak aja, luapin semuanya, jangan di pendem, percuma cici pendem kalo ujung - ujungnya cici sendiri yang sakit "

" bagi rasa sakit cici sama dedek, bagian mana yang harus dedek obati, rapuh mana yang harus dedek rengkuh, tangis mana yang harus dedek redain bilang ci, tunjukin semuanya jangan di telan sendiri "

" adanya kita di sekeliling cici bukan hanya untuk melihat cici dari jauh, tapi untuk membersamai langkah cici yang harus di tempuh, kita harus lalui  bersama bukan hanya mengamati lalu acuh " imbuh Gita

Shani di buat menangis akan semua ucapan sang adik, ia di buat terharu
Ia juga bersyukur akan nikmat tuhan yang di beri padanya

Ia mempunya adik yang selalu peka akan apa yang di alami oleh kakak - kakak nya, ia juga di beri rasa nyaman dari pelukan hangat adik - adiknya.

* tuhan tolong jangan ambil rumah nyaman ini dari ku, adik yang sudah aku jadikan rumah, adik yang aku jadikan tempat berpulang ketika lelah dan adik yang aku jadinya naungan dikala badai datang * monolog Shani dalam hati dengan terus menggaungkan nama orang - orang terkasihnya.

" hikss... hiksss makasih dedek, makasih sudah menjadi rumah untuk cici hikss... Makasih sudah menjadi tempat bernaung bagi cici dikala hujan beserta badainya menerpa hiksss..., tolong tetap membersamai cici sampai akhir hidup cici hikss..., tolong jangan pergi dikala diri tidak siap perihal kehilangan hikss..., tolong  terus temani kita dek cici mohon hikksss... Hiksss " pinta Shani dengan derasnya air mata

" cici dedek udah berapa kali bilang sama cici jangan takut akan kehilangan, jika nanti pun harus dedek dulu yang pergi maka percayalah di setiap harinya dedek akan selalu datang kepada cici dan kakak, ntah itu lewat mimpi ataupun dengan jelmaan kupu - kupu yang indah, bisa juga dedek abadi dengan menjadi bintang terterang di langit nanti " ucap Gita menerawang jauh

" di setiap langkah cici akan dedek bersamai dengan rengkuhan dan dekapan hangat dedek, disetiap langkah cici dedek agungkan suatu kebahagiaan yang tiada ahirnya, disetiap tawa cici dedek usahakan tak kan meredup, tapi jika air mata cici yang turun maka tangan dedek yang menjadi satu - satunya reda itu "

" tolong percaya ci, dedek di sini dan akan slalu di sini, tak ada kata pergi sebelum semua tugas terpenuhi, belum selesai jalan bergelombang itu dengan kalian, belum dedek raih bahagia tanpa sakit itu dan belum dedek lihat akhir tawa dengan bersama semuanya "

" sebelum semua itu terjadi maka yakin ci, dedek akan terus berada di sini "

* tuhan langkahku sudah sering berdarah, kali ini aku akan kembali menentang lengkara, bersamai langkahku semoga aku tidak kalah. Aku korbankan kembali bahagia itu. Demi sebuah kata pulang yang sempurna untuk orang - orang terkasihku * sambung Gita dalam hati.
















Sedih ga si






Tumben encer bener ni otak






Jangan lupa vote and comment

biarkan aku sajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang