Part 22

155 18 1
                                    

* tuhan langkahku sudah sering berdarah, kali ini aku akan kembali menentang lengkara, bersamai langkahku semoga aku tidak kalah. Aku korbankan kembali bahagia itu. Demi sebuah kata pulang yang sempurna untuk orang - orang terkasihku * sambung Gita dalam hati.







Lanjut




Gita memejamkan matanya sejenak, ia tahan air mata yang sudah berdesakan ingin keluar, ia tak ingin terlihat menangis di depan cicinya yang sedang rapuh

Kini ia eratkan pelukan itu, ia posisikan dirinya dengan menghadap pada sang cici, ia bawa tubuh bergetar itu ke dekapan eratnya, ia salurkan hangat yang di punya untuk menetralkan rasa takut yang menghantui cicinya

" dedek kenapa senyaman ini? " tanya Shani dengan mengeratkan tangannya di pinggang sang adik

" kenapa ketika bersama kamu cici nyaman, cici tenang, cici aman, jika biasanya adik yang merasakan itu maka sekarang adalah kebalikannya "

" nyaman, aman dan tenang itu cici rasakan di kamu, ketika cici gundah hanya melihat tatapan teduh kamu semua langsug baik - baik saja, di kala pikiran cici berantakan pelukan kamu yang meruntuhkan semuanya, kenapa dek? Kenapa harus dedek "

" kenapa harus dedek orang yang menjadi tumpuan cici, kenapa bukan cici yang menjadi tempat bertumpu dedek? "

" heiii udah dong ci jangan nangis terus nanti cici tambah pusing " ucap Gita meleraikan pelukannya dan ia tangkupkan pipi sang cici dengan kedua tangannya

" ci udah ya, jangan nangis terus, jangan dipikirin terus, dedek gamau cici sakit, ayo dong mana senyumnya " pinta Gita dengan terus mengusap air mata yang terus mengalir dipipi sang cici

Shani dia tersenyum dan kembali memeluk Gita erat

" makasih sayang untuk semuanya " ucap Shani tulus

" kembali kasih untuk orang terkasih yang aku agungkan namanya di setiap doa - doa itu " ucap Gita dan mencium seluruh wajah sang cici dengan lembut

" udah ya jangan nangis lagi, yok cici cuci muka dulu baru lanjut istirahat udah malem loh ci ini " pinta Gita

" iya sayang " balas Shani dengan di rangkul oleh Gita dan mengantarkan sang Cici sampai di depan kamar mandi.

Gita menunggu sang cici sampai keluar setelah itu mereka berdua menuju ke kasur king size milik Shani

Mereka memposisikan tidurnya dengan Shani yang memeluk Gita dan menaruh kepala Gita di dadanya, ia sesekali mencium pucuk kepala sang adik setelah itu ia memejamkan matanya dengan tenang

" good night ci " ucap Gita lirih dan mereka pun tertidur

Pada tengah malam Gita terbangun, ia melihat jam di handphone nya, ternyata jam menunjukkan pukul 02.00, Gita membebaskan dirinya dari dekapan sang cici secara perlahan setelah itu Gita langsung menyelimuti sang cici dan ia beranjak pergi dari kamar sang cici.

Ya Gita tidak tertidur sama sekali, tapi ia hanya berpura - pura, ia hanya menjaga cicinya saja sampai sang cici nyaman dengan tidurnya

Gita kini sudah berada di kamarnya, ia langsung menuju ke ruang rahasianya, ia luruhkan badannya pada lantai dingin di ruangan itu
Ia memukul - mukul dadanya berulang kali

Ia merasakan sesak yang amat sangat, ia coba tahan sesak itu, hatinya sakit melihat sang cici ketakutan, dadanya sesak mendengar tangisan yang lolos dari mulut sang cici, sungguh sakitnya teramat karna harus melihat bagaimana proses itu

" kenapa - kenapa mereka kembali membuat luka pada cici, kenapa mereka harus menargetkan cici, dia tak sekuat itu tuhan, dia rapuh, dia penuh takut saat melangkah, dia tak bisa jika tak di genggam, dia harus selalu di dekap jika lelah, tolong tolong jangan skenariokan mereka pada jalan penuh luka, berikan skenario terindahmu tuhan " pinta Gita dengan raungan tangis yang teramat sakit

" disini aku tetap berdiri teguh, di tengah berisiknya isi kepala, beban di pundak yang kian menambah, dan ada hidup yang bergantung akan adanya aku di hidup mereka "

" aku harus bagaimana, tolong jawab aku! JAWAB " teriak Gita sembari memukul dadanya kembali dan menengadahkan kepalanya

" mereka 3 wanita itu, hidup mereka bergantung pada ku, tawa mereka karna ada aku, tapi bagaimana nanti jika aku tak bersama mereka lagi, siapa yang akan menjadi tempat nereka pulang, rumah mana yang merengkuh mereka dikala mereka di terpa badai, dekap mana yang mereka pilih dikala gundah menyerang, usapan mana yang akan datang ketika mereka menyurakan sakit "

" aahhhhhh aku sesak, dada ini sakit, jiwa ini seolah di cambuk berkali - kali tapi tak bisa mati, sampai kapan rumah sempurna itu selesai, sampai kapan kata bahagia itu bisa aku jemput untuk aku berikan pada mereka "

" aku meminta padamu berkali - kali tolong jaga mereka dari sana biarkan aku yang menjaga mereka dari sini, tapi apa sekarang! kakak sulungku harus merasakan sakit dan takut secara bersamaan, bagaimana aku meredakan badai riuh itu, jika aku saja sebenarnya tak sekuat itu "

" aku rapuh tuhann, hidupku berantakan, tapi aku bertahan demi mereka, tolong bersamai langkah ku, jangan kau lepas aku begitu saja, jangan hilang kan arah tujuanku, tolong jangan hiksss... "

" hiksss aku tak bisa jika melihat luka mereka, aku yang lebih sakit " pecah sudah tangis Gita ia agungkan doa itu dengan lantang.
Ia keluarkan semua sesak yang di tahan, ia selalu kuat di depan kakak - kakaknya tapi nyatanya ia hancur berkeping - keping, tapi seolah itu tak cukup.

Ia berani menangis dengan sebegitu hebatnya, karna ruangan itu sudah kedap suara
Ia tumpahkan segala sesak dan sakit itu.

Setelah menangis Gita mengambil handphone nya, ia netralkan dulu nafasnya setelah itu ia menekan apk telpon

Ia menelepon seseorang di tengah malam

Tuuut.. Tuuutt.... Tuuutt..

" hallo selamat malam nona " sapa orang itu

" malam Tora " balas Gita

" ada apa nona?, apakah ada hal yang harus saya lakukan nona? " tanya Tora

" ya saya tugaskan kamu untuk mencari tau siapa dalang di balik penyerangan nona Shani " perinta Gita dengan tegas

" saya mau informasi itu secepatnya " imbuh Gita

" baik nona "

" dan satu lagi jika sudah mendapat kan info bawa orang itu ke tempat biasa " Gita

" baik nona saya akan mencari informasi itu secepat mungkin " kata Tora

" terimakasih dan maaf meng ganggu waktu mu Tora " ucap Gita

" tidak nona tidak sama sekali " balas Tora dan Gita langsung mematikan telpon tersebut

* aku janjikan mati mu adalah permitaan yang kau inginkan tuan * ucap Gita dalam hati.
















Cape uy




Maaf jika banyak Typo










Jangan lupa vote and comment

biarkan aku sajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang