••
•
__________________
Mas Satra koma.
Pesan yang dikirimkan oleh Septian beberapa jam yang lalu berhasil membuat Sahara menahan napas beberapa detik setelah membacanya.
Sahara tak tahu harus berekpresi bagaimana lagi setelah membaca tiga kata tersebut. Yang pasti ia terdiam karenanya.
"Lo tau, gue hampir dikeluarin dari kelas tadi." Ujar Nara dramatis.
"Salah lo sih pake tidur." Sahut Aliya sambil menyedot jus jeruk yang ia pesan.
Ketiganya kini sedang berada di kafetaria kampus setelah melakukan ujian dengan obrolan didominasi oleh Nara dan Aliya sedangkan Sahara masih diam tak menanggapi.
"Ya, kan gue ngantuk Liya. Semalem, gue belajar sampek larut terus adik gue pake rewel lagi, ya jadinya gue nggak tidur-tidur karena suara Zia nangis." Bela Nara dengan menjelaskan kronologi yang menyebabkan ia tertidur di dalam ruang kelas.
"Alasan." Cibir Aliya, kemudian gadis itupun menoleh ke arah Sahara yang sedari tadi sibuk melamun sambil menatapi ponselnya sendiri, "Hara, lo kenapa?"
Sahara tersentak pelan saat Aliya menepuk pundak nya, "Eh, ada apa?"
"Seharusnya gue yang tanya ada apa? Lo kenapa sih diem terus dari tadi? Lagi mikirin apa?" Tanya Aliya jengkel.
Sahara menghembuskan napasnya sebelum berkata, "Lagi mikirin mas Satra yang koma."
Nara dan Aliya terkejut mendengarnya, karena sebelumnya mereka tak tahu jika Satra mengalami kecelakaan.
"Mas lo koma? Kok bisa?"
"Iya, kok bisa? Perasaan dia baik-baik aja deh, nggak ada berita juga tuh kalo mas lo sakit."
Sahara tak tahu harus bicara apa jika kedua sahabatnya sudah bertanya seperti itu. Sebab, ayah lah yang mengatur agar tragedi yang dialami oleh Satra tidak di beritakan, dan Sahara tak tahu kenapa ayah melalukan hal itu.
"Mas gue kemarin kecelakaan." Tak ada salahnya bukan mengatakan itu pada Aliya dan Nara?
"Apa?!" Pekik mereka berdua bersamaan dan untung kafetaria ini dalam keadaan sepi, maka cuma sedikit orang yang menengok ke arah mereka.
"Terus kenapa lo masih di sini?" Tanya Nara.
Raut muka Sahara mulai berubah jengkel ketika mengingat jika ia dilarang ke rumahsakit sebelum menyelesaikan ujiannya.
Tapi Sahara tak boleh mengatakan hal itu kepada kedua temannya, karena sama saja ia membuka aib ayah.
Kedua temannya menganggap Dirga, ayahnya adalah ayah yang baik dan tegas serta menganggap beliau adalah orang yang adil dan bijaksana sama seperti yang media ketahui.
Maka dari itu, Sahara menjawab, "Mas Satra masih belum bisa dijenguk, di rumah sakit juga masih ada abang sama kak Septian dan juga bunda."
Keduanya terlihat mengangguk walaupun terlihat ragu dengan jawaban asal dari Sahara dan Sahara tak ambil pusing jika temannya itu mengetahui jika ia berbohong.
Kata Samudra, jika berbohong untuk kebaikan itu boleh dilakukan beberapa kali, tapi jangan sering.
Ah, mengingat apa yang dilakukan Samudra semalam, Sahara kembali mendengus apalagi ditambah dengan kejadian pagi tadi. Samudra menegurnya karena Serina mengadu jika Sahara bersikap tak sopan padanya. Bukan menegur seperti marah, tapi lebih bertanya kenapa alasan ia melakukan itu pada kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Need (On Going)
Ficção AdolescenteBELUM DIREVISI!! "Bunda.. apa Hara harus sakit dulu supaya bisa diperhatikan sama kalian kayak gini?" Jatuh-bangun Sahara melewati berbagai rintangan yang mengancam keluarganya. Namun, jika yang membawa malapetaka adalah keluarganya sendiri, apakah...