21. Luka Yang Mendalam (1)

9 3 1
                                    

Maapkeun aku baru bisa up ini ygy, ada kendala yang buat aku ga bisa up sperti biasanya. Jadi tolong dimaafkan🙏🏼🙏🏼

**Bacanya pelan-pelan, pahami dengan baik supaya ga ada kata yang terlewatkan, oke? (⁠っ⁠˘⁠з⁠(⁠˘⁠⌣⁠˘⁠ ⁠)

⚠️ADA BEBERAPA KATA TAK PANTAS

__________________

Entah sudah berapa kali Sahara terus menghembuskan napas lelahnya. Air matanya pun tak henti-hentinya mengalir dipipinya yang sekarang terlihat tirus.

Semuanya telah berkumpul di ruang inap Satra, kecuali ayah tentunya.

Suara isakan bunda dan helaan napas mereka terdengar memenuhi ruangan itu. Atmosfir terasa menegang sejak tadi, sejak bunda mengatakan kejujuran tentang ayah yang memiliki istri dan anak selain dirinya.

Bunda tau.

Dua kata itu terus saja terngiang-ngiang dibenak Sahara yang sekarang hanya menangis dalam diam seraya menatap ketiga kakaknya yang juga sunyi, tak bersuara sedikitpun sejak Samudra dan juga Septian dilerai dari pertengkaran mereka tadi.

Ternyata selama ini hidup gue kebohongan.  Batin Sahara meringis.

Flashback

"Ayah." Geram Sahara sebelum keluar mengikuti kedua kakaknya dan meninggalkan Satra yang menunduk dalam diam.

Namun belum sempat Sahara menutup pintu, bunda datang dengan Septian yang terlihat menahan emosinya sama seperti saat di dalam ruang inap Satra dan juga Samudra yang terlihat berjalan di belakang Septian dan juga bunda.

"Adek.." Panggil bunda ketika sampai di hadapan Sahara yang hanya mematung dalam diam.

Seketika Sahara menghapus jejak-jejak air matanya dan menatap Septian seolah bertanya lewat tatapan mata.

Akan tetapi, Septian malah mengalihkan pandangannya dari Sahara dan berkata.

"Bun, ayo masuk."

Ketika Septian melewatinya, Sahara dengan cepat memegangi tangan kakaknya itu dan membuat Septian berhenti di ikuti Samudra di belakangnya. Sedangkan bunda sudah lebih dulu masuk ke dalam ruangan.

"Ada apa?" Tanya Septian datar.

"Gue yang harusnya nanya gitu. Ada apa sebenarnya? Kenapa bunda di sini?" Kata Sahara, ia pun tak menghiraukan tatapan tajam yang dilayangkan Samudra pada dirinya.

"Bunda pengen jenguk mas Satra, Ra. Dan sekalian, gue pengen kasih tau bunda soal.."

Septian sengaja menggantungkan ucapannya, dan hal itu membuat Sahara melepas genggamannya pada lengan Septian.

"Lo yakin bunda nggak papa?" Tanya Sahara. Ia menggigit bibir bawahnya khawatir.

Septian diam. Laki-laki itupun tahu jika bunda akan merasakan hal sama seperti mereka beberapa saat yang lalu, tepat setelah mendengar kebenarannya dari Satra.

"Ayo masuk." Kata Samudra akhirnya. Lalu ia menghela napas sebelum melanjutkan.

"Kali ini, gue pengen nggak ada rahasia di antara keluarga. Dan gue mohon kalian berdua juga jujur tentang masalah Serina yang hamil."

Ketika mendengar kalimat terakhir Samudra, Sahara pun langsung menatap dengan ekspresi terkejutnya.

Sementara Septian mengerutkan keningnya bingung.

Need (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang