23. Mencoba Lupakan Sejenak

12 3 0
                                    

Sahara terbangun ketika merasakan tangannya disentuh.

Gadis itu mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan dengan cahaya dari ruangan tersebut.

Tapi tunggu. Sahara langsung mendudukkan dirinya membuat dokter yang menyentuh tangannya tadi terkejut.

Ternyata benar dugaannya, pasti Septian dan Samudra lah yang membawanya untuk periksa. Tapi untungnya, di dalam ruang ini hanya ada dirinya dan dokter laki-laki muda itu. Ia menghela napas lega. Kemudian ia memutuskan untuk bangkit dari brangkar itu dan pergi seolah tak terjadi apapun pada dirinya.

Namun, seketika Sahara berhenti saat dokter muda itu menghentikan nya.

"Tunggu, saya belum selesai memeriksa and—"

"Dok, saya mohon jangan katakan apapun pada keluarga saya tentang hasil pemeriksaan ini." Potong Sahara dengan reflek menggenggam tangan laki-laki itu.

Dokter dengan name- tag bernama Arsa Eka Pramana, itupun terkesiap merasakan tangannya dipegang kuat oleh Sahara.

Dan ketika menyadari apa yang ia lakukan, Sahara pun segera melepas genggaman tangannya dengan raut datar, lalu berkata.

"Maaf saya lancang."

"Ah, tidak papa." Ucap dokter Arsa sambil memperlihatkan cekungan di masing-masing pipinya terlihat sama seperti milik Sahara.

Gadis itu mengerjapkan matanya, kenapa ia selalu kaget jika ada orang yang memiliki dimple selain dirinya.

"Kalau begitu saya permisi." Akhirnya Sahara pun pergi meninggalkan dokter Arsa yang terus memperhatikannya.

"Lucu."

~••*••~

Ketika Sahara keluar dari dalam ruangan tersebut, terlihat hanya ada Septian dan bunda. Entah kemana Samudra sekarang, Sahara menjadi was-was dibuatnya.

"Adek nggak papa kan?" Tanya bunda seketika berdiri menghampiri anak bungsunya yang berdiri diam di depan pintu.

"Nggak papa." Jawab Sahara.

Gadis itupun segera pergi meninggalkan kakak dan juga bundanya karena masih dirundung kekecewaan terhadap kebenaran yang baru ia terima.

"Adek, tunggu!" Seru bunda mengikuti Sahara yang tak berbalik ataupun menoleh sedikitpun, ia terus berjalan menuju keluar dari rumah sakit.

Sampai akhirnya, ketika Sahara sudah diluar gedung rumah sakit dan akan memesan taksi, ia mendengar suara seseorang yang membuatnya seketika menoleh.

"Sahara." Kata Samudra yang bersandar di tembok samping gerbang rumah sakit. Laki-laki itu seolah sudah menunggu Sahara keluar dari gedung itu.

Sedangkan Sahara tetap diam, menunggu apa yang akan diucapkan oleh kakaknya itu dengan sebelah alis terangkat melihat Samudra yang menatap lurus ke depan, memandangi kendaraan yang berlalu lalang.

Kemudian Samudra menoleh dan menatap Sahara sebelum berkata, "Ikut gue."

Sahara yang sedari tadi diam, sekarang menatap punggung Samudra yang terlihat menurun seakan tak ada semangat hidup. Ia pun segera mengikuti kakaknya tersebut yang ternyata membawa ke parkiran dan mengajaknya untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Mau kemana?" Tanya Sahara sambil memasang sabuk pengaman.

Diam.

Samudra diam, tak menjawab apa yang dipertanyakan oleh adiknya itu dan menginjak pedal gas menuju keluar dari dalam parkiran untuk pergi ke suatu tempat.

Need (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang