Sahara terbangun dari tidurnya ketika suara yang dihasilkan dari alarm nya terdengar kencang di samping ranjang.Gadis itu menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri sebagaimana seperti melemaskan ototnya.
Ia kemudian bangun dan menuju ke arah gorden balkon, lalu menyibaknya pelan.
Hari ini lumayan mendung, mengingat musim penghujan telah tiba. Tak ayal juga membuat Sahara selalu kesal karena malam nya ia tak bisa berada di balkon seperti biasanya karena hujan.
Ketukan pintu membuatnya menoleh, suara mbak Nia yang menyuruh nya turun untuk sarapan.
"Iya, mbak." Seru Sahara setelah menutup kembali pintu balkon.
Mungkin sebaiknya ia mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit lagi.
Namun sebelum itu, ponselnya berdering membuatnya mencari sumber suara itu. Hingga ia mendapatkan di bawah bantal.
"Ada apa, liya?" Ujarnya.
Terdengar suara helaan napas di seberang menyebabkan Sahara mengernyit, namun ia masih menunggu sahabatnya itu menjawab.
"Kita ada janji mau ke toko buku hari ini, Rara cantik."
"Oh? Emang bukanya besok ya?" Balas Sahara seraya menggaruk alisnya.
"Sekarang, hari Sabtu ini. Pasti lo lupa lagi."
Sahara bisa merasakan jika di seberang sana Aliya memutar bola matanya.
"Sebenarnya-" Sahara berhenti berucap.
Jika ia pergi ke rumah sakit sekarang, kemungkinan besar ayah akan di sana. Sedangkan sekarang ia tengah kecewa terhadap kelakuan ayahnya itu.
Dan lebih baik ia keluar mencari udara segar, agar otaknya tak terasa pusing memikirkan kejadian semalam.
"Kalau gitu gue ikut, jemput gue." Putus Sahara akhirnya.
"Siap! Tapi gue jemput Nara dulu ya."
"Oke." Setelah itu sambungan pun diputuskan Sahara.
Ia kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan ritual mandi nya dan bersiap-siap.
~••*••~
"Syukur deh kakak Lo udah siuman. Kita ikut seneng." Ujar Aliya dibarengi anggukkan Aliya membuat Sahara tersenyum kecil.
"Makasih."
Mereka bertiga sekarang sedang berada di ruang makan Sahara. Karena ia tahu pasti kedua temannya itu tak sarapan, maka ia pun mengajak Nara dan Aliya untuk mengisi perutnya terlebih dulu sebelum mereka berangkat ke toko buku.
"Lo tahu, bang Asel beberapa hari ini terus ngerecoki gue mulu dan itu gara-gara lo." Ucap Aliya seraya menunjuk Sahara dengan garpu nya.
"Bang Asel siapa? Perasaan gue nggak pernah kenal." Jawab Sahara mencoba mengingat.
"Yang biasanya sama abang lo itu dan yang dirumorin sama kak Sintia itu loh. Masa lo lupa sih?" Gemas Nara di samping Aliya yang menggelengkan kepalanya memaklumi Sahara yang pelupa.
"Oh, kak Asel." Ingat Sahara sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, "kenapa dia ngerecoki lo gara-gara gue?"
"Dia minta nomer lo tahu! Ya masa gue kasih ke dia yang belum selesai sama masa lalu nya. Ganteng sih, tapi playboy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Need (On Going)
Novela JuvenilBELUM DIREVISI!! "Bunda.. apa Hara harus sakit dulu supaya bisa diperhatikan sama kalian kayak gini?" Jatuh-bangun Sahara melewati berbagai rintangan yang mengancam keluarganya. Namun, jika yang membawa malapetaka adalah keluarganya sendiri, apakah...