15. Kakek

20 2 0
                                    

Sastrowardoyo atau yang biasa disebut kakek oleh Sahara dan yang lain ini sudah berusia lebih dari setengah abad.

Menyadari kakek sudah pensiun, maka kakek terus memaksa cucu-cucunya untuk menjalankan atau meneruskan bisnis-bisnis.

Apalagi ketiga anaknya telah memiliki peran masing-masing di bisnis yang lain. Kakek telah membagi sama rata untuk ketiga anaknya itu, dan hanya paman Diego saja yang baru mau menerima bisnis kakek, karena paman Diego juga akan menikah sebentar lagi.

Kakek memiliki 3 orang anak yang semuanya adalah laki-laki.

Yang pertama adalah Dirgantara Lasut Januartha, ayah Satra. Lalu anak yang kedua adalah Baskhara Dwi Januartha, paman Bas memiliki satu anak yang umurnya sama dengan Samudra, bernama Khansa Leo Januartha. Dan yang terakhir adalah, Diego Putra Januartha. Sekedar informasi saja, umur paman Diego dan Satra hanya berjarak 7 tahun.

Kembali lagi, sekarang kakek tengah berada di dalam mobil menuju ke kantor milik Dirga untuk memantaunya. Kerena terakhir kali kakek datang, penurunan jumlah yang didapat lumayan banyak, entah karena apa.

Namun kakek berpikir itu adalah kesalahan satu orang. Korupsi misalnya.

Maka dari itu, kakek pun akan kembali meninjau ulang perusahan yang dijalankan oleh anak sulungnya.

Setelah mobil memasuki kawasan parkir, kakek kemudian turun dan berjalan masuk diikuti oleh kedua bodyguard nya yang selalu setia menjaganya.

Kakek menyewa bodyguard untuk menjaganya dari beberapa musuhnya yang sama-sama menjalankan bisnis dan juga untuk menjaganya dari media yang haus akan berita keluarga Januartha.

Itu sudah tak mengherankan, apalagi reputasi keluarga Januartha sudah baik dan bermartabat sejak jaman dahulu.

Menilik lagi, jika bisnis keluarga yang kakek dan anak-anaknya jalankan ini membuat keuntungan untuk negara juga.

Kini, kakek telah memasuki lobi. Kakek disambut hangat oleh para karyawan.

Kakek pun berjalan menuju eskalator dan memasukinya. Salah satu bodyguardnya menekan tombol lantai menuju ruangan Dirga. Eskalator pun bergerak menuju lantai 22, tempat di mana kantor direktur utama berada.

Setelah pintu eskalator terbuka, kakek pun keluar diikuti dan menuju meja sekretaris yang berjaga di depan ruangan Dirga.

"Dirga ada?" Tanya kakek setelah sampai.

Sekertaris itupun tak bisa menahan keterkejutannya saat melihat langsung kakek.

"Em.. pak Dirga sedang ada meeting bersama-"

"Kalau begitu, saya akan menunggu di ruangannya saja." Sela kakek tanpa mendengarkan penjelasan lebih lanjut sekertaris muda itu.

Kakek pun langsung membuka kantor dimana Dirga selalu ada. Ruangan besar itu memiliki ruang tamu sendiri di dalamnya, dan di sana juga terdapat kamar yang selalu digunakan Dirga jika dirinya tak pulang ke rumah.

Sedangkan sekertaris itu terlihat panik, tapi dia tak bisa melakukan apapun. Apalagi orang yang tadi dia temui adalah bukan orang sembarangan.

Saat kakek baru mendudukkan dirinya di atas sofa, seruan perempuan dari ruang kerja membuatnya mengernyit bingung.

"Kamu bilang kenapa? Satra bisa aja bilang semua ini ke semua kelurga kamu, mas." Seru perempuan tersebut.

"Tapi kita nggak bisa lakuin itu, Serina. Gimana kalau kita berdua tertangkap polisi, itu lebih sulit." Balas Dirga terdengar frustasi.

Sedangkan kakek langsung menoleh ke arah pintu ruangan itu dengan tatapan menelisik.

Jadi sekertaris tadi bohong, pikirnya.

Need (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang