"Lo tau ayah punya istri lain selain bunda?"
Ketika mendengar pertanyaan dari Septian itu, Sahara seketika langsung mematung.
Matanya mengerjap mencoba mencerna sedangkan jantungnya berdegup kencang karena terkejut setengah mati.
Setelah menetralkan keterkejutannya, ia pun menatap Septian yang memandangnya serius dan terlihat tak ada sedikitpun keraguan didalam tatapannya. Seperti kosong dan terlihat banyak pikiran.
"Apaan sih, nggak ada yang lucunya lo ngomong kayak gitu." Ucap Sahara seolah menampik kecurigaan yang mulai hinggap di hati nya.
"Menurut lo gue lagi ngelucu?" Balas Septian dengan nada datar. Ia kemudian menyeruput kopi yang ia pesan dengan gerakan santai.
"Sebenarnya gue tau dari mas Satra, tapi gue belum percaya. Makanya gue pengen ajak lo untuk kerjasama cari tau kebenarannya." Tambah Septian panjang dan lebar.
Sahara hanya bisa diam dan menghembuskan napasnya berat.
Jika apa yang dikatakan Septian adalah kenyataan, kenapa Satra tak mengatakan hal ini padanya.
Kebingungan ini membuatnya pusing lagi dan lagi. Baru sehari setelah pertengkarannya dengan ayah terjadi kini fakta lain datang.
Sungguh, apa ayahnya ini tak lelah membuat masalah?
Tanpa membalas ucapan Septian, Sahara kembali memasukan sarapannya dalam mulut. Otaknya kini sedang berpikir, maka dari itu diam adalah salah satu caranya agar pikirannya tenang, begitu menurutnya.
"Kemarin lo dari mana aja?" Tanya Septian mengalihkan pembicaraan saat Sahara tak membalas ucapannya.
Agaknya ucapan Septian berhasil membuat Sahara teralihkan, walupun pandangan mata menjadi dingin.
Dalam sekejap Septian juga dapat melihat perubahan raut wajah adiknya itu. Membuatnya mengernyitkan dahi heran, tapi ia memilih untuk abai.
Keheningan pun kembali menyapa diantara mereka berdua ketika Sahara enggan menjawab pertanyaan Septian.
Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, seolah menganggap suara bising dari meja lain adalah angin lalu.
Hingga akhirnya ponsel Septian berdering membuat lamunan keduanya buyar seketika.
Sahara mengangkat pandangannya dari makanannya dan memandang Septian yang sedang bertelepon. Ia tak dapat mendengar jelas suara orang diseberang sana, namun ia bisa melihat kepanikan Septian.
"Gue ke sana sekarang." Kata Septian dan ia pun mengakhiri sambungan itu secara sepihak.
Laki-laki itu bangkit dan menatap adiknya yang juga menatapnya.
"Kita ke rumah sakit sekarang."
Kali ini Sahara langsung sigap dan ikut bangkit ketika melihat Septian.
Jarang kakaknya itu panik seperti ini, maka tak ada salahnya jika Sahara mulai berpikir bahwa ada yang tak beres.
Mereka berdua berjalan tergesa-gesa keluar dari dalam restoran. Tepat setelah membayar pesanan mereka berdua, Septian tanpa berbicara lagi langsung menarik Sahara agar mengikuti langkahnya yang lebar.
Sempat menjadi bahan perhatian pengunjung tapi Sahara maupun Septian tak menggubris sama sekali. Karena sekarang yang terpenting menurut mereka berdua adalah cepat datang ke rumah sakit.
Kini mereka berdua pun sudah ada didalam mobil dengan Septian yang mengendarainya. Mobil berwarna silver itupun melaju lumayan kencang, untungnya jalanan tak ramai seperti biasanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/374414458-288-k452132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Need (On Going)
Novela JuvenilBELUM DIREVISI!! ⚠️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA "Bunda.. apa Hara harus sakit dulu supaya bisa diperhatikan sama kalian kayak gini?" Jatuh-bangun Sahara melewati berbagai rintangan yang mengancam keluarganya. Namun, jika yang membawa malapetaka adalah...