Jangan lupa vote sebelum baca 💚
***
“Kay,” panggil Marvel.
Kayla menoleh ke arah pria yang berada beberapa meter darinya itu. Mereka bekerja di ruangan yang sama, bahkan meja mereka pun hanya terpisah jarak kurang dari lima meter.
“Besok Jumat sampai Minggu kamu bisa luangin waktu kamu?” tanya Marvel.
Kayla yang baru saja merasakan tenang pun mulai kembali mengernyitkan keningnya. Ia pikir, Marvel akan berubah dan tidak lagi berbuat seenaknya padanya. Namun, sepertinya Alana terlalu cepat menyimpulkan.
“B- bukan seperti yang kamu pikirkan!” ujar Marvel, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh asistennya itu. “Sabtu pagi dan hari Minggu Pak Hendrawan minta ketemu di daerah Bandung. Kalau kamu ada waktu, aku mau minta kamu buat temani aku meeting. Tenang aja, ada uang lembur, tunjangan dan sebagainya, kok. Pengeluaran kamu selama di sana juga bakalan dicover sama perusahaan.”
Kayla menghela napas lega. Setidaknya, kali ini Marvel benar-benar melakukannya untuk kepentingan pekerjaan.
“Weekend banget, Pak? Kenapa nggak Senin aja kita ke sana? Di jam kerja,” usul Kayla. Sebab, ia berencana untuk pulang akhir pekan ini.
“Pak Hendrawan mintanya Sabtu dan Minggu. Minggunya itu juga dia mau ngajak survey lokasi yang dia tawarkan ke perusahaan. Jadi, aku ngerasa nggak bisa pergi sendiri. Biar ada orang lain yang bantu mempertimbangkan juga setelah melihat lokasinya,” terang Marvel.
Jika memang ini untuk kepentingan pekerjaan, mana mungkin Kayla bisa menolak?
“Bisa, Pak. Jadi, kita berangkat kapan?”
“Karena Sabtu meeting-nya pagi, kalau Jumat malam sepulang kerja kita langsung jalan, nggak papa?” Kayla mengangguk saja. Lagi pula, Marvel juga yang akan menyetir, bukan dirinya.
Menjelang jam makan siang, Kayla kembali mendapati sikap Marvel yang berbeda dari biasanya. Jika biasanya pria itu akan mengusik Kayla dan memaksanya untuk makan siang bersama, kali ini Marvel malah pamit pergi duluan. Dia bilang, dia ada urusan di luar dan akan kembali setelah jam makan siang.
Kayla merasa hampa. Ia membanting punggungnya ke sandaran kursi saat merasakan sesuatu yang lain di hatinya. Ia pikir, lepas dari belenggu Marvel akan membuat ia merasa lega. Namun, kenyataannya justru sebaliknya.
“Ck, apa sih yang kamu pikirin? Kan bagus dia nggak gangguin kamu, Kay. Bagus lagi kalau ternyata dia perginya saat ini buat ketemu cewek lain. Jadi, setelah ini dia nggak bakal ganggu kamu lagi,” gumam Kayla.
Kayla segera menegakkan tubuhnya. Ia mengumpulkan lagi semangatnya yang menguap entah ke mana sebelumnya. Setelah itu, ia pun mengemasi barangnya, dan bersiap untuk makan siang di kantin yang ada di lantai dua gedung ini.
Dikarenakan sekarang ia bekerja di ruang terpisah dengan pegawai lain, Kayla merasa tidak memiliki teman akrab yang bisa ia ajak makan bersama. Teman-temannya di divisi sebelumnya pun tampak sudah asyik dengan circle mereka sendiri. Mungkin, mereka juga sudah lupa jika Kayla pernah menjadi bagian dari mereka. Maka dari itu, Kayla akhirnya memilih tempat paling ujung yang cukup sepi agar dirinya tidak harus bersikap canggung pada para pegawai yang lain.
“Kayla, kan?”
Kayla mendongak saat mendengar seseorang menyebut namanya. Ia tersenyum tipis saat melihat wajah yang tampak familiar itu. “Kamu … yang waktu itu interview bareng aku, kan?”
Lelaki itu mengangguk. “Kamu nggak ingat ya sama namaku?”
Kayla menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Ia memang tidak biasa mengingat nama orang yang ia ragu akan bertemu dan berinteraksi lagi dengannya di masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Feeling
Чиклит"Kalau bukan gara-gara dare dari teman-temanku, aku juga nggak sudi kali ngejar-ngejar cowok muka tembok kayak kamu!" Kayla tidak sampai berpikir bahwa lelaki yang ia beri umpatan di hari terakhir liburannya itu ternyata adalah anak bosnya. Terlebi...