Jangan lupa vote sebelum baca💚
***
Kayla masih ingat jelas dengan dua kura-kura yang dia beli dari seorang anak kecil di pantai tempo hari. Dan seingatnya, kura-kura itu seharusnya masih barada di Bali.
Kekesalan Kayla pada Marvel di pertemuan terakhir mereka di Bali, membuat Kayla membawa sedikit pun memori yang akan mengingatkannya pada pria itu - termasuk Kura yang akhirnya ia tinggalkan di villa yang ia tempati bersama teman-temannya. Ia tidak menyangka jika sekarang ia bisa bertemu lagi dengan sepasang kura-kura itu.
“Dia beneran ngerawat Kuro? Bahkan Kura pun dia ambil dan bawa ke sini?” gumam Kayla.
Kayla benar-benar tidak mengerti bagaimana cara berpikir Marvel, dan apa yang membuat pria itu pada akhirnya justru membawa kenang-kenangan kecil yang akan membuat ia ingat dengan kejadian di antara mereka selama di Bali.
Kayla meraih makanan kura-kura di atas akuarium, lalu memberikannya pada Kura dan Kuro yang langsung disambut oleh sepasang kura-kura itu.
“Kalian lapar, ya? Apa dia tidak memberi makan kalian dengan baik?” tanya Kayla sambil tersenyum lebar, senang melihat dua kura-kura itu lahap memakan makanan yang ia berikan. Namun, sesaat kemudian senyumnya luntur. “Atau … karena dia sudah sakit sejak kemarin, sampai tidak sempat memberi kalian makan?”
***
Pukul dua siang, Marvel terbangun. Kepalanya terasa pening dan tubuhnya lemah. Namun, ia merasa sudah lebih baik dari sebelumnya. Ia perlahan bangkit dari tempat tidurnya. Namun, saat ia akan berjalan, menari ponselnya untuk memesan makanan, tatapannya teralhirkan pada sesuatu di atas meja nakas. Lelaki itu mengambilnya, lalu membawanya ke ruang makan.
Marvel tersenyum melihat 4 cup muffin cokelat yang tampak menggiurkan itu. Ia jadi teringat apa yang terjadi sebelum ia tidur. Rasanya seperti mimpi - mimpi yang terasa sangat nyata.
“Jadi, dia tadi beneran ke sini dan merawatku?” gumam Marvel.
Namun, beberapa detik berikutnya, senyum pria itu luntur. Ia tampak lesu saat menggigit salah satu dari empat muffin yang Kayla berikan. Namun, ia cukup terkejut setelah merasakannya.
Rasanya aneh. Muffin itu terlalu manis hingga serasa langsung menusuk tenggorokannya. Namun, di sisi lain ada sensasi pahit dari muffin itu, seolah-olah cara pemanggagannya salah atau gosong.
Marvel baru saja akan memuntahkan muffin itu, saat tiba-tiba seseorang muncul dari arah ruang tamu. Melihat orang yang memberikan muffin itu muncul di hadapannya, Marvel pun menelan paksa muffin yang ada di mulutnya.
Kayla diam menatap Marvel, sepertinya ia terkejut dan tidak menyangka akan menemukan pria itu sudah berkeliaran sampai dapur.
Setelah beberapa saat, Kayla akhirnya mendekat. Ia meletakkan satu kantong plastik makanan di atas meja.
“Saya tadi pesan makanan untuk Pak Marvel. Saya pikir, mungkin Bapak belum bangun atau masih lemas,” kata Kayla.
Marvel mengangguk dengan raut wajah yang datar. Lalu, tatapannya beralih pada Kayla yang juga sedang menatapnya. Gadis itu tersenyum tipis. “Gimana muffinnya, Pak? Di rumah saya mau ada acara, jadi saya bikin itu. Kebetulan bikinnya lumayan banyak, jadi saya bawa sebagian ke sini.”
“Ini … beneran kamu yang bikin?”
Kayla mengangguk. “Gimana? Nggak enak, ya?”
“Enak. Ya walau nggak seenak kalau aku beli, tapi masih cocok sama lidahku,” bohong Marvel. Rasanya terlalu kejam jika ia menjawab dengan jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Feeling
Chick-Lit"Kalau bukan gara-gara dare dari teman-temanku, aku juga nggak sudi kali ngejar-ngejar cowok muka tembok kayak kamu!" Kayla tidak sampai berpikir bahwa lelaki yang ia beri umpatan di hari terakhir liburannya itu ternyata adalah anak bosnya. Terlebi...